Sepuluh tahun lalu, ketika penjualan sepeda motor di Indonesia terus tumbuh, helm dari negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, Taiwan, China, dan Korea menyerbu Indonesia. Terutama untuk segmen menengah atau seharga Rp 200.000 sampai Rp 500.000.
Di saat penjualan sepeda motor mencapai puncaknya tahun lalu, kondisinya berbalik. Helm segmen atas dengan standar Eropa, yaitu ECE, Snell, dan DOT diminati konsumen Eropa. Hasilnya, menurut Johanes Cokrodiharjo, Direktur Pemasaran PT Danapersadaraya Motor Industry (DMI), yang juga Sekjen Asosiasi Industri Helm Indonesia (AIHI), 5 persen dari 2,5 juta (125.000) helm yang diproduksinya tahun lalu diekspor ke Eropa.
“Ekspor kami baru ke Eropa. Produksi kami sudah mencapai standar DOT, Snell, dan ECE,” ujar Johanes di sela-sela kesibukannya menjawab pertanyaan wartawan di stan NHK, Jakarta Fair, Kemayoran. Saat itu, DMI mengundang wartawan untuk menginformasikan helm terbarunya, NHK GP Tech.
Semua merek tersebut dijual dengan berbagai model dan corak grafis. Rentang harganya sangat besar, mulai dari yang paling murah, Rp 100.000, sampai mahal, Rp 1,8 juta.
Varian helm NHK yang diperkenalkan antara lain GP Tech-Prodigy dan NHK 1200-RPM Series. Menurut DMI, helm ini menggunakan teknologi Jepang. “Kendati dibuat di sini, 20 persen dari material masih kita impor dari Jepang,“ ungkap Johanes Cokrodiharjo, Direktur Pemasaran DMI.
Keunggulannya, selain harga yang sangat terjangkau, adalah kualitas, penampilan desain, dan corak grafis, plus kenyamanan saat digunakan. “NHK yang kita pasarkan ini sudah memenuhi standar DOT dan Snell. Karena itu, tingkat keamanan dan kenyamanan lebih baik. Bahan dasarnya masih impor, bobotnya lebih ringan,” tambah Johanes. Sebagai contoh, untuk NHK full face GP Tech, berat sekitar 1,5 kg.
NHK GP Tech ditawarkan dengan tiga kualitas berbeda. Versi yang dibuat dari polycarbonate, Rp 350.000-an, fiber composite yang diperkuat kevlar Rp 1 juta, sedangkan dari kevlar Rp 1,8 juta.
“Hasilnya, helm produksi kami tidak sekadar mantap di kepala orang Indonesia, tetapi juga aman dan nyaman. Inilah yang membuat NHK bisa menyamai kualitas helm racing impor,” bebernya.
Dengan begitu banyak varian dan merek yang dipajang di stannya, Johanes berharap konsumen puas. “Konsumen bisa memilih dengan leluasa, baik berdasarkan harga, warna, bentuk, maupun corak grafis, dan sebagainya,” tambah Johanes tentang begitu banyak produk yang dipajangnya.
Arena Jakarta Fair benar-benar dimanfaatkan pengusaha muda ini. Promosi gencar pun dilakukan dengan menawarkan berbagai bonus kepada konsumen yang membeli helmnya. Sayangnya, pada produk yang baru diluncurkannya, yaitu NHK GP Tech, pada kemasan dan stiker di helm masih tercantum “Made in Japan”. Masih belum pede dengan “Made in Indonesia”, ya?
No comments:
Post a Comment