Kenalkan namaku Yudi, umurku 27 tahun dan aku bekerja sebagai Assisten
Manager Audit di sebuah perusahaan yang bergerak di perkebunan di kantor
pusat Jakarta. Kerjaku 1-2 minggu di lokasi perkebunan yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan dan Papua. Dan minggu – minggu selanjutnya di
kantor Jakarta. Tinggi badanku 170 cm, berat 60 Kg kulit coklat agak
gelap karena seringnya bekerja di lapangan. Aku masih sendiri karena
ingin menabung untuk masa depanku.
Jabatan ini aku peroleh seminggu yang lalu karena sudah 4 tahun aku
menjabat sebagai assisten kebun di wilayah Kalimantan Barat dan dianggap
mampu serta mengetahui seluk beluk bidang pekerjaanku terutama masalah
budget dan controlling selain keahlianku di lapangan.
Hidup di Jakarta memang tidaklah mudah, perlu penyesuaian dan kesabaran
yang tinggi serta masalah pengaturan keuangan agar bisa hidup di
belantara beton. Walau sama-sama belantara, namun hidup di lokasi kebun
perusahaan yang notabene belantara hutan beneran lebih asri, sejuk dan
tenang dibandingkan belantara beton di kota ini.
Untung dengan posisiku, aku mendapat beberapa fasilitas dari perusahaan
yang tidak aku dapat pada posisi terdahulu. Aku mendapat uang sewa rumah
yang lumayan besar dan beberapa fasilitas lain seperti mobil
operasional dan UPD yang lumayan besar bila melakukan audit di lokasi
perkebunan.
Setelah 2 bulan hunting rumah kontrakan, akhinya aku dapat di sebuah
perumahan di Bekasi. Atau sekitar 1 jam dari kantor menggunakan mobil.
Sebulan aku mengurus rumah, aku sudah tidak sanggup, apalagi sering aku
tinggal ke luar kota. Aku kemudian mencoba mencari pembantu untuk
mengurus dan membersihkan rumahku. Saat aku mencari makan di perbatasan
Tasikmalaya sepulang aku dari rumahku di Magelang, aku coba menanyakan
kepada salah satu pelayan warung makan yang lumayan manis dan montok
walau kulitnya agak gelap.
“Mbak, mau nanya boleh?” kataku pada seorang pelayan warung makan saat aku makan siang
“Iya mas, ada apa?” jawabnya
“Mbak tau tempat untuk mencari pembantu rumah tangga di sekitar sini?” tanyaku
“Emang masnya nyari pembantu untuk siapa dan dimana tinggalnya?” tanyanya
“Untuk saya dong, rumah saya ngga ada yang ngurus kalo saya tinggal,
apalagi kalo keluar kota. Selain itu saya masih sendiri mbak. Kalo bisa
yang bisa masak sekalian, biar ngga repot kalo saya tinggal di Jakarta”
jawabku
“Kalo gajinya mas?” tanyanya lagi
“Berapa mbak rata-rata gaji pembantu disini ?” tanyaku
“Saya kurang tahu mas, tapi kalo saya disini digaji 600 ribu sebulan” jawabnya
“Ooo…..kalo mau ya saya gaji 850 ribu deh plus makan, tempat tinggal dan MCK ditanggung” kataku sambil bergurau
“Kalo gitu saya aja mas, tapi gajinya digenepin yah jadi 1 juta gitu” katanya menawarkan diri sambil tersenyum
“Masalah gaji sih ngga masalah, tapi suami apa orangtua mbak keberatan nggak?” tanyaku sambil menyelidik
“Saya udah cerai kok mas, jadi agak bebas. Kalo orangtua saya nggak masalah” jawabnya
“Oya, nama mbak siapa? Dari tadi aku lupa nanya nama. Saya Yudi ” kataku
“Kalo saya Mirna, lengkapnya Mirna Nurlela” jawabnya
Akhirnya aku menunggunya untuk ngomong sama pemilik warung dan ketika
pemilik warung mengantar Mirna ke mejaku, aku berdiri dan ngomong kepada
pemilik warung agar mengerti. Dia mengangguk dan mendoakan Mirna agar
berhasil ikut aku.
