Penolakan cinta telah mengecewakanku, dan sudah merusak hidupku bahkan
teman- temanku. Aku yang menjadi seorang perokok, peminum minuman keras,
serta pecandu seks, juga telah menjerumuskan teman-teman ku ke jurang
yang sama. Walaupun hidupku hanya hepi-hepi, tapi dalam lubuk hatiku
masih tersimpan rasa marah, dengki, dendam, dan kesal. "Bos, tugas sudah
diselesaikan, bayarannya besok saya tunggu di terminal", aku menerima
telepon dari preman yang ku bayar untuk mengerjai Alex, pesaing berat
ku, juga orang yang telah berhasil merampas cintaku. Pikiranku sudah
tidak panjang, aku hanya kepengen menghancurkan semua yang
menghalangiku. Tapi aku tahu aku sudah terjerumus dalam dosa, dan hati
ku terasa semakin tidak menyenangkan.
Aku masuk sekolah seperti biasanya, setelah kemarin bolos untuk berpesta
di rumah teman demi berhepi-hepi melupakan beban ku. Seperti biasa, aku
berangkat ke sekolah bersama Tono, teman baikku. Di sekolah, aku lihat
Agnes, gadis yang kucintai masih tidak merasakan perubahanku. Aku memang
telah mencintainya sejak kelas 1 smp, hingga kini sudah akhir semester
di kelas 3, aku memupuskan harapan cinta ku. Aku hanya bisa kembali
memandanginya dari jauh. Dia duduk di depan sedang berkonsentrasi
mendengarkan pelajaran, sedangkan aku dari belakang memandangi cewek
yang dulu pernah ku cintai ini, tetapi kini rasa cinta ku lebih kecil
dibanding rasa kesal ku.
Pada jam istirahat tiba, aku belum sempat mengajaknya ke kantin seperti
biasanya, melainkan dia yang menghampiriku. 'PLAKKK' tiba-tiba Agnes
menampar pipi ku, aku kaget dan mendadak bangkit dari kursi ku. Belum
sempat aku bertanya mengapa, Agnes langsung bertanya, "Herman! Kamu kan
yang menyuruh orang memukuli Alex? Kenapa kamu tega begitu? Kamu tahu,
Alex mengalami patah tulang rusuk? Dia harus diopname entah sampai
berapa lama di rumah sakit...", Agnes terus saja menyalahiku, matanya
kemudian berlinang air mata, aku benar-benar disudutkan dan disalahkan.
"Kamu ini bajingan, man!", teriak Agnes yang sontak membuat seisi
ruangan menjadi sepi tanpa suara. Dibentak seperti itu dihadapan
teman-temanku membuatku malu, aku hanya menundukkan kepala, dan memegang
pipi kiriku yang panas akibat tamparan tadi. Agnes pun mundur dan
kembali ke bangku nya, ia menangis kencang sekali.
Aku sudah tidak tahu harus bagaimana, sepertinya Agnes sangat mencintai
Alex, dan dia benar-benar marah padaku. Jantungku berdegup kencang,
perasaan marah, kesal, semua hilang, kini hanya rasa malu yang
menyelimutiku. Bagaimana tidak, aku ditampar di depan banyak orang,
bahkan orang tua aku sendiri tidak pernah memperlakukanku begitu. Ku
ambil tas dan berlari keluar dari ruangan kelas. Ku nyalakan ninja 150RR
ku dan meninggalkan sekolah ini. Aku bingung dengan apa yang telah
terjadi, hatiku sangat kacau, penuh dengan amarah dan rasa malu. Ingin
sekali rasanya ku bunuh Alex dengan tanganku sendiri.
Tiba-tiba di belakang seperti ada yang membuntutiku, mereka ngebut dan
mengejarku. Aku kira mereka adalah anak brandal yang sering ngajak
ngebut-ngebutan, ternyata mereka adalah teman-temanku, Tono, Iskandar,
Marwan, Budi dan Eko. Mereka mengerti keadaanku dan merasa khawatir
melihatku pergi sendirian. Melihat mereka perhatian, hatiku sedikit
terobati, setidaknya aku mempunyai teman yang setia kawan. Akhirnya aku
mengajak mereka berkumpul di 'markas', cafe yang lebih layak dibilang
pondok, tempat biasa kami berkumpul. Seperti biasa, pesanan kami selalu
rokok LA dan bir Guinness, selera baru yang kami pelajari 2 hari lalu.
