Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Saturday, April 16, 2011

Renungan Pagi "Sayap Yang Tak Akan Pernah Patah"

Mari merenung dan bertafakur
Mari kita bicara tentang orang-orang yang patah hati.Atau kasihnya tak sampai, atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibranyang patah. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapalVanderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuat mereka ‘majnun’,lalu mati. Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yangkandas ditempa takdir, atau layu tak berbalas.
Itu cerita cinta yang digali dari mata air mata. Duniatidak merah jambu di sana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap ditengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung
O burung, adakahyang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemputsang kekasih hati.
Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Merekaorang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau, jika mereka adalah kamu sendiri,maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimusendiri.

Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernahpatah. Kasih selalu sampai di sana, Apabilaada cinta di hati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain,” kataRumi, “Sebab tangan yangsatu tak kan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain”. Mungkin Rumibercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain.

Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cintayang lain hanya upaya menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hatiyang paling hakiki: Selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanyamembahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kitasangat kuat: Kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemahatau melankolik saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab di sini kita justrusedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung: Mencintai.

Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cintatertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat.Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kitamemiliki cinta, memiliki “sesuatu” yang dapat kita berikan, Maka persoalanpenolakan atau ketidaksampaian, jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalahwaktu. Para pecinta sejati selamanya hanya bertanya: “Apakah yang akankuberikan?” Tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.

Jadi tidak hanya patah atau hancur karena lemah. Kitalemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang,lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya!Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumberkesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kitamenggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lainmencintai kita. Anis Matta

No comments:

Paling banyak dibaca