Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Thursday, June 14, 2012

Cerita Dewas : MY DIARY [010] Dendam Gagal Interview

http://3.bp.blogspot.com/-VSf6cmxImmc/T9mAV12J0rI/AAAAAAAAADQ/Yps9WTR9fdI/s1600/CEWEK+ZONA.gifTeringat saya dengan kejadian tadi pagi membuat kekesalan saya kembali muncul, sehingga saya juga ingin sekali mengerjai wanita sombong yang sekarang tak berdaya ini. Segera saya bongkar tas milik Tono, berharap saya mendapatkan sebuah mainan yang menarik. Belum sempat menemukan barang yang menarik, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Kami terdiam dan masing-masing menghentikan kegiatan kami. Sialan, siapa yang datang? Pikir saya dalam hati, jangan-jangan suaminya yang pulang? Kenapa tak kepikiran oleh saya dari tadi? "Jangan-jangan suaminya pulang?", tanya saya yang telah memecahkan keheningan. Sambil berbicara pelan, Andi menjawab, "Bukan, suaminya lagi bertugas di Sulawesi, saya sudah minta Syamsul dan Mamat mencari informasi tadi siang". "Lalu, ini siapa? Apa tetangganya? Apa yang harus kita lakukan?" tanya saya kritis. Perasaan saya sangat tidak enak, jantung saya pun kembali berdetak kencang, lulut pun seakan tak mampu bergerak lagi, mungkin kami akan kepergok. "Sebelah rumah kosong, lagian ini rumah sangat besar, tak mungkin suara kita kedengaran oleh tetangga", jawab Andi yang juga was- was. Saya benar-benar ketakutan, saya menyesali apa yang telah saya lakukan, apa saya yang baru mendapat gelar sarjana harus nantinya mendekam di penjara karena ulah tak senonoh ini? Saya liat sekeliling, mereka bertiga pun sudah kelihatan tegang. Bu Viany tidak berani berteriak, mungkin karna kami menaruh benda tajam berserakan di lantai, ada cutter, gunting, dan pisau lipat, mungkin dia tidak berani mengambil resiko untuk berteriak. "Mana koncomu si Syamsul dan si Mamat? Jangan sampai mereka buka pintu. Seharusnya tadi kita mematikan lampu agar rumah keliatan seperti tak ada orang", protes Herman kepada Andi. Samar-samar kami mendengar suara pagar terbuka, saya pun meraih pakaian saya dan bersiap-siap kabur jika sesuatu terjadi. Sialan, gumam saya dalam hati, belum mulai saja sudah diganggu kayak gini. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki, berjalan menuju kamar ini. Dari suara tersebut sepertinya tidak satu orang. Herman segera meraih pisau lipat, dan Andi mengambil cutter yang berserak di bawah kakinya. Tono hanya terdiam, sepertinya dia adalah seorang yang penakut. Dua sosok pria mendekati kamar, dari jauh sangatlah tidak jelas, saya dan teman- teman sudah siap-siap bertindak apa saja agar kami selamat. Sosok tersebut semakin terlihat jelas ketika mereka telah mencapai pintu, ternyata mereka adalah Syamsul dan Mamat. "Bos, lihat apa yang kami temukan di depan pintu?" sahut Syamsul yang sedang merangkul seorang anak kecil. Anak itu saya perkirakan berumur 7- 8 tahun, dengan mulut yang dibekap dengan tangan si Syamsul, gadis kecil itu tak bisa berteriak. Rambutnya diikat seperti ekor kuda, gadis kecil itu juga mengenakan tas di punggungnya, mungkin saja dia baru pulang dari les. "Ini Veronica, anak perempuannya Bu Viany", jelas si Mamat. "Saya mohon lepaskan anak saya. .." pinta Bu Viany dibalik isak tangisnya. Saya tak habis pikir apa yang terjadi selanjutnya. "Hahahaha, ikat anak itu, biar saya yang tangani", minta Tono kepada Syamsul dan Mamat. Tono terlihat senang sekali, senyumnya seperti serigala kelaparan yang menemukan seonggok daging segar, astaga, apa Tono akan mengerjai gadis kecil ini juga? Saya tahu kalau Tono adalah orang yang punya kelainan, tapi apa dia sungguh tega? Syamsul dan Mamat pun mengikatkan gadis kecil itu ke kursi rotan yang terletak dekat tempat tidur. Gadis kecil itu menagis sekencang-kencangnya dan meminta tolong pada ibunya, seakan dia tidak tahu derita apa yang terjadi pada ibunya. Tono mendekati gadis kecil itu, "Gadis kecil yang malang, saya tidak tega sampai dia melihat mamanya bersenang-senang".

- bersambung

Paling banyak dibaca