Awalnya aku ingin mengajak teman-teman ku mengerjai Alex dengan tangan
kami sendiri, tapi setelah berbincang-bincang, kami malah mempunyai ide
yang lain. Kamipun menyusunnya dengan matang-matang, dan akan kami
laksanakan segera. Aku minta teman-teman ikut ke rumahku, karena kami
akan ganti kendaraan. Mobil kijang krista yang menganggur di rumah
menjadi alat transportasi kami melakukan ide jahat kami. Aku, Tono, Budi
dan Eko sudah siap berangkat, sedangkan Iskandar dan Marwan sudah
menunggu di tempat yang kami tentukan. Tono mengetahui dengan pasti
kondisi Agnes, karena dia pernah membuntutinya.
Agnes selalu berjalan kaki pulang ke rumahnya, jadi sebelum jam pulang
sekolah, kami sudah menunggu di jalan yang cukup sepi, di mana kami
merasa tempat yang cocok melakukan penculikan. Kijang krista ku parkir
di tepi jalan, di bawah sebuah pohon yang rindang. Sambil menunggu, kami
berbincang- bincang dan menghabiskan beberapa batang rokok.
Jalan ini benar-benar sepi, daritadi cuma lewat beberapa unit sepeda
motor. Kiri kanan jalan hanya terlihat sawah, walau jalan cukup lebar,
tapi jarang di lewati, karena bukan daerah strategis yang di tengah
keramaian. Kulihat arloji, sudah menunjukkan pukul 13.10, seharusnya
Agnes sudah berjalan pulang. Kami hanya menunggu di dalam mobil, agar
jika Agnes lewat, dia tidak akan curiga. Aku yang sudah tak sabar terus
memandang kaca spion mobilku, berharap Agnes segera tiba.
Tak lama kemudian kulihat sosok seorang cewek berpakaian smp berjalan
menuju arah sini. Benar, itu target kami, Agnes yang telah mebuatku
kecewa dan mempermalukan ku. Aku sudah siap-siap, jika dia mendekat,
teman-teman ku akan menariknya masuk ke mobil. Aku dan Tono duduk di
barisan depan, jadi tugas penyergapan ku berikan pada Budi dan Eko yang
duduk di barisan belakang kami. Agnes yang terlihat sangat menawan,
sepertinya tidak mencurigai keberadaan kami. Agnes tersentak kaget
melihat Budi dan Eko tiba-tiba keluar dari mobil, dan menariknya ke
dalam mobil. Belum sempat berteriak minta tolong, mulutnya sudah disekap
oleh tangan Budi. Ku segera nyalakan mobilku dan segera menuju target
kami, tempat Iskandar dan Marwan menunggu kami. Agnes terus berontak,
tapi apa daya, dia diapit oleh Budi dan Eko. "Apa yang kalian
lakukan?!", teriak Agnes. "Man, kamu sudah gila??", tanya Agnes kepada
ku. Aku hanya diam, biarkan saja, nanti dia juga tahu apa yang akan aku
perbuat.
Penis ku terasa mengeras ketika ku lihat ke belakang, Budi dan Eko
sedang meraba tubuh Agnes yang mulus. Terdengar tangisan Agnes yang
minta tolong. Sepanjang jalan yang sepi ini, Agnes terus digerayangi,
kiri kanan hanya sawah dan pepohonan. Tangan-tangan Budi dan Eko
menyusup ke dalam balik seragam smp nya, berusaha meraba payudaranya,
dan terus menyingkap rok biru yang dipakainya.
Agnes kelihatan gemetaran, dia tahu dia sedang dalam keadaan bahaya, dan
dia terus mencoba berontak, menyingkirkan tangan-tangan jahil yang
terus meraba tubuhnya. Merasa dihalangi, Eko kelihatan risih, dan ia
melayangkan bogem mentah ke perut Agnes. "Akhh...", Agnes pun akhirnya
pingsan. Mereka pun dengan leluasa meraba tubuh putih mulus Agnes dengan
leluasa. Tujuan kami sudah dekat, Marwan dan Iskandar menunggu kami di
gubuk tua tak terpakai yang ada di tengah banyaknya sawah.
Akhirnya kami pun sampai di tujuan, mobil ku parkir di tepi sawah, dan
kamipun membopong Agnes melewati pematang sawah menuju gubuk itu. Di
sini sangat sepi, seperti sawah tidak terurus, karena petani sudah
pulang dari ladang. Gubuk ini cukup reot, maklum, sudah lama tidak
pernah digunakan. Kami pun segera membopong Agnes masuk dan mengikatnya
ke sebuah meja yang ada di dalam gubuk.
