Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Thursday, June 14, 2012

Cerita Dewasa : MY DIARY [016] Pembalasan Alex

http://3.bp.blogspot.com/-VSf6cmxImmc/T9mAV12J0rI/AAAAAAAAADQ/Yps9WTR9fdI/s1600/CEWEK+ZONA.gifAku duduk termenung di sebuah kursi panjang bandara. Aku diminta menemani bos Herman menjemput seseorang temannya. Herman berada di depan pintu, mondar-mandir seperti tak sabaran. Entah siapa yang akan kami jemput, Herman tak menceritakannya, sepertinya ini adalah orang penting baginya.
Tak lama menunggu pesawat pun akhirnya sampai, Herman semakin tidak sabaran, ia selalu memandang ke arah pintu. Aku pun mendekati Herman ketika para penumpang telah keluar dari pintu. "Nes!" teriak Herman ke arah rombongan penumpang yang keluar. Seorang perempuan kira-kira berumur 25tahunan berparas cantik datang mendekati Herman. Mereka langsung berpelukan, membuatku penasaran siapakah perempuan ini. "Man...", sapaan akrab bos Herman kepadaku, karena namaku Satorman. "Ini Agnes, teman SMP saya...", Herman memperkenalkan perempuan itu kepadaku. Baru ku ingat memang dulu Herman pernah cerita mengenai masa lalunya, nama perempuan itu adalah Agnes Monica, teman SMP yang pernah Herman perkosa bergiliran hanya karena sebuah pelampiasan kekecewaan. "Ini anaknya, Chelsea Olivia...", Herman juga menunjukkan anak perempuan yang dibawa Agnes, mungkin umurnya sekitar 7 tahunan. Mukanya mirip dengan ibunya, putih dan oriental.
"Biar saya bawa saja mbak...", aku menawarkan bantuan untuk membawakan tas Agnes. "Panggil Agnes saja...", balas Agnes sambil menyodorkan tas bawaannya. Kami pun segera menuju mobil. Herman dan Agnes terlihat akrab sekali, bahkan Herman menggendong Chelsea layaknya ayah menggendong anaknya. Dalam perjalanan mereka pun terus bercerita, ternyata sebelumnya Herman pergi ke Singapura bukan untuk liburan, melainkan untuk menemui Agnes. Dan ternyatanya lagi, sejak hadirnya Herman di sana, Agnes malah banyak mengalami masalah, ia harus bercerai dengan suaminya dan pulang ke Indonesia.
Aku ingat cerita Herman dahulu kala, Agnes pernah dijodohkan dengan seorang pria kaya, sehingga memicu api cemburu Herman. Dan semua itu membutakan Herman, ia bersama teman-temannya, kalau tidak salah bersama Tono, Eko, Budi, Marwan dan Iskandar, mereka semua mengeroyok pria yang akan dijodohkan dengan Agnes itu. Selain itu, mereka juga menculik Agnes lalu diperkosa secara bergiliran. Bukan hanya itu, hanya karena perjodohan, watak Herman menjadi rusak, menjadi perokok dan peminum. Yang ujung-ujungnya, Agnes harus meninggalkan Indonesia untuk melupakan masa kelamnya.
Aku terkejut karena tiba-tiba mobil yang aku kendarai oleng. Apalagi sedari tadi aku memikirkan kisah Herman yang membuatku tidak begitu konsen di jalan. "Ada apa man?", tanya bos Herman yang duduk di belakang bersama Agnes dan Chelsea. "Ga tau bos, kayaknya kempes...", aku pun menepikan mobil.
"Sial, ban bocor bos kena paku...", aku menyampaikannya kepada Herman, ia pun keluar untuk melihat. "Waduh, mana jalanan sini sepi...", kata Herman. "Biar gue telpon yang lain untuk jemput saja bos...", saranku. Tapi belum sempat mengambil hp di saku celanaku, sebuah mobil box menghampiri kami. Dua orang keluar dari mobil box itu sambil membawa senjata api. "Ayo ikut!!", perintah mereka sambil mengarahkan senjata api mereka. Yang satunya pun membuka pintu mobil dan menyeret Agnes dan Chelsea keluar dari mobil. Mungkin paku yang menusuk ban juga adalah ulah mereka yang sudah terencana.