Kemudian aku mengantar Mirna ke rumahnya yang terletak sekitar 5 km dari
warung itu di sebuah desa yang masih tertinggal. Sampai disana aku
ngomong kepada orangtua Mirna sambil memberi kartu nama dan alamat serta
nomor telpon rumahku. Setengah jam kemudian Mirna kembali keruang tamu
sambil membawa tas kecil berisi pakaian.
Setelah itu aku memberi uang 500 ribu untuk ibunya Mirna karena hatiku
iba dengan kehidupan mereka di desa ini, dan mereka berterima kasih
kepadaku. Mirna juga tersenyum kepadaku saat adiknya aku berikan uang 50
ribu untuk beli buku. Kamipun berangkat ke Jakarta lewat Bandung.
Akhirnya kami tiba di Jakarta pukul 10 malam dan kemudian meunjukkan
tempat tidur Mirna. Setelah itu aku segera mandi kemudian tidur.
Keesokan harinya aku bangun dan saat menuju kamar mandi, aku lihat Marni
sedang mengepel lantai. Di meja makan sudah tersedia segelas kopi panas
dan nasi goreng. Setelah aku mandi aku lalu sarapan dan sempat aku
lihat Marni mengepel lantai dalam posisi membungkuk. Terlihat pantatnya
yang indah membulat bergerak-gerak dan membuat aku terangsang.
Setelah sarapan aku jelaskan tugas Marni dan fasilitas yang ada di
rumah. Dia mengangguk tanda mengerti dan saat kulihat bajunya, ternyata
sudah ada yang robek. Siang harinya Marni aku ajak berbelanja beberapa
baju, celana,daster, pakaian dalam dan sandal serta tidak lupa make up.
Mirna juga sekalian aku ajak ke pasar untuk membeli bahan mentah untuk
dimasak.
Setelah sampai dirumah, aku suruh Mirna untuk mencoba baju dan celana
yang dibeli tadi. Umur Mirna baru 23 tahun, tingginya 160 cm dan
beratnya sekitar 45 kg dan yang membuatku terpesona adalah teteknya
yang berukuran 36 B. Kulitnya agak putih namun terawat dan wajahnya yang
manis membuat baju yang dibeli sangat cocok dengan tubuhnya.
Malam harinya dia bercerita tentang keluarganya, mantan suaminya dan
pekerjaannya. Dia lulusan sebuah SMK di daerahnya dan dulu dinikahi oleh
seorang lelaki yang sudah tua tapi kaya raya. Dia merupakan rentenir di
desanya dan orangtuanya mempunyai hutang yang banyak pada lelaki
tersebut sehingga ketika orangtuanya tidak bisa membayar hutang, Mirna
dipaksa menikah oleh lelaki tersebut dengan ancaman orangtuanya akan
dibunuh karena tidak bisa membayar hutang. Pernikahan mereka hanya
bertahan 1 tahun ketika lelaki tersebut meninggal dan oleh istri tua
lelaki tersebut Mirna tidak diberi apapun. Mirna sempat bekerja di
sebuah toko di Tasikmalaya selama 2 tahun, tapi disuruh pulang untuk
dinikahkan dengan rentenir tersebut.
Setelah 3 bulan Mirna bekerja dirumahku, dia sudah agak berubah.
Kulitnya putih bersih dan mulus serta sudah bisa menggunakan make up
walau hanya sesekali. Aku yang sering dinas keluar kota merasakan
perubahan tersebut. Keakraban kami juga bertambah sebagai teman, bukan
majikan dan pembantu.
Dan pada hari Jumat malam, setelah gajian, aku ajak dia ke sebuah
restoran untuk makan malam walaupun hujan rintik mengguyur Jakarta.
Setelah makan malam, dia aku ajak menonton film di ruang keluarga dengan
DVD yang aku beli di mangga dua. Dia memakai daster tanpa lengan yang
aku belikan dan aku hanya bercelana kolor pendek dan kaos longgar.
Saat ada adegan percintaan yang agak panas, kurasakan nafasnya terasa
berat. Akupun segera mendekatkan posisi dudukku sampai disamping
badannya.
“Mir, serius bener nonton filmnya?” tanyaku
“Ehh…..mas Yudi emangnya ngga serius?” jawabnya
“ Hehehe…kalo bagian gituan aku pasti serius” candaku
“Bagian yang mana? Ooo….pasti bagian yang buka-bukaan ya…” katanya sambil tersenyum.
