Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Thursday, June 14, 2012

MY DIARY [005] Dendam Gagal Interview

http://3.bp.blogspot.com/-VSf6cmxImmc/T9mAV12J0rI/AAAAAAAAADQ/Yps9WTR9fdI/s1600/CEWEK+ZONA.gifTiba-tiba Vera masuk keruangan, "Pak Satorman, boleh ke ruangan sebelah untuk interview". "Oya, terima kasih", saya kaget dalam lamunan saya dan segera melihat arloji saya, ternyata sudah 40 menit saya menunggu tanpa ditemani Andi. Saya pun segera bangkit dan keluar dari ruangan, tapi pas di depan pintu, Andi dengan mimik muka yang kelihatannya marah, bergumam "Brengsek" sambil berjalan menuju tangga. Kelihatannya dia juga gagal diinterview, ini malah membuat saya berbalik pikir, apakah para calon karyawan yang tak sesuai dengan kriteria perusahaan, atau interview ini yang lumayan sulit? Saya berusaha menggapai gagang pintu dengan perasaan saya yang sangat gugup. Saya membuka pintu tersebut, "Selaamat pagii", saya coba menyapa orang yang berada dalam ruangan itu. Apa? Ada 2 orang wanita di dalam ruangan itu, mungkin mereka yang akan menginterview saya? Jantung saya pun berdebar kencang, ini adalah pertama kali saya mengalami interview kerja. "Silahkan masuk", salah satu wanita yang duduk berdampingan itu menyapaku dengan senyuman yang menurut saya betul-betul indah. Sambil berjalan menuju ke meja bundar tempat mereka duduk, wanita tersebut menjulur tangannya untuk berjabat tangan denganku, "Susi, manager HRD" dia tetap melayangkan senyumnya yang manis kepada saya. "Satorman", balas saya menjabat tangannya. Sedangkan wanita yang satunya lagi duduk diam saja, mukanya kelihatan judes sekali, walau face-nya lebih cantik dibandingkan wanita yang tadi. "Satorman", saya coba berjabat tangan dengan wanita judes tersebut. "Viany, manager marketing", jawabnya sambil menjabat tangan saya masih dengan muka judes tanpa senyuman. "Silahkan duduk", perintah wanita yang tersenyum tadi. Saya pun segera duduk, dan berpikir kalau kedua wanita ini yang akan mewawancarai saya. Kedua wanita ini masih muda, prediksi saya, mereka masih berumur 30- an, mungkin tak lebih dari 35 tahun. Tubuh mereka pun kurang lebih sama, dengan bodi yang masih sexy dan tinggi badan yang sama, kira-kira 165- 168cm, mereka menggunakan rok yang cukup mini, sangat mempesona di balik usia mereka yang bukan lagi gadis remaja. Bu Viany lumayan cantik, wajahnya mulus terawat, dengan rambut terurai panjang di punggungnya, mungkin kalau di umurnya yang masih remaja, dia adalah gadis incaran teman- teman pria sekelasnya, cuma sangat disayang, pandangannya terlalu sinis, jujur saja saya agak muak melihat gaya juteknya tersebut. Sedangkan Bu Susi, mukanya tidak terlalu cantik, biasa-biasa saja menurut saya. Namun senyumnya telah mengalahkan segalanya, dia terlihat sangat manis jadinya. Bisa saya tebak kalau Bu Susi ini adalah seorang yang periang. Kalau mereka berdua digabungkan mungkin akan menjadi sedikit sempurna, dengan penampilan luar yang cantiknya Bu Viany digabung dengan inner beauty-nya Bu Susi. "Satorman, kamu tahu ada lowongan darimana?", tanya Bu Susi dibarengi senyumannya setelah membolak-balik surat lamaran saya. "Saya cuma coba taruh saja bu", jawab saya, karna saya sudah pasrah mencari kerja sehingga saya pun memasukkan lamaran ke mana saja walaupun tak jelas adanya informasi lowongan. "Jadi, kamu tidak tahu kamu sedang melamar bagian apa?", sambung Bu Viany