"Mau apa kalian?!", teriak Herman mencoba melawan. 'BUKK' pukulan keras ke pipi Herman dengan menggunakan gagang senjata api. Aku tidak berani melawan selain tubuh dua orang itu yang besar berotot dan membawa senjata api, aku juga khawatir keselamatan Herman, Agnes dan Chelsea. Kami pun dipaksa naik ke dalam box, bau sekali dan pengap, walaupun box isinya kosong, tapi sepertinya sering digunakan untuk mengantar entah barang apa.
Pintu box pun ditutup. Herman mencoba menenangkan Agnes dan Chelsea yang mulai ketakutan dan menangis. "Hp tertinggal di tas...", kata Agnes yang ingin menghubungi bantuan. Untung saja hp ku selalu taruh di saku celana. "Biar gue telpon yang lain...", kataku. Keadaan box sangat gelap, nyala hp menjadi satu-satunya penerangan di sini. "Ton, kami diculik... Ga tau mau dibawa ke mana... Mobil box warna kuning...", belum selesai berbicara dengan Tono melalui hp, tiba-tiba sambungan terputus. "Damn! Pulsa habis...", aku kesal sambil membanting hp. Herman pun sudah mulai gelisa. Ia mendekati pintu box, memukul-mukul dan berteriak.
Percuma saja yang dilakukan Herman, mobil box malah bergoyang-goyang kuat, sepertinya sopir itu membawanya dengan kecepatan tinggi. Aku dan Herman pun kemudian menyusun rencana, untuk melawan ketika pintu box di buka. Agnes dan Chelsea juga disuruh bersiap-siap agar bisa segera kabur bila kami berhasil melumpuhkan dua pria besar itu.
Mobil box pun terasa melambat, sepertinya sudah mendekati tujuan, padahal sudah hampir sejam-an kami menunggu. Saat pintu dibuka, astaga, sangat terkejut sejali dengab sambutan dibalik pintu box. Kaki ku serasa kaku tak mampu bergerak melihat belasan orang berbadan kekar mengarahkan senjata api dari luar sana sehingga tak mungkin bagi kami untuk melawan. Agnes dan Chelsea pun kemudian menangis dengan kencang melihat keadaan seperti ini.
Entah siapa mereka dan apa tujuan mereka menculik kami. Kami pun kemudian diseret keluar dari box dan dibawa ke sebuah ruangan yang gelap dan penuh dengan kotak-kotak kayu. Kami semua diikat secara terpisah. Kemudian orang-orang berbadan besar itu pun keluar dari ruangan tanpa mengatakan apapun. Aku lihat Herman juga tidak berkutik, kami diikat dengan kuat di tiang-tiang dekat dinding. "TOOLLLOOOONNNNGGGGGG........", teriak Agnes mencoba mencari bantuan, siapa tahu ada yang mendengarnya. Namun sepertinya usaha Agnes percuma saja, ruangan ini tertutup sangat rapat, sehingga menjadi kedap suara. Chelsea malah menangis hingga pingsan. Agnes melihat keadaan adaknya menjadi terdiam dan kemudian kembali menangis.
Tak lama dari itu pintu terbuka, sebuah sosok pria masuk ke dalam ruangan, kucoba liat dengan jelas, tapi aku tidak mengenalinya. "Aleexxx......", seru Herman terkejut melihat sosok pria itu. "Apa mau mu Lex?!", sambung teriakan Agnes. "Hahahaha, akhirnya kita reunian juga ya... Sudah bertahun-tahun aku menunggu kesempatan ini...", kata Alex. Ia berjalan mendekati Herman, ku lihat sebenarnya wajah Alex ganteng sekalu, kulit putih oriental pun menambah nilai plus, hanya disayangkan ada goresan di pipinya seperti di film kartun samurai x. "Ingat dengan goresan ini?...", tanya Alex kepada Herman sambil menunjukkan goresan di pipinya itu. Belum sempat menjawab, Herman langsung ditinju di perutnya, "Arghhh....".
