Nama saya adalah Tohir Simanjuntak, seorang anak smu yang doyan banget
nge-seks dan jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang
namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku
kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus. Fina
di sekolahnya termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena
kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu
membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri.
Pasti kontolku bakalan nut-nutan.
Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan
merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai
membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya.
Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect.
Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini,
hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang
sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis
selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu
kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan
main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila
aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. dan tak
jarang dia ber-acting di depan orang tuaku yang membuat aku terlihat
bodoh di depan mereka. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk
menanganinya.
Suatu hari, semuanya berubah drastis. Hari itu adalah hari Sabtu yang
tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, kedua orang
tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan disana
selama tiga minggu. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan
panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota,
tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan selain untuk urusan
bisnis, kedua orang tuaku ingin menghabiskan waktu bersama lebih banyak
tanpa gangguan anak-anaknya yang sudah mulai beranjak dewasa. Mau bulan
madu kedua kali. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau
dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk
menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix.
Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Entah bagaimana mulanya acara
nonton bareng itu berakhir dengan pertengkaran. Bahkan kali ini dia
sudah berani memaki-maki aku dengan kata-kata kotor. Aku tak tahu dari
mana dia belajar berbicara seperti itu. Walau aku tahu emosi dia hari
itu adalah bentuk dari kekesalannya karena tidak bisa ikut liburan
dengan orang tuaku, tetap saja bahasanya telah kelewat batas.
Ini adalah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Aku tak bisa lagi
mentoleransi sifat buruknya itu. Akupun menonton DVD sendirian di ruang
tamu. Tapi pikiranku tidaklah fokus ke film, melainkan bagaimana caranya
membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang
tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan
untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur
pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku
nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan
menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan
pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan
apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di
kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan
segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai
mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku.
Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang
tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.
Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur
dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya.
Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster
putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke
atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur.
Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga
mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus
menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana
dalamnya.
Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya. Aku tak mau
ambil resiko memaksa membuka bajunya secara normal yang mungkin akan
membangunkannya. Akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku,
ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar,
mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku
bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling
indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun
membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas. Aku tak percaya
dia belum terbangun sama sekali.
Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil
yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking
terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang
dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari.
Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan
memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu
kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi
kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For
God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di
pikiranku.
Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan
“adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah
tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang
menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan
kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat
tidur. Tangannya ku ikat menyilang di atas kepalanya. Sengaja aku
membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang
akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar
sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga
telanjang bulat.
Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata
daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga
kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan
klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa
lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin
basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong
meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang
pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.
Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku
ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku
dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong
pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih
sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,”
Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun
dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka
adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa.
Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan
rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga
kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu
tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir
kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah
selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah
keperawanan.
Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum
pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di
dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina
adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun
segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis
dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana
ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak
tahan dengan rengekan adikku, Aku segera menggunakan celana dalam adikku
untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara
Ughh..Ahhh.
Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya
menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar
vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata
merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan
pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali
tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil
berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku.
Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu
kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil?
Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan
pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan
cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami
dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei
tempat tidur.
Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit.
Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang
di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka
sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan
kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku
hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih
tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya
menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis
tersedu-sedu.
Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang
harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku
sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu.
Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di
kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya
dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku
dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum
cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak
berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih
sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya
dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan
berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu,
kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus
menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”
Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya.
Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan
ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu,
kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini.
Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan
menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak.
Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari
lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan.
Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Aku bisa bayangkan apa
yang akan kudapatkan dalam tiga minggu ini lebih dari apa yang pernah
kupikirkan. Selama tiga minggu kepergian orang tuaku, aku akan
menguasainya. aku akan bersenang-senang.
Keesokan paginya aku bangun lebih awal. Aku memasak sarapan untuk kami
berdua. Acara sarapan pagi itu begitu hening. kami berdua hanya diam
saja tak ada yang mau berbicara. Setelah selesai makan, dia segera
mengambil tasnya lalu bergegas ingin pergi secepatnya. tapi aku
memanggilnya.
"Fin, kamu ga sopan banget sih." Kataku kesal menghentikan langkahnya.
"Kenapa kak ?" tanya dia agak gugup.
"Kemari kamu !" aku buat nada suaraku sekesal mungkin. Dia lalu mendekat
kembali ke meja makan. Saat dia sudah berada cukup dekat denganku aku
bangun dari kursi makanku dan menarik dagunya ke arahku. Ku lumat bibir
mungilnya dengan buas. Fina yang sempat terkejut dengan tindakanku tak
mampu berbuat banyak dan hanya bisa menerima ciumanku. Selama satu menit
aku melumat bibirnya baru aku melepasnya. Dia terlihat terengah - engah
menerima ciuman ganasku.
"Mulai besok, kalau kamu mau pergi sekolah kamu harus pamit dari kakak dulu ya." Fina hanya menunduk dan mengangguk pelan.
"Fina pergi dulu kak." katanya lemah lalu dia pergi.
Malam harinya aku sedang asik nonton di ruang tengah. Adikku telah masuk
ke kamar sejak sore. Mungkin dia begitu takut bertemu denganku. Aku
lalu memanggilnya.