"Ambilkan air...", perintahku kepada Tono. Tono pun segera mengambil
botol minum yang dia bawa di dalam tasnya. Langsung ku siramkan air
dalam botol minum Tono itu ke wajah dan tubuh Agnes. Seragam smp nya
basah dan samar-samar terlihat bra nya di
balik pakaian putihnya yang basah. Agnes pun mulai membuka matanya, ia
terlihat kaget ketika mengetahui dirinya sedang terikat. Kami hanya
mengikatkan tangannya ke ujung meja, sedangkan kakinya kami biarkan
menjuntai ke bawah. "Man, lepasin aku! Bajingan kamu man!!!", teriak
Agnes. Tanpa basa-basi aku langsung maju dan menampar pipinya dengan
keras sampai bertubi-tubi. Pipinya memerah dan dia mulai meneteskan air
mata. "Lepasin aku man... Aku mohon...", pinta Agnes yang kelihatan
gemetaran.
Teman-teman ku yang lain mundur dan duduk di kayu-kayu yang berantakan
di dalam gubuk, "Bos senang-senang dulu, nanti kalau sudah bosan baru
kami gantikan...", kata Tono. Aku segera melepaskan semua pakaianku,
melihat itu Agnes lebih ketakutan lagi. Penisku sudah ngaceng banget,
sudah tak tahan ingin melesapkan ke lubang vagina Agnes. Ku dekati tubuh
Agnes, kuciumi bibirnya, ia berusaha menolak, tapi aku terus mencium
dan menjilati bibirnya. Sampai di lehernya kucium wangi tubuh Agnes yang
kian menggoda nafsuku. Bau tubuhnya harum, kuciumi leher dan kucupang
sampai gairahku benar-benar membara. Akhirnya ku buka paksa bajunya,
kutarik hingga kancing bajunya lepas semua. "Jangan man, aku mohon...",
pinta Agnes yang kian kencang tangisannya. Aku tidak peduli, badanya
sudah tanpa balutan baju smp nya, payudaranya berbalut bra warna cream
bergoyang-goyang ketika Agnes terus meronta. Ku tarik bra nya hingga
lepas, sungguh pemandangan yang sangat indah, payudaranya putih sekali,
sangat mulus, walau sedikit kecil, tapi sangat merangsangku, payudaranya
yang ranum dengan puting kecil berwarna merah muda seperti menggodaku.
Ku kulum puting susunya dengan bringas. Kusedot dengan kuat dan sedikit
kugigit putingnya.
Agnes hanya bisa merintih kesakitan, pipinya yang merah akibat
tamparanku sudah basah oleh air matanya yang tidak berhenti mengalir.
Kakinya mencoba menendangku untuk menjauh. Dengan kesal lalu kutarik
roknya sampai lepas dari kakinya. Rok warna biru itu ku lemparkan ke
lantai, dan kemudian ku tarik paksa celana dalamnya yang berwarna pink
hingga melorot ke bawah. Vaginanya terlihat segar, sepertinya belum
pernah terjamah, bulu-bulu nya pun masih jarang-jarang. Tanpa memikirkan
masalah ke depan, aku langsung menancapkan penisku yang sudah mengeras
ke dalam vagina Agnes. Sempit sekali, aku benar-benar kesulitan untuk
menusukkan penisku.
"Jaangannn... Aakkuuuu moohhooonnn......", Agnes mencoba memelas.
Kegigihanku akhirnya berbuah hasil, penisku akhirnya berhasil masuk ke
dalam vagina Agnes. Matanya langsung melotot kaget ketika ku tancapkan
penisku sampai habis ke dalam lubang vagina Agnes yang belum pernah
tersentuh pria. Aku sudah seperti kesetanan, ku genjot Agnes dengan
brutal sambil menyedot-nyedot puting susunya. Teman-temanku yang sedang
nonton aksi ku sudah melepaskan pakaian mereka masing-masing, penis
mereka semua sudah berdiri tegak. Aku mempercepat irama ku, agar aku
segera menyalurkan buah cintaku melalui sperma ke dalam rahim Agnes, dan
agar aku segera menyudahinya sehingga aku bisa berbagi dengan
teman-teman baikku yang aku yakin sudah tidak sabar menunggu giliran.