dengan judesnya, dan saya pun terdiam semakin gugup dan tak tenang. Mukanya sangat masam, seperti tidak senang dengan jawabanku. "Kami lagi butuh staff marketing, kira-kira Satorman berminat ga?", sambung Bu Susi sambil tersenyum seolah dia tak mau saya sampai gugup dan kehilangan pembicaraan. Setiap pertanyaan Bu Viany sangatlah menjatuhkan mental saya, dan Bu Susi yang selalu menjadi malaikat pendamping yang membantu menenangkan ketegangan saya. Saya hanya sesekali memandang ke arah Bu Viany karena wajahnya yang judes itu bisa menciutkan nyaliku. "Kamu belum berpengalam kerja loh, bagaimana nanti kamu bisa yakin kerja di sini?" tanya si ratu sinis itu, sungguh kesal saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya. Dilihat-lihat, wajah ratu sinis ini hampir mirip dengan Pricil master chef, sayangnya yang ini kurang enak dipandang karena pengaruh judesnya. "Satorman kan sudah sarjana, pasti sudah banyak belajar dong di kuliah... " senyuman Bu Susi sangatlah manis, dia selalu terlihat menjadi penolongku. Mungkin karena gugup dan tegang saya menjadi tidak konsentrasi dan banyak pertanyaan yang sulit saya jawab. Apalagi tatapan Bu Viany yang bagai ratu iblis itu, dengan pertanyaan yang bertubi-tubi menjatuhkan mental saya, dan menghilangkan harapan saya untuk diterima bekerja di bank ini. Apa karena pengaruh jabatannya? Di usia 30- an dengan status seorag manager apalagi dengan penampilan yang menawan, itu yang membuat dia menjadi sombong seperti itu. "Sekarang coba kamu praktekkan, coba tawarkan ini di depan kami" kata Bu Viany dengan melemparkan spidol ke arah saya, tatapannya tidak berubah sama sekali, tetap sinis. "Gini Satorman, anggap saja Satorman adalah seorang salesman spidol, dan kami ini calon konsumen, santai saja, tak perlu tegang.. " sambung Bu Susi si malaikat penebar senyum. Dengan perasaan gugup saya mencoba menawarkan spidol itu dan agak sedikit terbata-bata. Dan kelihatannya, Bu Viany sangat tidak puas dengan presentasi saya. Tetapi Bu Susi tetap tersenyum dan memberi kesempatan kepada saya, "Coba Satorman ulangi sekali lagi dari awal, tak perlu tegang, anggap saja kami ini tidak tahu mengenai spidol tersebut, seolah-olah kami tidak tahu sama sekali apa itu yang namanya spidol", belum sempat saya memulai, Bu Viany langsung memotong, "Saya mau kamu mempraktekkannya dari luar ruangan, bagaimana kamu ketemu kami, kamu harus masuk dan mempromosikannya". What the hell is it? Gumam saya dalam hati. Kenapa tuh iblis seolah-olah tidak menghargai saya, dia mau saya mengemis padanya? Tapi apa boleh buat, saya sangat membutuhkan pekerjaan. Dari luar saya mengetuk pintu dan permisi masuk, memperkenalkan diri kemudian menjelaskan produk yang sedang saya promosikan ini. Tak terasa hampir 1 jam saya diwawancarai, dan di akhir interview, Bu Viany cuma bilang "Kalau kamu beruntung, nanti kami hubungi lagi" dia tidak mau memandang saya seolah saya tak pantas bekerja di perusahaan ini. "Satorman tunggu kabar dari kami ya paling lama 1 minggu, kalau tidak kami hubungi berarti kita belum jodoh ya... " kata Bu Susi memberi sedikit harapan pada saya. Walaupun saya tahu bahwa harapan saya tak sampai lima persen. Saya pun menjabat tangan mereka dan mengucapkan terima kasih. Setidaknya saya sudah mencoba, dan sekarang akan meninggalkan ruangan seolah tempat berkumpulnya si hitam dan si putih.

- bersambung

Paling banyak dibaca