"Fina.... Fin...." Panggilku dari ruang tengah.
tak lama terdengar suara kunci pintu kamarnya dibuka. dia segera keluar
dari kamarnya. (sebelumnya ini tak pernah terjadi. Fina paling susah
kalo kupanggil.)
"Ada apa kak?" tanya dia ketakutan,
"Sini, temanin kakak nonton."
"Tapi, Fina ngantuk kak."
"Sebentar aja." Kataku ketus. "Lagian kamu udah tidur sejak pulang
sekolah. masa masih ngantuk sih." Fina lalu mendekat dan duduk
disampingku. Aku ambil sebuah DVD XXX dari balik bajuku yang telah
kusiapkan sebelumnya.
"Putarin dong." Fina sempat terkejut melihat kaset yang kuberikan
padanya. Tapi dia ga protes. Lalu dia segera memasangnya.sementara aku
memperhatikan lekuk tubuhnya dari belakang.
Tak lama film pun dimulai. Adegan di TV menampilkan adegan sex antara
seorang cewe dan dua orang cowo. Si cewe tampak sedang mengoral salah
satu kemaluan si cowo. Fina tampak tidak nyaman sekali dengan film
tersebut.
Aku lalu mulai menjalankan aksiku. Aku segera menurunkan celanaku dan mengeluarkan kont*lku.
"Ayo, isapin kayak yang di TV" kataku santai.
"Kak? apa-apaan sih? Ga mau ah.." Protes Fina.
"Isapin cepet !! Lo mau foto-foto lu kakak sebar ? hah?" Aku
mengancamnya. dan ternyata hasilnya cukup manjur. Walau awalnya
ragu-ragu, akhirnya dia melakukannya juga. Kont*l ku mulai dirabanya.
"Kocokin!!" perintahku. Dengan gemetaran tangannya mulai mengocok
kemaluanku. "Assshhh... enak banget Fin..."Aku mendesah. setelah lima
menit lamanya aku lalu menyuruhnya untuk mengoral kontolku. Pelan-pelan
dia memasukkan kontol ku ke dalam mulutnya dan mulai mengulumnya. kuraih
rambutnya lalu kumajumundurkan. Rasa nikmat segera menjalari seluruh
tubuhku "Ooouuhhhh... luar biasa... enak banget fin...."
tak kupedulikan keadaan adikku yang tampaknya mulai mual dan kewalahan
karena sudah mengoralku beberapa lama. aku terus memajumundurkan
kepalanya untuk mengocok kemaluanku. Tak lama aku merasa ada sesuatu
yang akan meledak dalam tubuhku. gerakan kepalanya segera kupercepat dan
akhirnya aku mencapai klimaks. Fina yang sadar aku akan mencapai
klimaks berusaha mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya tapi usahanya aku
gagalkan. Aku tahan kepalanya sekuat mungkin ketika orgasme ku tiba.
Dan crot.. crot.... crot... Seluuh spermaku kukeluarkan di dalam
mulutnya.
"Ahhhhkkkkk nikmatnya..." gumamku sesaat setelah gelombang orgasmeku
berlalu. Fina langsung menarik kepalanya dan memuntahkan sperma di
mulutnya. Spermaku berceceran di sofa dan karpet.
"Kenapa dikeluarin ?" kataku protes."
"Fina ga tahan kak?" katanya setengah bersungut hampir menangis.
"Dasar..." umpatku. "Lain kali lu keluarin kakak suruh jilat lagi
tau...." Dia tampak ketakutan. "Ya udah... bersihin tuh ludahmu... sampe
beceran begitu.Jangan lupa kalo udah selesai matiin dvdnya.kakak mau
tidur. ". Setelah itu aku langsung pergi ke kamar meninggalkan fina yang
terisak - isak di ruang tengah.
Sejak hari itu, Aku memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan
bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku
menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu
menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk
menelannya. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan
memasakan makanan kesukaanku.
Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku
untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku,
aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang
terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada
ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami
berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun.
Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia
pun tidak jadi berkata apa-apa.
Thursday, June 20, 2013
Paling banyak dibaca
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
10. A whale is swimming off the Valdes peninsula (Argentina). 9-Icebergs and an Adelie penguin in Adelie Land of Antarctica. Antarctica...
-
Salam Jp buat yang belum bergabung tunggu apa lagi Togelhok88 Bandar judi online togel terpercaya, Tempat betting aman togelhok88 "LI...
-
Cerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa ...
-
Kalau kamu perhatikan bentuk-bentuk benda di bumi ini, sangat beragam, bukan? Ada yang bulat, lonjong, persegi, kubus, piramid, dan masih ba...
-
Erotis, Seksi, Menarik serta Kaya? Berikut adalah 10 idola pria Jepang. Penilaiandilakukan atas sering muncul dalam acara TV, film DVD dan...
-
BEIJING--MI: Sejumlah ilmuwan dan pembuat film menemukan spesies baru tikus raksasa dan hewan lain yang selama ini tak pernah disaksikan jau...
-
Pada pertengahan bulan Juni, Fauziah dan anaknya datang ke rumah Waluyo. Anak-anak sekolah baru saja beberapa hari memulai libur panjangnya...
-
Orang memodifikasi tubuh mereka untuk terlihat berbeda. Mereka memiliki perasaan yang unik dan khusus, dipilih dengan cara. Sebagian besa...