Kurasakan ada cairan yang membasahi penisku, sambil terus menggenjot,
aku melihat ke arah penisku, ada sedikit cairan merah keluar dari
sekitar lubang vagina Agnes. Aku yakin itu adalah darah, aku tidak
peduli, aku terus menggenjot dengan perasaan puas telah berhasil
merengut keperawanan Agnes.
Penisku terasa akan memuntahkan sperma, sedangkan Agnes sudah tak mampu
meronta, nafasnya ngos-ngosan, dan aku berhasil menyemprotkan cairan
sperma ke dala vagina hangat milik cewek yang pernah aku menolak cintaku
ini. Aku pun kemudian menarik penisku, mundur dan duduk di tumpukan
kayu-kayu bekas di sudut ruangan. Teman-teman ku segera berlarian ke
arah Agnes, mereka berebutan untuk menggagahi Agnes. Seperti serigala
lapar yang melihat domba tak berdaya, mereka sangat brutal, memanfaatkan
segala lubang yang ada.
Ada yang menusukkan penis ke mulut Agnes, ada yang di vagina, bahkan ada
yang di lubang anusnya. Aku tidak memperhatikan kejadian selanjutnya
lagi, karena aku ketiduran di atas tumpukan kayu ini. Aku tidak tahu
mereka telah melakukan berapa ronde terhadap Agnes, tahu-tahu hari sudah
pagi, dan aku dibangunin oleh Tono. Aku lihat Agnes masih terikat di
meja, sepertinya dia sudah tertidur. Sedangkan teman- teman ku sedang
sibuk untuk kembali berpakaian.
"Sudah jam 5 man, yuk kita pulang...", ajak Tono. "Kalian pulang saja
dulu, aku mau temani Agnes di sini dulu, biarkan dia istirahat
sebentar...", jawabku. "Tapi man...", balas Tono. "Kunci mobil ada di
saku celana ku, ambil saja, nanti kalau aku perlu, aku akan telepon kamu
untuk menjemputku...", aku perintahkan Tono karena aku tahu mereka
pasti ingin pulang dan beristirahat. "Oke lah, nanti telpon saja kalau
sudah perlu", jawab Tono sambil mencari kunci di celana ku yang
tergeletak di lantai. Aku tahu Tono belum mempunyai sim A, tapi dia
sudah mahir membawa mobil. Mereka pun cabut dan meninggalkan kami berdua
di gubuk reot ini.
Aku masih terbaring sambil menatap ke arah Agnes, cewek yang pernah
kucintai. Andai saja dulu dia menerima cintaku, maka semua hal buruk
tidaklah perlu terjadi. Terdengar rintik- rintik hujan yang mengenai
seng di atas gubuk, sepertinya akan hujan lebat. Ternyata dugaanku
benar, rintik- rintik semakin deras. Tiba-tiba aku mendengar suara dari
arah luar, "Ayo berteduh...", suaranya seperti menuju ke arah gubuk ini.
Suaranya kian dekat dan aku kerepotan untuk bersembunyi di balik
tumpukan kayu bekas ini. 'Brakk...' suara pintu dibuka dengan keras. Aku
lihat 3 orang pria tua berbadan gelap tanpa menggenakan baju masuk ke
dalam gubuk. Hanya mngenakan celana pendek dan membawa cangkul, aku
yakin mereka adalah petani.
Aku tak sempat menyembunyikan Agnes, dan aku melihat betapa terkejutnya
bapak-bapak itu menemukan seorang gadis tanpa busana di gubuk ini. Aku
hanya bisa mengintip dari persembunyianku di balik kayu-kayu bekas,
untung saja aku sempat menarik pakaian ku, sehingga mereka tidak akan
curiga aku ada di sini, karena hanya ada baju Agnes yang berserakan di
lantai. Aku tidak tahu apa yang akan pak petani itu lakukan setelah ini,
aku tidak berani keluar, bisa-bisa aku dihakimi mereka dan dilaporkan
ke polisi.
Ketiga bapak-bapak itu sekitar umuran 40-an, dengan kulit hitam akibat
sering berjemur di bawah terik matahari, dan sedikit terlihat otot-otot
di tubuh mereka. "Apa kita lagi bermimpi?" "Mimpi apa kita nih?" "Ada
bidadari yang kesasar" "Hadiah buat kita kali ya?" mereka saling
berkomentar melihat tubuh Agnes yang terikat dengan kaki terjuntai ke
bawah. Salah satu bapak itu melepaskan ikatan Agnes. Aku kira mereka
akan menolong Agnes, nyatanya tidak demikian, mereka membutuhkan
kehangatan karena suasana yang dingin akibat hujan deras yang terus
berlangsung ini.