Alex kemudian membuka pakaiannya, seluruh tubuhnya penuh goresan, apa ini juga akibat dari perbuatan Herman? Sungguh kejam sekali masa lalu Herman. "Lihat! Semua yang terbekas olehmu!!!" teriak Alex yang kemudian langsung menendang Herman. Ia membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. "Gara-gara kalian, aku menghabiskan hidupku di lembah kelam... Bergaul dengan penjahat agar suatu hari datang kesempatan seperti ini...". Aku sangat terkejut, padahal ceritanya dulu Alex adalah orang yang berpendidikan, hanya karena perbuatan tidak menyenangkan, telah membuatnya berubah 180 derajat. Kulihat Herman meneteskan air mata, sepertinya ia sangat menyesali perbuatannya.
"Maafin aku Lex...", Herman meminta maaf pada Alex. "Hahaha, maaf?"... 'BUKK' sekali lagi Herman mendapatkan tinjuan namun kali ini mengarah ke wajahnya. "Kau pikir maaf itu bisa memperbaiki semua? Mengembalikan masa laluku? Mengembalikan keadaan tubuhku? Hahahah...", Alex lalu tertawa terbahak-bahak. Darah terlihat menetes keluar dari mulut Herman. "Kau boleh balas aku, tapi tolong lepasin mereka...", pinta Herman. "Hahaha, aku sudah terlanjur begini... Kenapa harus berbaik hati?...", jawab Alex.
Alex kemudian mendekati Agnes, "Hallo, mantan calon istriku...", sambil memegang dagu Agnes. "Tolong lepasin kami Lex...", Agnes memohon sambil meneteskan air mata. "Hahaha, semudah itu kah memohon padaku?", balas Alex dengan raut wajah sedikit kesal. "LEX!!! Gue bakal kasih lu duit berapa pun yang lu mau!" teriak Herman mencoba menawar. "Hey, gue gak perlu duit lu, BEGO!", jawab Alex ketus. "Lepasin kami Lex...", Agnes kembali memohon. Sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan aku tidak tahu harus berbuat apa, ini permasalahan antara mereka, tapi seharusnya aku membantu Herman, namun dengan kondisi terikat begini, sama juga sia-sia kalau aku berontak. Apalagi aku tahu perasaan Alex bagaimana, tubuhnya yang telah ditorehkan bekas-bekas yang tidak akan hilang untuk selamanya itu, tentunya akan diingatnya hingga akhir hayat.
Muka Alex mendekati muka Agnes, ia terlihat menciumi aroma wajah Agnes yang harum. Tubuhnya yang sudah bugil menunjukkan penisnya yang mengeras. "Hmm, harum sekali kamu Nes... Jadi ingin ku kentot...", dengan senyum yang bringas kemudian Alex berusaha menciumi Agnes. "BAJINGAN KAU LEX!!!" teriak Herman sekuat tenaga, tapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Alex. Ia terus menciumi kening, pipi, leher, dan bibir Agnes yang tak bisa berontak karena terikat.
Herman terus berteriak mencaci maki Alex, tapi Alex malah semakin brutal menciumi Agnes, ia pun memberikan cupangan di leher Agnes hingga memerah. "Aku akan bunuh anakmu kalau kamu tidak melayaniku!", ancam Alex kepada Agnes sambil melihat ke arah Chelsea Olivia yang tengah tertidur. Agnes hanya menangis tak bisa menjawab, Herman pun kemudian kembali memohon, "Lex, ini salah gue, bukan salah mereka... Lu boleh siksa gue, tapi jangan kepada mereka...". Aku melihat Herman meneteskan air mata, ia pasti sangat menyesal sekali dengan perbuatannya yang dulu.
Alex tak menghiraukan Herman, baginya inilah hukuman yang pantas Herman dapatkan, melihat Agnes disakiti tentunya merupakan pukulan berat bagi Herman. Melihat kondisi ini, penisku pun mengeras, aku yakin Alex sudah pasti ingin menikmati Agnes. Alex kemudian melepaskan ikatan Agnes, "Ingat, nyama mereka semua ada ditanganku...", Alex kembali mengancam. Agnes terlihat pasrah, ia menangis dan gemetaran, tanpa perlawanan kemudian pakaiannya pun dilucuti Alex hingga lepas semua.