“Iya dong, kalo dulu kamu ama suamimu dulu gimana?” Kataku sambil tertawa
“Ihh….mas Yudi ini ada ada aja” katanya sambil tersenyum
“Ceritain dong….jadi penasaran nih..” kataku sambil mendekatkan tubuhku ke tubuhnya
“Malu ah…pamali atuh….” Katanya sambil mencubit pinggangku
“Dulu pasi enak terus dong ama suami yang sudah ahli” kataku sambil membalas mencubit pinggangnya
“Ihh….sakit dong mas…Suamiku dulu dah ngga kuat kok, aku aja ngga ngerasa” katanya
“Mosok…..bisa dong diajarin…” kataku
“Yee….ama pacar mas atuh. Mosok ama saya, saya kan jelek. Janda lagi” katanya
“Aku belum punya pacar koq. Masih seneng sendiri” kataku sambil merangkul Mirna dan tidak ada tanda penolakan
Setelah itu aku menawarkan untuk memutar film yang lebih hot. Mirna yang
penasaran segera mengiyakan tawaranku. Segera aku ambil VCD XXX
romantis dari kamarku. Setelah itu aku duduk disamping Mirna dan
merangkul pinggulnya. Terlihat seorang cewek Jepang sedang bercakap
cakap dengan lelaki bule dan saling merangsang. Kemudian meraka terlibat
percintaan yang lembut dan romantis.
30 menit kemudian, Mirna ternyata sudah sangat terangsang melihat adegan
tersebut dan akupun yang sudah tegang, lalu mencium pipinya. Ketika dia
menoleh ke arahku, segera aku cium bibirnya yang tipis dan dia membalas
dengan lembut. Tanganku mulai menjelajahi payudaranya yang montok dan
menantang.
“Mass….jangaannn..ntar keterusan….” Kata Mirna pelan sambil tangannya
menolak badanku lembut, tapi aku pegang tangannya hingga tubuhnya
terpojok di sudut sofa. Tangannya memegang badanku dan berusaha
mendorongku hingga aku harus memegang kedua tangannya dengan tangan
kiriku.
Aku tidak memperdulikan omongan Mirna dan terus mencium bibir dan
lehernya. Tangan kananku juga bergerilya kearah memeknya dan ketika
sampai di memeknya, ternyata celana dalamnya sudah basah.
“Masss...........janggaaann........” katanya dan segera aku sumpal
bibirnya dengan bibirku sampai lidahku masuk dan mempermainkan lidahnya.
Tanganku segera bergerilya kembali di payudara dan pusarnya.
Dengan serangan di tubuh atasnya, Mirna lupa mempertahankan bagian
bawahnya. Dengan cepat, tanganku kemudian melepas celana dalamnya dan
tangan Mirna terlambat menghalanginya. Tubuhnya bergerak-gerak untuk
melepaskan diri tapi kalah dengan kekuatanku. Kemudian, tangan kananku
mengelus memeknya lembut dan kurasakan memeknya sudah basah sekali.
Beberapa kali jariku menelusup ke belahan memeknya dan mengenai
clitorisnya, sedangkan kakiku aku gunakan menganjal kedua pahanya agar
aku leluasa.
“Masss…..janggggaaannn…..aaduuhhh…..” desahnya tapi tidak melarang tanganku yang masih menggosok bagian enaknya.
Setelah itu aku angkat tubuhnya dan aku lepas dasternya walau dengan
penolakan keras. Tangannya mencoba menghalangi tapi masih kalah kuat
denganku. Setelah itu aku lepas sekalian BH-nya hingga payudara yang
indah menggantung. Pentilnya coklat muda tapi sangat menggirahkan.
Kemudian aku dudukkan Mirna disofa dan aku hisap pentilnya. Tangan
kiriku memegang kedua tangannya yang sudah aku arahkan ke belakang
punggungnya. Tangan kananku menggosok clitorisnya hingga memeknya basah.
Tubuhnya dan kakinya bergerak dan mencoba meloloskan diri tapi segera
aku kuasai dengan tubuhku serta kakiku.
Bibirku kemudian bergerilya di payudaranya yang sudah mengeras dan
putingnya sangat tegang. Perlahan semakin kuturunkan jilatanku ke perut
dan pusarnya sambil tanganku masih meremas dan mempermainkan putingnya
yang tegang mengacung sambil memposisikan tubuh Mirna menyandar di sofa.