Ketiga bapak tersebut segera melepaskan pakaian mereka. "Dapat perek
cantik, masih muda, eh, gratis lagi...", sahut bapak yang membuka tali
pengikat tangan Agnes. "Namanya Agnes Monica..", seru salah satu bapak
yang mengumpulkan seragam smp Agnes yang berceceran di lantai. "Gak
kalah-kalah artis aja, hahahahaha...", olok bapak lain yang sedang
meraba tubuh Agnes. Kemudian bapak tersebut meletakkan baju Agnes di
tumpukan ranting-ranting kering yang tadinya berserakan juga di lantai,
bapak itu kemudian menyalakan api, mambakar pakaian Agnes sekalian
menjadikan api unggun.
Suara mereka semakin kabur dan tidak kedengaran akibat derasnya hujan
yang sangat lebat. Agnes masih belum sadar, aku tak tahu apa dia
tertidur atau telah pingsan. Ketiga bapak-bapak itu mengerayangi Agnes.
Susunya disedot-sedot, bibirnya dicium-cium, bahkan vaginanya yang penuh
dengan sperma yang telah mengeringpun terus dicium oleh mereka. Melihat
kejadian itu, penisku kembali mengeras, tapi aku hanya bisa mengintip
sambil mengelus-elus penisku.
Kemudian sepertinya Agnes tersadar, tapi dia sudah tak bisa melawan, mau
berteriak pun tak bisa, mulutnya sudah tersumbat batang penis bapak
petani itu, payudaranya sedang disedot pak petani yang satunya lagi,
sedangkan yang satu lagi sudah menusukkan penisnya ke lubang vagina
Agnes. Sungguh malang nasib Agnes, aku sedikit merasa iba melihatnya,
aku sudah sangat bersalah. Tapi posisi sekarang sudah sulit, aku hanya
bisa mengocok-ngocok penisku yang sudah mengeras sambil mengintip acara
seks secara live ini. Ini pertama kali aku melihat adegan seks 3
bapak-bapak umuran 40-an tahun melawan seorang cewek smp yang tak
berdaya umur belasan tahun.
Agnes terlihat ketakutan, ia menangis lagi, dan mungkin dia sudah pasrah
dengan nasibnya. Badannya lemas, entah berapa ronde teman-temanku telah
menggagahinya. Aksi mereka berlangsung lama, apa meraka ada
mengkonsumsi jamu kuat? Berbagai gaya mereka praktekkan sambil
bergantian posisi. Sampai hujan sudah reda pun mereka masih tidak mau
menghentikan aksi mereka. Agnes diangkat oleh bapak lain agar Agnes
beradegan gaya WOT, tapi Agnes sudah tak mampu menggerakkan tubuhnya,
terpaksa dua bapak itu mengangkat tubuh Agnes dan menggoyangkannya untuk
memberikan service kepada bapak-bapak satunya lagi yang baringan di
lantai sambil meremas-remas buah dada Agnes. Aku sendiri saja yang
mengintip sudah capek sekali, mungkin menurutku sudah jam 5 sore, tapi
mereka masih semangat terus menggenjot Agnes yang rambutnya sudah
berantakan bagai orang gila. Aku sendiri pun sudah 2 kali berejakulasi
di tangan sendiri. Kulihat Agnes sudah kembali tak sadarkan diri, sudah 9
orang yang menyetubuhinya, dia pasti sudah tidak akan kuat lagi.
Setelah puas menidurinya, ketiga bapak-bapak itu pun bangkit dan
mengenakan celana mereka kembali. "Hujan gak bisa ngerjain sawah, tapi
lumayan bisa ngerjain perek gratis..." sebelum meninggalkan gubuk,
mereka masih sempat mengencingi tubuh Agnes yang tak berdaya tergeletak
di lantai. Benar-benar nasib yang sangat malang. Aku masih belum berani
keluar dari persembunyianku, aku takut bapak-bapak itu kembali lagi, aku
hanya mengenakan kembali pakaianku. Agnes masih terbaring lemas di
lantai, sedangkan ku intip dari sela lubang gubuk, langit sudah mulai
gelap, prediksi ku benar, ku lihat arloji ku sudah menunjukkan pukul
18.35 . Aku bingung harus bagaimana, kalau aku telpon teman-temanku,
nanti aku malah takut kepergok. Di sini memang sepi, tapi sial-sial,
kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, tadi saja aku tak nyangka
akan datangnya tamu tak diundang. Satu-satunya jalan, aku mesti
mengendap-ngendap keluar dari sini. Tapi aku juga sedikit iba dengan
kondisi Agnes, badannya penuh dengan bekas cupangan, pipinya yang basah
dengan air mata masih merah akibat tamparanku, bercak sperma ada di
sekujur tubuhnya yang putih dan mulus itu, rambutnya sudah acak-acakan
karena dijambak oleh pria-pria kesetanan. Aku hanya bisa menyalahkan
diriku, tetapi ketika aku flashback kembali, andai saja Agnes menerima
cintaku, atau setidaknya dia lebih jujur di jauh hari bahwa dia sudah
punya pacar, mungkin aku tidak akan terjerumus di dalam kegelapan
seperti ini.
