Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Tuesday, May 27, 2014

Penghuni Dolly dan Jarak: Whisnu itu 'gombal mukiyo'

MERDEKA.COM. Wakil Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Whisnu Sakti Buana, kena 'batunya.' Setelah mati-matian ikut menyuarakan penolakan atas penutupan Gang Dolly dan Jarak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, para penghuni lokalisasi kini tahu 'belang' politisi asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.

Whisnu, memang belakangan diketahui berseberangan dengan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini terkait masalah penutupan Gang Dolly dan Jarak, bahkan sejak dia masih duduk di kursi Wakil Ketua DPRD Surabaya, Whisnu merupakan salah satu tokoh yang ingin memakzulkan Risma di awal-awal kepemimpinannya sebagai wali kota.

Setelah Ketua DPC PDIP Surabaya ini, diangkat sebagai wakil wali kota menggantikan Bambang Dwi Hartono, yang mundur karena maju sebagai calon gubernur di Pilgub Jawa Timur 2013 lalu, Whisnu kembali berseberangan dengan Risma soal rencana penutupan lokalisasi.

"Whisnu itu gombal mukiyo (istilah warga Surabaya untuk mengecam kebohongan)," teriak salah satu warga Jarak saat akan menggelar aksi turun jalan, Senin (26/5).

Sementara menurut Ketua Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Suyitno, dalam berapa kali pertemuan yang dihadiri perwakilan dari lima RW di Kelurahan Putat Jaya, hadir juga Whisnu dalam pertemuan yang digelar sejak 16 Mei hingga 21 Mei lalu itu, tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa.

"Wawali tidak menyampaikan dengan lugas, tegas dan terbuka tentang rencana strategis, dasar analisa sosial-ekonomi-budaya maupun dasar legalitas penutupan lokalisasi," katanya.

Suyitno yang juga Ketua RW itu mengatakan, hadir pada pertemuan itu, Whisnu hanya mengumbar janji tanpa bukti. "Dia (Whisnu) mengatakan, jika suatu saat program kompensasi tidak sesuai, maka warga maupun pengelola boleh membuka wisma kembali pasca-penutupan. Ini jelas pembodohan dan tidak logis, karena kompensasi lainnya kurang dari Rp 10 juta saja, sampai saat ini belum mampu diselesaikan oleh Pemkot Surabaya, di dua lokalisasi yang sudah ditutup," papar Suyitno.

"Wawali juga mengiming-imingi warga dengan pekerjaan di Pemkot maupun di pabrik-pabrik. Sedangkan yang menolak, tidak akan mendapat program kompensasi," keluhnya menceritakan janji Whisnu yang kemudian disauti warga 'Whisnu cuma pembohong'.

Dua lokalisasi yang sudah ditutup dan menjadi korban kebohongan pemerintah, kata Suyitno adalah Dupak Bangun Sari dan Klakah Rejo, yang sampai sekarang janji kompensasi maupun peningkatan ekonomi warga berupa usaha mandiri dan produktif, dalam praktek dan kenyataannya, terbukti gagal.

"Dana kompensasi tidak sesuai yang dijanjikan. Sebagian malah tidak mendapat kompensasi. Termasuk program keterampilan terkesan asal-asalan. Dua hari menjalani program keterampilan, bisa apa? Program yang tidak jelas ini jelas hanya akan menghasilkan pemiskinan hingga pengangguran pasa-penutupan," tandas Suyitno.

No comments:

Paling banyak dibaca