TRIBUNNEWS.COM, SIAK - Terdakwa pelaku
anak-anak mutilasi di kawasan Rokan Hilir dan Siak, Delvi dan Supiyan
membeber kisah mereka mendapatkan korban ke enam dan ketujuh.
Keduanya
mencari korban di salah satu lokasi bekas penggalian tanah di Desa
Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Siak. Sore itu ada tiga orang
anak yang sedang mandi di sana. Dari tiga anak itu, Delvi menunjuk
Marjevan Gea, 8 tahun, sebagai korbannya. (Baca: Kisah Pasangan Delvi dan Dita Membunuh dan Mutilasi Korban)Delvi dan Supiyan membujuk Marjevan dengan mengajaknya jajan ke kedai. Di sana, selain membeli makanan ringan, Delvi juga membeli pisau kater. Korban kemudian digirim ke hutan akasia. Di sanalah bocah malang itu dibunuh dan dimutilasi.
Pada pertengahan Juli 2014, Delvi kembali mengajak Supiyan mencari korban. Kali ini mereka punya “ide gila” untuk menguliti dan menjual daging korbannya. Mereka pun menemukan korbannya di lokasi pemancingan tepi sungai, masih di Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Siak.
Dari tiga anak yang sedang memancing di situ, nasib malang menimpa Femasili Madeva, 10 tahun. Sama seperti Marjemen, ia dieksekusi di hutan akasia. Dagingnya dijual dengan mengelabui pemilik rumah makan dan kedai tuak di Perawang bahwa itu daging sapi. (Baca: Delvi si Pelaku Mutilasi, Incar Kemaluan Anak-anak)
Namun pembunuhan Femasili meninggalkan jejak, karena ada yang melihat mereka membawa bocah itu ke hutan akasia. Berkat keterangan warga, polisi membekuk Delvi di rumah saudaranya di Kota Duri, Bengkalis, 22 Juli 2014. Selanjutnya polisi meringkus Supiyan, DP, dan Dita. Sidang perdana Delvi Cs akan dilanjutkan Senin (10/11/2014) depan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi-saksi.
No comments:
Post a Comment