Jam arloji ku sudah menunjukkan pukul 20.00, mungkin aku sudah tidak
boleh bersembunyi lagi. Aku berharap situasi sudah sepi, jadi aku bisa
keluar dari gubuk ini. Tapi ku lihat Agnes sudah mulai sadar, ia bangkit
dan kemudian mulai menangis lagi, dia sudah tersakiti baik secara
mental maupun jiwa, sungguh perbuatan kami sangat tak terpuji. Dalam
pikiranku aku malah ingin memukul diriku sendiri. Aku melihat Agnes
mencari sesuatu di lantai, dalam kegelapan aku yakin dia mencari
seragamnya, kemudian dia hanya menemukan sisa-sisa seragam yang tak
terbakar, tapi itu sudah tidak bisa digunakan lagi. Agnes kembali
menangis, tubuhnya tidak akan dibaluti pelindung tubuh lagi. Aku lihat
dia sempoyongan berjalan ke arah pintu gubuk, dia pastinya ingin segera
keluar dari tempat laknat ini, tempat yang akan terus dia ingat seumur
hidupnya.
Tanpa berpakaian, Agnes sempoyongan keluar dari gubuk, di luar pun
sangat gelap, aku pun kemudian mengendap-ngendap keluar dari gubuk,
mencoba mengikuti Agnes. Jalanan setapak ini cukup licin karena tadi
tersiram hujan, kiri-kanan adalah sawah, aku takut Agnes terjatuh ke
sawah saja, tubuh nya kan masih capek, apalagi dengan suasana gelap
begini. Aku terus mengawasinya dari jauh, kakinya sudah mulai kotor
dengan lumpur basah. Jalannya masih sempoyongan seperti tanpa tujuan.
Sudah beberapa petak sawah kami lewati, sebentar lagi kami pasti ketemu
jalan besar. Agnes pun sudah terjatuh sampai berkali-kali, tapi dia
tetap bangkit, badannya juga sudah penuh dengan lumpur.
Aku melihat ada cahaya, cepat-cepat aku kembali bersembunyi di balik
pohon. Agnes segera berteriak, "Tolong... tolong...". Agnes meminta
bantuan ke arah cahaya itu. Cahaya itu semakin dekat, semakin aku
melihat jelas, itu adalah cahaya lampu senter, ada dua senter yang
menuju kemari. "Pak, tolong saya pak..." Agnes berlari dengan
sempoyongan ke arah mereka. Aku lihat 2 orang pria dengan menggunakan
senter menyoroti tubuh Agnes. Entah mereka berjaga malam atau pencari
kodok. Muka mereka tidak kelihatan jelas, karena gelap dan sedikit silau
akibat cahaya senter.
Samar-samar ku mendengar percakapan mereka, bukannya membantu mereka
malah mengerjai Agnes, astaga, malangnya nasib Agnes. Mereka pun segera
membuka pakaian mereka, Agnes kaget dan coba berlari berbalik arah.