Sungguh indah tubuh Agnes walaupun dadanya tidak begitu besar dan postur tubuhnya tidak begitu tinggi, tapi lekukan tubuhnya yang langsing dan seksi dibarengi kulit yang putih mulus terlihat sungguh indah. Tidak heran, Agnes diperebutkan seperti ini, bahkan aku sendiri hampir tidak bisa menahan, penisku sudah tidak tahan, aku terus menelan ludah melihat indahnya tubuh seksi Agnes.
"LEPASIN AGNES LEX!!!" Herman terus berteriak, "BAJINGAN!" semua teriakan Herman tidak digubris Alex. Agnes gemetaran lalu dipeluk Alex, "Tenang saja Nes, nanti juga lu senang... Lagian kalau dulu si 'anjing' tidak memisahkan kita, mungkin kita sudah menjadi suami istri yang berbahagia...", Alex mencoba menenangkan Agnes. 'Anjing'? Apa maksud dia adalah Herman? Berarti Alex benar-benar sudah dendam sekali dengan Herman. Alex lalu kembali berciuman dengan Agnes sambil memeluk erat dirinya. "Layani aku sebentar saja Nes, mereka akan baik-baik saja...", kembali Alex mengingatkan posisi kami semua. Tanpa perlawanan Agnes pun diciumi tanpa berhenti.
Herman masih terus berteriak, namun suaranya sudah sedikit serak. Sedangkan Alex sudah menciumi hingga ke bagian dada Agnes. Dadanya yang tidak begitu besar namun putih itu terus diciumi dan diremas-remas oleh Alex. Lalu ia pun sudah memulai menyedot puting susu Agnes, memilin-milinnya hingga Agnes terlihat kegelian. Aku sedikit malu melihat aksi Alex, karena aku seharusnya tidak melihat adegan ini untuk menghormati bosku, Herman, namun pemandangan langka ini tidak boleh ku lewatkan. Terus menelan ludah menahan penisku yang mengeras, kulihat Herman sudah tak bersuara, ia mulai lelah akibat teriakannya.
Puas menikmati susu Agnes, Alex pun kemudian meminta Agnes berjongkok, sudah tahu apa niat Alex, ia mengarahkan penisnya ke muka Agnes, ia bermaksud menyuruh Agnes menyepong penisnya. Awalnya Agnes terlihat ragu, ia hanya memainkan penis Alex dengan tangannya. Alex menjambak rambut Agnes agar Agnes tidak ragu menyepongnya. Adegan selanjutnya Agnes sudah terlihat terbiasa menyepong penis Herman, bahkan kulihat gaya Agnes sudah sangat profesional, tidak heran karena pengalamannya yang sudah menjadi seorang istri. "Man, lihat ini... Hahahaha...", Alex tertawa terbahak-bahak, ia senang mengolok Herman. Ku lihat Herman tidak mampu bersuara, ia ngos-ngosan kecapekan.
Beberapa lama setelah itu, Alex sudah ingin ke tahap selanjutnya. Ia menarik rambut Agnes agar mengikutinya. Agnes diseret hingga ke depan, lantai yang hanya beralas kardus-kardus bekas. Alex kemudian berbaring terlentang, Agnes ditarik agar menjongkok. Alex meminta Agnes melayaninya dengan gaya WOT. Adegan yang aku tunggu-tunggu telah tiba, ku lihat Herman tidak mau melihat lagi, ia menundukkan kepalanya untuk tidak melihat perlakuan Alex terhadap Agnes, Herman sudah sadar usaha berteriaknya hanya sia-sia, sedangkan Chelsea masih tertidur pulas.
"Oh... Andai kau jadi milikku Nes...", desah Alex menikmati penisnya dikocok vagina Agnes. Alex meremas dada Agnes sambil berbaring, Agnes hanya menaik turunkan tubuhnya dengan mata yang tertutup, entah apa yang ia rasakan, kulihat antara sedih tapi menikmati. "Tapi semua sudah telat Nes... Hidupku sudah berubah...", kata Alex.
