PRABUMULIH – Tiga desa di perbatasan Prabumulih-Muaraenim Sumatera Selatan yakni Desa Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat dengan Desa Curup dan Muarasungai Kecamatan Tanahabang, Muaraenim bentrok, Rabu (21/7/2010) siang. Kericuhan dipicu protes monopoli angkutan sungai yang dilakukan warga Desa Payuputat.
Isu kemudian meluas ke masalah tapal batas setelah warga Desa Muarasungai memasang portal jalan dan mendirikan tenda di daerah perbatasan. Portal dipasang menjorok ke dalam wilayah Payuputat tepatnya di jalan milik Pertamina. Warga menilai wilayah mereka diserobot dan merasa dihalangi melakukan aktivitas berkebun dan berdagang di Pasar Kalangan Desa Muarasungai.
Bentrok tidak dapat terelakkan. Dengan senjata golok dan pisau yang tersimpan di balik baju, para warga sempat saling serang. Untungnya, tidak ada aksi saling bacok. Para warga lebih memilih melempari musuh dengan batu dan bahan keras lain yang ditemukan di jalan.
Aparat pemerintahan dari ketiga desa gagal melakukan perundingan. Hasil perundingan malah semakin membakar emosi warga. Perang antar desa akhirnya bisa diredam setelah petugas gabungan Polres Prabumulih dan Polsek Tanahabang yang dipimpin Kabag Ops Polres Prabumulih AKP Tulus Sinaga dan Kapolsek Tanah Abang AKP Boni Tambora turun dengan kekuatan penuh.
Ketiga kelompok warga yang sebelumnya terbakar emosi berhasil dipukul mundur. Polisi pun berhasil membuka blokir jalan dan membongkar tenda yang dipasang di daerah perbatasan.
Bentrok itu sendiri berawal dari hak pengelolaan kapal ketek sebagai angkutan penyeberangan di sungai Lematang, sungai yang membatasi Desa Payuputat dengan Desa Curup dan Muarasungai, Muaraenim, Selasa (20/7/2010). Warga di kedua desa Muaraenim meminta jatah agar bisa mengangkut penumpang.
No comments:
Post a Comment