Larinya sempoyongan, semakin dekat ke arahku, sedangkan dua orang
tersebut sudah telanjang bulat dan segera mengejarnya. Agnes yang
sempoyongan pun terjatuh di tanah yang becek, badannya sudah bermandikan
lumpur. Kedua pria itu sudah dekat, senter akhirnya merek matikan agar
tidak dicurigai warga. Agnes kemudian ditendang salah satu pria pas di
perutnya, hingga Agnes tersungkur dan muntah-muntah. Melihat itu, hati
ku langsung tergerak, walaupun aku masih kesal dengan Agnes, dan pernah
dikecewakan, tetapi aku juga pernah mencintainya. Segera ku ambil hp
yang ada dalam saku ku. Ku cari nomor Tono dengan tangan yang gemetaran,
aku tidak bisa lihat Agnes lebih tersakiti lagi. Sialan, kenapa tidak
diangkat, gumamku dalam hati. Sedangkan 2 pria itu sudah memeluk tubuh
Agnes yang lebih kecil dibandingkan mereka. Sudah 3x aku telpon, Tono
masih tidak mengangkat telponku, sialan, mati kali tuh anak, gumamku. Ku
cari nomor Iskandar, Marwan, Budi dan Eko, ku telpon satu-satu, tapi
juga tidak ada yang angkat. Hatiku semakin kacau, akhirnya ku sms ke
Tono dan ku forward ke teman-teman, 'keadaan bahaya, segera ke tkp!' Aku
pun kemudian memberanikan diri untuk menolong Agnes, ku lihat mereka
sedang mengerayangi Agnes, aku sudah tak mampu lagi menambah beban
Agnes. "Woi, hentikan! Dasar bajingan!" aku berlari ke arah mereka.
Mereka yang lagi asyik menciumi tubuh Agnes yang penuh lumpur, ku
tendang. Mereka tersungkur dan kaget. Ku buka baju ku dan ku lemparkan
ke arah Agnes, bermaksud agar dia menutupi tubuhnya. "Wah, ada yang mau
jadi pahlawan..." "Jangan-jangan malah dia yang tadi memperkosa nih
cewek", seru mereka.
Agnes tak bergerak lagi, mungkin dia stress dengan keadaan ini. Aku
semakin iba, rasa kecewa ku pun menghilang, sekarang yang kurasakan
hanya dosa-dosa ku. Aku berlari ke arah pria telanjang itu, dan ku
pukuli, aku melawan 2 pria yang berbadan lebih besar dariku. Aku
kesulitan menghadapi mereka, aku yang sudah capek dan kewalahan melawan 2
pria yang lebih berotot dariku. Satu sudah berhasil menngkapku dari
belakang, dan satunya lagi memberikan tinjuan bertubi-tubi ke arah
perutku. "Akhh..." sepertinya aku muntah darah.
Tubuhku lemas dan kemudian aku dilemparkan mereka ke sawah. Badan ku
sudah lemas, aksi kepahlawananku telah tak membuahkan hasil. Mereka
kembali mendekap tubuh Agnes. Bajuku yang dipakai Agnes untuk menutupi
tubuhnya telah direbut dan dibuang salah satu lelaki bejat itu. Dengan
badan penuh memar, aku masih berusaha bangkit, dan menolong Agnes, aku
merangkak naik dari sawah, dan terhuyung-huyung berjalan ke arah mereka.
Pandangan ku sudah kabur, mata ku mungkin sudah bengkak akibat pukulan
tadi yang pas mengenai mata sebelah kananku. Aku berusaha melerai
mereka, mereka sepertinya kesal karena merasa terusik. Satu pria
kemudian bangkit dan memukulku, yang satunya lagi mencari sesuatu di
baju-baju mereka yang terletak di tanah. Ternyata pria itu mengambil
pisau, ia menuju kemari, aku yang sudah tak mampu melakukan perlawanan
langsung ditusuk dari depan, pas ke arah perutku. Aku lihat darahku
terus mengalir ketika pria itu menarik pisau tersebut, ku pegangi
lukaku, kakiku tak bertenaga lagi, dan akupun tersungkur. Aku lihat
Agnes menangisi keadaanku dan memohon, "Jangan bunuh dia..."
Aku terbaring di tanah basah, tubuhku sama sekali tidak bisa digerakkan,
mungkin inilah ajalku. Aku sudah siap mati, ini mungkin akibat
dosa-dosaku. Dengan mata yang masih terbuka, aku melihat Agnes digarap
mereka tanpa perlawanan. Tak mampu melihat itu, kesadaranku pun hilang.
Entah apa yang mereka lakukan pada Agnes selanjutnya aku sudah tidak
tahu. Saat terbangun, aku melihat Agnes masih tergeletak di tanah,
tubuhnya penuh lumpur yang mengering, tanpa kedua lelaki itu. Kaki Agnes
mengangkang lebar, dan vaginanya ditancapkan dengan sebuah senter yang
sedang menyala. Aku menyeret kaki ku, berusaha merangkak ke arah Agnes,
mungkin ini sudah subuh, langit masih gelap. Ku cabut senter yang
tertancap di vagina Agnes dan ku matikan, khawatir lebih banyak pria
bejat lain yang menemukan kami. Ku peluk tubuh Agnes yang telanjang
bulat, penuh lumpur dan berbau sperma, aku terus meminta maaf sambil
memeluk erat dirinya. "Maafkan aku..." aku pun menangis meratapi keadaan
kami, "Maafkan aku... Maafkan aku... Maafkan aku..." aku terus memohon
maaf sambil menangis, sampai akhirnya aku kembali tertidur.