Beberapa puluh menit kemudian terlihat Agnes sudah sedikit lelah, Alex kemudian coba bangkit memeluk Agnes dan menekannya ke bawah hingga Agnes terlentang, sekarang gantian Alex yang berada di atas. Sambil menggenjot vagina Agnes, Alex kemudian mengulum susu Agnes. Dari sini terdengar jelas desahan Agnes yang merintih keenakan. Walaupun matanya tertutup karena malu diperlakukan begini, namun aku yakin dia telah menikmati sensasi seks ini. Badannya terus bergoyang mengikuti irama sodokan penis Alex di vaginanya. Permainan mereka pun berlangsung cukup lama, hingga Alex mencapai ejakulasi, ia membiarkan penisnya menyemprotkan sperma di dalam vagina Agnes. Agnes berusaha mendorong tubuh Alex, "Jangan Lex...", Agnes memohon sampai menangis, namun Alex memelukknya dengan erat sampai beberapa menit hingga penisnya mulai mengecil dalam vagina Agnes. Agnes pun menangis lebih keras, sperma Alex sudah memenuhi liang vaginanya. "Thanks Nes...", kata Alex lalu menarik keluar penisnya, ia tersenyum gembira, ini adalah kemenangannya. Herman tidak berkutik dipermalukan seperti ini.
Alex kemudian bangkit dan menjauhi Agnes, ia pun keluar dari ruangan ini. Agnes masih terbaring lemah sambil menangis. Aku tahu Agnes sudah menderita dan Herman juga sudah frustasi dengan keadaan ini, akhirnya aku buka mulut, "Nes, ayo bangkit Nes... Lepasin kita...", aku berteriak pelan agar Alex tidak mendengarnya, "Kita harus kabur dari tempat ini...", aku berharap Agnes bisa bangkit dan dan melepaskan ikatan kami.
Mendengar masukanku, Agnes kemudian coba berdiri, walaupun badannya lelah tapi ia terus berusaha, ia pun berdiri dan menghampiri kami, dengan berjalan terhuyung-huyung ia menuju ke arah Chelsea. Itulah yang memotivasinya untuk keluar dari tempat ini, dengan air mata yang masih menetes, ia melepaskan ikatan Chelsea. Anaknya itu masih terlelap, sehingga Agnes membiarkannya sejenak berbaring di dekat sana, lalu ia menghampiri Herman untuk melepaskan ikatan Herman. Herman terlihat masih menundukkan kepala, ia menyesal telah menyeret Agnes ke dunia yang begitu kejamnya.
Selesai melelaskan ikatan Herman, ia lalu mendekatiku untuk melepaskan ikatanku. Tubuhnya kulihat dari jarak dekat membuat penisku terus mengeras ingin melampiaskan gejolak. Dadanya putih sekali, ingin rasanya aku lumat. 'BRAKKK' suara keras tiba-tiba membuyarkan imajinasiku. Agnes pun berhenti melepaskan ikatanku, matanya lalu tertuju ke arah pintu. Gila, belasan pria berbadan besar tadi memasuki ruangan ini. "Ayo Nes, lepasin aku...", pintaku. Namun sebelum Agnes berhasil melepaskan ikatanku, seorang pria hitam besar berlari lalu menjambak rambut Agnes, lalu ia menariknya ke arah mereka. Semua kemudian mengerumuni Agnes, melihat demikian Herman lalu berlari ke arah mereka berusaha menyelamatkan Agnes. Namun apa daya, selain kalah postur tubuh, Herman juga kalah jumlah. Ia dipukuli pria-pria besar itu, ditendang hingga Herman tersungkur dan tak sadarkan diri. Sungguh malang sekali nasib mereka, karena sebentar lagi Agnes diharuskan melayani pria-pria besar itu. Satu, dua, tiga... delapan belas, iya tidak salah hitunganku, mereka berjumlah delapan belas orang.
Mereka lalu melepaskan pakaian mereka masing-masing. Mereka terlihat sangat bringas, Agnes ditampar dan digerayangi. Tak mau menunggu lama, mereka pun bergiliran menikmati Agnes yang tak berdaya. Satu pria dengan penisnya yang besar langsung menusukkan ke arah vagina Agnes, yang lain hanya meremas susu Agnes, satunya lagi menancapkan penisnya ke mulut Agnes yang mungil. Agnes menangis ketakutan, "Hiks hiks hiks...". Berjam-jam mereka tidak berhenti menikamti Agnes, secara non-stop bergiliran menggenjot vagina Agnes. Mereka pun tidak segan berlaku brutal, rambut Agnes dijambak, payudaranya ditampar, bahkan vaginanya ditusuk tanpa henti bukan hanya dengan penis mereka melainkan tongkat baseball yang mereka bawa sebagai senjata.
