
Saya dan Andi duduk di bangku ke dua, di belakang saya lihat ada dua
orang dan di depan ada dua orang termasuk sang supir. Andi pun kemudian
memperkenalkan saya dengan mereka. Yang duduk, di belakang, mereka
adalah Syamsul dan Mamat, mereka berperawakan layaknya preman, tangan
penuh tatto dan brewokan. Saya menjadi sedikit takut untuk bergabung
dalam kelompok ini. Tapi dua orang di depan sedikit menenangkanku,
mereka lebih kelihatan rapi dan seperti orang berpendidikan. Yang duduk
di sebelah sang sopir, namanya Tono, dengan memakai kacamata, dia
terlihat seperti seorang kutu buku. Sedangkan sang sopir bernama Herman,
wajahnya seperti tidak asing bagi saya, kulitnya putih dan terawat
layaknya seoarang anak toke yang kaya raya. Baru ku sadari kalau si
Herman ini adalah calon karyawan yang lebih dulu diwawancarai sebelum
kami tadi padi. Andi pun menjelaskan semua, Syamsul dan Mamat adalah
temannya, dan Tono adalah teman si Herman, Andi memperoleh nomor hp
Herman saat mereka menunggu di ruangan tunggu di bank tempat kami
diinterview, seperti kami, Andi dan Herman pun banyak membagi cerita
sambil menunggu interview. Herman ternyata memang anak orang kaya, tapi
dia sebenarnya orang yang mandiri dan tidak mengharapkan bantuan orng
tua nya dalam bekerja, dia lebih milih berusaha sendiri mencari
pekerjaan yang setidaknya tidak mengecewakan kedua orang tuanya.
Sedangkan si Tono ternyata adalah orang yang jorok dan sangat mesum,
sepanjang perjalanan dia selalu membahas masalah bokep, dan saya
sebenarnya sedikit risih. "Jadi, kita mau ke mana nih?" tanya saya
kepada Andi. "Kita mau pergi bersenang-senang, ikut aja, pasti ga nyesal
deh", jawab Andi yang sepertinya dia mempunyai sebuah idea yang
cemerlang.
- bersambung