Saat aku tersadar, aku sudah berda di sebuah ruangan yang asing, tubuhku
masih lemas. Aku hanya melihat Tono duduk di samping tempat tidurku,
"Di mana ini?", tanyaku. "Rumah sakit, man.. Kamu sudah tak sadarkan
diri selama seminggu". Aku ingat kembali kejadian itu. Ku pegang
perutku, sudah ditutup perban. "Perutmu sobek, jadi harus dijahit..."
Tono terlihat kasihan dengan keadaanku. "Lalu bagaimana dengan Agnes?",
tanyaku. "Dia sudah terbang ke Singapore, orang tuanya memilih
membawanya ke sana untuk direhabilitasi, dia juga sudah menyelamatkan
kita, dia mengaku pada kepolisian bahwa dia telah diperkosa orang yang
tak dikenal, dan engkau, Herman, yang telah berusaha
menyelamatkannya...", jawab Tono. Mendengar cerita Tono tersebut, aku
langsung menangis, aku terus menyalahkan diriku sendiri, Agnes yang
telah ku sakiti malah membelaku.
Satu bulan lamanya aku di-opname di rumah sakit. Di hari terakhir akan
meninggalkan rumah sakit, teman baik Agnes menemuiku, ia memberikan buku
harian milik Agnes yang ketinggalan di rumahnya. Aku segera membukanya.
Apa yang ku temukan di dalamnya? Aku menangis semakin jadi ketika
membaca catatan hariannya, Agnes ternyata juga mencintaiku, tiap lembar
buku hariannya menuliskan itu. Dia hanya dipaksa bersama Alex, dia
dijodohkan secara paksa oleh kedua orang tuanya. Dari catatannya, dia
tidak pernah mencintai Alex, hanya saja ia terpaksa karena orang tua
Agnes mengalami kesusahan ekonomi, dan banyak berhutang kepada orang tua
Alex. Aku semakin merasa bersalah. Ingin diriku menyudahi hidupku,
bahkan setelah keluar dari rumah sakit, aku sudah berkali-kali melakukan
percobaan bunuh diri.
Sampai akhirnya aku kembali terjemus ke dunia hepi-hepi, mungkin karena
beban ku yang sudah terlalu berat, hanya dengan bersenang-senang lah aku
bisa menghilangkan rasa frustasiku. Hampir setiap hari aku dan
teman-temanku, Tono, Iskandar, Marwan, Budi dan Eko berpesta seks dengan
cewek yang kami kenal, Ayu, Lisa dan Widya. Kehidupan kami terus
diselimuti awan gelap hingga hari ini.
TAMAT
Thursday, June 14, 2012
Paling banyak dibaca
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
10. A whale is swimming off the Valdes peninsula (Argentina). 9-Icebergs and an Adelie penguin in Adelie Land of Antarctica. Antarctica...
-
Salam Jp buat yang belum bergabung tunggu apa lagi Togelhok88 Bandar judi online togel terpercaya, Tempat betting aman togelhok88 "LI...
-
Cerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa ...
-
Kalau kamu perhatikan bentuk-bentuk benda di bumi ini, sangat beragam, bukan? Ada yang bulat, lonjong, persegi, kubus, piramid, dan masih ba...
-
Erotis, Seksi, Menarik serta Kaya? Berikut adalah 10 idola pria Jepang. Penilaiandilakukan atas sering muncul dalam acara TV, film DVD dan...
-
BEIJING--MI: Sejumlah ilmuwan dan pembuat film menemukan spesies baru tikus raksasa dan hewan lain yang selama ini tak pernah disaksikan jau...
-
Pada pertengahan bulan Juni, Fauziah dan anaknya datang ke rumah Waluyo. Anak-anak sekolah baru saja beberapa hari memulai libur panjangnya...
-
Orang memodifikasi tubuh mereka untuk terlihat berbeda. Mereka memiliki perasaan yang unik dan khusus, dipilih dengan cara. Sebagian besa...