"Perek ini bening sekali ya...", kata mereka. "Bagus habis ini kita jual saja...", sambung yang lain. "Iya, pasti laku nih...", lanjut yang lainnya. "Oh ya, lihat tuh anak perempuannya sudah bangun...", kata yang lain melihat Chelsea sedikit bergerak karena terbangun. Apa yang akan terjadi dengan Chelsea? Apalagi kalau ia melihat kondisi ibunya seperti itu. "Hey, lu kan doyan anak-anak...", olok salah satu pria ke pada satu pria lainnya. Pria itu terlihat mempunyai kelaianan, ia kemudian bangkit dan mendekati Chelsea. "Jangaannnnn........", Agnes mencoba memohon, ia terlihat tak mampu lagi ber teriak.
Pria besar yang mendekati Chelsea itu lalu menarik Chelsea, anak itu kaget lalu menangis, "Mamaaaa....", teriaknya. Kasihan sekali, anak perempuan yang masih kecil itu sebentar lagi akan dinodai. Herman masih pingsan, dan aku terikat erat di sini tak mungkin menolong, namun walaupun aku tidak terikat, aku juga tak mungkin mampu menolong. Yang aku lakukan hanya bisa coba memohon, "Hei, dia masih anak-anak... Teganya kalian... Coba kalian bayangkan kalau itu terjadi pada anak kalian?!...", aku coba menyadarkan mereka. Namun pria itu tidak menggubris, ia menangkap Chelsea lalu menarik koyak baju Chelsea.
Pria yang mengerumuni Agnes malah marah padaku, "Hey, bisa diam ga lu?! Atau mau gue bunuh?!", ancamnya membuatku langsung terdiam. "Jadi orang gak usah munafik!", sambung satu temannya. Kemudian salah satu dari mereka mendekatiku dan meremas kelaminku, "Wah, otongnya keras, dia konak broooo....", teriaknya kepada kawan-kawannya. "Hahaha, gak usah munafik, nih kita kasih jatah...", sambut kawannya langsung menyeret Agnes ke arah ku. Pria yang tadi meremas penisku langsung membuka resleting celanaku, ia menarik keluar penisku, "Ayo kulum...", mereka meminta Agnes mengulum penisku. Entah apa yang kurasakan lagi, semua gelora berkecamuk dipikiranku, ku alihkan pandangan ke arah Chelsea, ternyata anak perempuan itu masih menangis dengan kondisi tubuhnya yang sudah bugil tanpa satu helai pakaianpun, dada nya rata, ia hanya anak berumur sekitar tujuh tahunan, sunggub bajingan mereka.
Tak bisa berpikir lebih lanjut, tiba-tiba penisku terasa hangat, Agnes dengan terpaksa mengulum penisku dengan posisi di-'doggie' oleh pria berbadan besar penuh tatto, pria lain memegabgi Agnes agar ia tidak lelah dengan posisinya, yang lain sambil meremas-remas susu Agnes. Sedangkan satu pria keluar dan kemudian kembali dengan membawa seember air penuh, "Gue mau liat reaksi pria ini...", ia lalu menguyurkan air itu ke arah Herman, membuat Herman tersadar dari pingsannya.
Pria itu menarik bangkit Herman, "Liat jing! Wanita yang lu cintai... Sedang melayani kami, bahkan melayani temanmu sendiri...", ia memaksa Herman memandang ke arah kami. Aku sangat tidak enak, aku menggelengkan kepala, entah apalagi yang dirasakan Herman kemudian. Ia menangis tanpa mau melawan, pria itu lalu mendorongnya jatuh. Namun ketika Herman memandang ke arah Chelsea yang sedang dipeluk satu pria, Herman terlihat marah, ia bangkit dan mau melawan, kemudian ia tetap dilumpuhkan dengan tendangan pria yang tadi menyiramnya. "Lu nonton aja!!", kata pria itu masih menendang Herman agar Herman tidak melawan.
