Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Thursday, October 6, 2011

Bakteri di Usus Sumber Masalah Obesitas

Bakteri yang hidup dalam pencernaan kemungkinan merupakan kunci masalah mengatasi obesitas (kegemukan).

Dewasa ini, para ilmuwan telah menemukan satu jenis protein yang berada di permukaan sel-sel darah putih yang berperan penting dalam mengontrol bakteri-bakteri ini.

Kelihatannya jorok dan tak sehat, tapi nyatanya pencernaan pada jenis mahkluk mamalia termasuk manusia penuh dengan bakteri. Mereka inilah yang membantu mencerna makanan, menyediakan nutrisi dan menjaga agar bakteri jahat tersingkir. Karena itu, tugas mereka sangat mulia.

Tiap orang punya tipe dan proporsi bakteri yang berbeda satu sama lain, nyaris sama seperti sidik jari. Riset akhir-akhir ini justru menunjukkan bahwa peran mikroflora ini merupakan kunci penting dalam memahami persoalan obesitas dan penyakit radang saluran pencernaan.

Ambil contoh misalnya reseptor TLR2. Ini merupakan protein yang ada pada sel-sel darah putih (pelindung tubuh melawan kuman entah bakteri dan virus jahat) dan hidup di sepanjang usus besar. Mereka bertugas mengenali mikroba-mikroba yang hidup di sekitar usus dan mengirimkan informasi sel-sel sekaligus memerintahkan apakah bakteri itu diabaikan atau diserang.

Penelitian terbaru menyebutkan bahwa saat TLR2 tidak bekerja dengan tepat, menyebabkan orang tersebut akan resisten terhadap obesitas, tetapi juga rentah menderita peradangan saluran cerna termasuk ulcerative colitis (peradangan usus).

Richard Kellermayer dari Baylor College of Medicine meyakini bahwa TLR2 merupakan penengah masalah ini dengan cara 'menyalakan' atau 'mematikan' gen-gen tertentu sebagai respon atas keberadaan bakteri-bakteri ini dalam saluran cerna.

Namun, TLR2 juga dapat mengubah keberadaan bakteri dalam saluran cerna itu secara signifikan. "Kemampuan yang luar biasa ini merupakan petunjuk penting dalam mencegah dan mengoptimalkan pengobatan gangguan saluran cerna dan metabolik," ujar Kellermayer.

Kellermayer dan tim membandingkan tikus-tikus yang memiliki TLR2 maupun yang tidak. Mereka melihat perubahan bakteri baik dari segi tipe maupun proporsi dalam saluran cerna saat terjadi perubahan ekspresi gen-gen itu ketika peradangan berlangsung.

Tanpa TLR2, mikroba saluran cerna tikus-tikus itulah yang menyebabkan mereka langsing meski menyebabkan mudahnya terserang kolitis. ini artinya, gen tersebut berperan penting dalam persoalan obesitas dan penyakit peradangan saluran cerna.

Memahami bagaimana gen-gen dan protein berinteraksi dengan bakteri memunculkan ide yang lebih baik bagi para ilmuwan untuk mencari cara menjaga kesehatan saluran cerna, kata mereka.

Para ilmuwan ini juga menyadari bahwa menemukan cara mengoptimalkan mikroflora pencernaan dan aktivitas sistem kekebalan tubuh (sel-sel darah putih) untuk mengatasi obesitas tanpa menyebabkan gangguan saluran cerna merupakan pintu masuk mengatasi persoalan metabolik dan penyakit peradangan saluran cerna.

No comments:

Paling banyak dibaca