Aku telah merasakan nikmat duniawi, penisku benar-benar nyaman diemut oleh Agnes. Sungguh hangat penisku berada di dalam mulutnya, Agnes hanya menangis dan mengikuti perintah. Dengan gaya doggie, Agnes terus menyepong penisku tanpa henti, sedangkan pria-pria yang men-doggie nya sudah silih berganti. Dan sebentar lagi aku juga akan mencapai tahap ejakulasi, kurasakan nikmat mencapai ujung penis, akhirnya aku pun menyemprotkan sperma ke dalam mulut Agnes.
"Bajii... nggaannnnn....", Herman tak mampu melawan, ia hanya bisa terus tersungkur karena dipukuli pria tadi. Kami hanya bisa melihat adegan ini tanpa perlawanan. Yang paling menyedihkan adalah nasib Chelsea, ia sudah terlihat pingsan karena tak mampu menahan rasa sakit ketika vaginanya ditembus penis jumbo pria berkelainan seks itu. Pria tersebut terus mengenjot anak Agnes yang masih kecil. Chelsea memang terlihat cantik, kalau sudah besar pasti akan menjadi pujaan lelaki, tapi sangat disayang hidupnya telah hancur seperti ini. Rambutnya yang panjang dan hitam terus dibelai pria itu, bibirnya yang mungil dilumat, lalu juga ke arah susunya yang rata, kulitnya putih sehingga bekas cupangan sangat terlihat jelas.
Sedangkan nasib Agnes masih belum berubah, walaupun ia sudah selesai menyepong penisku, kini ia diharuskan menyepong penis milik pria lainnya. Entah sudah berapa pria yang telah menggilirnya, tapi permainan ini sama sekali belum berakhir, apa mereka akan menawan kami sampai waktu yang cukup lama? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa kami akan dibunuh? Aku tak mampu memikirkannya lagi, sekarang aku hanya menyaksikan adegan 'live' yang sangat seru.
Kini kulihat Agnes berada di atas salah satu pria yang berbaring dilantai, pria itu kemudian memeluknya dengan cukup erat sehingga pantatnya sedikit nungging. Dengan vagina yang masih tertancap penis, salah satu pria mendekati Agnes dan ingin melakukan aksi anal. Tak mau lama-lama, pria itu dengan cepat dan kasar menusukkan penisnya ke lubang anus Agnes. "Argggghhhhhhh!!!!....", teriak Agnes. Kini lubang vagina dan anusnya telah tertancap penis, giliran mulutnya yang akan disumpal penis pria lainnya. Aku tidak tega melihat Agnes mengejang kesakitan seperti itu, tubuhnya mungil tampak terlihat seperti sedang berada dalam genggaman para monster.
Lama sekali mereka menggenjot Agnes, lalu kualihkan pandangan ke arah Chelsea, ia masih terus digenjot pria tadi. 'Apa enaknya?' pikirku dalam hati, kok pria itu sangat menikmati, menggenjot tubuh seorang anak kecil dan melumat susu yang rata. Sungguh bajingan yang berotak gila, sifatnya tak jauh dari sifat temanku, Tono, yang mempunyai kelainan seks juga.
'BUKKK!' suara tendangan yang sangat keras mengarah ke perut Herman. Ternyata Herman masih mencoba bangkit untuk menyelamatkan Chelsea. "Lu ini gak tau diuntung ya?! Syukur-syukur kalian gak kami bunuh...", kata pria yang menendang Herman itu. "Hahaha, apa dia juga mau nyicip anak ini?", gurau pria yang sedang menggenjot Chelsea. "Tenang saja, tar kalo gue dah puas, lu bole nikmatin juga kok...", sambungnya yang semakin membuat Herman marah. Masih beberapa pukulan dan tendangan mengenai Herman, mulutnya sudah mengeluarkan darah, matanya pun bengkak sebelah.
Agnes sudah mulai tidak sadarkan diri, sekarang hanya satu pria yang memperkosanya, sedangkan pria lain sudah puas mendapatkan giliran. Tubuh Agnes penuh dengan cupangan, wajahnya belepotan dengan sperma, bahkan masih ada beberapa tetes yang mengalir keluar dari mulutnya. Setelah berhasil berejakulasi di dalam vagina Agnes, pria itu pun kemudian mencabut penisnya, terlihat jelas sperma menetes keluar dari lubang vagina Agnes. Kemudian pria itu membopong tubuh Agnes dan dilemparkan ke arah Herman. "Nes...", seru Herman ketika tubuh Agnes didekatnya, Herman lalu memeluknya dan coba membuatnya terjaga.
"Woi! Gue bukan suruh lu pelukin dia!", kata satu pria, lalu pria lain pun menyambung, "Kami mau liat lu ngentot sama tuh perek!". Herman lalu melotot ke arah mereka, seakan tidak percaya betapa malang nasib Agnes. "Napa? Mau lawan? Atau biar kami telpon kawan kami yang lainnya lagi biar lebih rame lagi ngentotin tuh perek?", ancam satu pria.
Herman lalu memucat wajahnya, pelan-pelan akhirnya ia membuka bajunya. "Kalau gak mau, tar kita kentot tuh anak juga...", tambahnya mengancam. "Bole bro, gue dah selesai ne...", kata pria yang memperkosa Chelsea. Tubuh Chelsea yang lunglai ditinggalkan begitu saja dengan vagina yang berdarah karena koyak ditembus penis besar, sekitarnya terlihat cairan sperma yang tertinggal. Herman tak berkutik, ia hanya bisa menuruti kemauan pria-pria itu, Herman mulai menggenjot Agnes yang sedang pingsan. Sinar cahaya air mata terlihat dari wajah Herman, ia terus menangis sambil menyetubuhi Agnes. Malang sekali, pria-pria jahanam itu malah bersorak-sorai, mereka pun kembali mengenakan pakaian mereka sambil mengawasi tingkah laku kami.
Akhirnya ku lihat Herman mengejang, ia sudah berejakulasi dan menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Agnes. "Hebat! Lu ternyata juga doyan ma perek ini... Hari ini kami jual gratis, lain kali mesti bayar loh...", ejek pria bertubuh gede itu. Aku hanya diam dan menundukkan kepalaku. "Hei, lu mau ga? Gratis loh...", seru pria itu ke arah ku, aku pun langsung diam dan berpura-pura tertidur. "Biarin aja bro, anggap aja dia lagi ga mujur, hahahaha...", olok kawannya mengira aku sudah tertidur. Aku hanya pura-pura tertidur, namun aku masih jelas mengetahui aktivitas mereka. Mereka terus berbicara sambil merokok, mengawasi kami dengan cermat.
"Yuk cabut...", aku mendengar ada pria yang berkata demikian, aku tidak berani mengangkat kepalaku, ku biarkan hingga ku dengar pintu terbuka dan tertutup kembali. Saat ku angkat kepalaku, ruangan sudah tidak ada mereka, sebelah kiri hanya ada Chelsea yang tertidur pulas, sedangkan depanku ada Herman yang juga tertidur memeluki Agnes. Kondisiku yang cukup baik, walaupun terikat tapi setidaknya aku tidak disiksa mereka, malah mendapat sedikit kenang-kenangan, dengan kondisi terikat, penisku masih bergelantungan di luar celana yang resletingnya terbuka.
Menunggu cukup lama, akhirnya aku pun tertidur. Dan suara gaduh kemudian membangunkanku, dengan mata sayup-sayup ku coba melihat keadaan sekitar. Sedikit lega, aku melihat ruangan ini ramai dengan polisi, mereka lalu mengevakuasi Herman, Agnes dan Chelsea. Kemudian salah satu polisi mendekatiku dan melepaskan ikatanku. Beberapa polisi terlihat menggeledah kotak-kotak yang ada di ruangan, ternyata isinya adalah botol-botol bir, dan beberapa memasang garis polisi. Kami pun dibawa ke mobil mereka dan meminta kami menjelaskan apa yang terjadi di kantor polisi.
Aku masih sedikit pusing, tapi sesampai di kantor polisi, ku lihat Herman dengan lancar menceritakan apa yang terjadi, walaupun wajahnya masih bengkak di mana-mana. "Pokoknya Alex harus ditangkap! Berapapun akan aku bayar!", Herman menegaskan. Sedangkan Agnes dan Chelsea dibawa ke rumah sakit untuk divisum. Aku pun dimintai beberapa kesaksian, dan aku menceritakan semuanya yang terjadi.

TAMAT

Paling banyak dibaca