“Oooohhh…sudaaah masss……….jangaannn……..” desahnya
Aku tidak memperdulikan dan segera jilatanku menuju ke memeknya yang
basah sekali. Aku lihat jembut Mirna yang tebal sangat mengairahkan
ditambah lagi memeknya yang tanpa ada cacat berwarna merah muda menambah
naik nafsuku. Mirna mendesah ketika jilatanku mengenai memeknya.
“Mass..........kotorr.....akuu...maluu.........” teriaknya sambil mendorong kepalaku
Tanganku lalu memilin pentil payudaranya dan tangannya mencoba
melepaskan mendorong kepalaku untuk menjauhi memeknya yang sudah sangat
basah oleh lendir nikmatnya dan air liurku. Sensasi yang aku buat
ternyata lama-lama membuat Mirna mulai merasa keenakan dan menikmati
yang kulakukan. Tangannya meremas rambutku dan kakinya diangkat ke atas
pundakku.
“Ohh…..masss…..enaaaaakkkk……..” desah Mirna
Aku lalu menggodanya dengan menjauhkan mulutku dari memeknya. Tapi
tangannya segera mendorong kepalaku untuk menjilati memeknya lagi.
Sampai 5 menit kemudian tubuh Mirna mengejang hebat disertai jepitan
kakinya dan tangannya menekan kepalaku.
“Masss…aku keeluuuarrrr….” Jerit Mirna
Cairan orgasmenya menyembur dan segera aku telan. 2 menit kemudian aku
lihat Mirna lemas tak berdaya dan segera aku gendong tubuhnya ke
kamarku. Aku lalu melepas celana dan kaosku. Penisku yang berukuran 16
cm diameter 3,5 cm dan telah tegak mengacung aku arahkan ke mulut dan
aku paksa Mirna menjilati penisku. Walau agak canggung, Mirna mulai
menjilat dan menghisap penisku serta tangannya mengocok penisku.
Setelah 5 menit, aku lalu mencium Mirna dan menjilati leher, pentil dan
ketiaknya yang putih bersih. Perlahan, jilatanku merambah pusar dan
perutnya. Akhirnya memek Mirna aku jilat beserta clitorisnya yang sudah
mulai besar kembali.
“Mass….sudahhh..jangan teruskan…” kata mirna pelan
Setelah memeknya banjir aku lalu mencium bibirnya lagi dan disambut
dengan pagutan bibirnya yang ganas. Penisku aku arahkan ke lubang
memeknya. Aku sangat kesulitan memasukkan penisku dan lama, sampai
akhirnya kepala penisku terselip di celah memeknya. Setelah itu aku
dorong perlahan penisku dan perlahan mulai masuk sedikit Penisku serasa
dijepit keras oleh memek Mirna.
“Masss…..” dasah Mirna saat penisku mulai masuk dalam memeknya
Aku kemudian memasukkan lagi penisku dan aku menyodok lembut memeknya
sampai sepertiga penisku masuk. Mirna mulai mengelinjang keenakan dan
penisku terasa terhalang oleh suatu lapisan. Aku kemudian menarik
penisku dan kemudian mendorong kuat penisku dalam memek Mirna.
“Ahh…masss…….sakiitttt….” teriak Mirna saat penisku masuk dan mentok sampai dinding rahimnya
Pinggulnya bergerak ke kanan dan kekiri mencoba mengurangi rasa sakit
yang menjalari memeknya. Penisku yang telah masuk terasa terjepit kuat
oleh memeknya. Akupun mengikuti gerakan pinggul Mirna sambil mendiamkan
penisku dalam memeknya yang sempit. Akhirnya tubuh Mirna yang sudah
kelelahan tidak bergerak gerak lagi. Nampak tetesan air matanya
membasahi sudut mata dan mengalir ke bantal. Dari wajahnya, Mirna
sepertinya sudah pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan selanjutnya.
“Tenang Mir….abis ini kamu akan merasa enak dan merasa diawang-awang”
kataku sambil mencium pipi dan bibirnya yang masih tertutup.
Sekitar 2 menit aku mendiamkan penisku sambil mulutku menghisap dan
menjilati pentilnya yang mengacung tegak. Kemudian aku mulai
menggerakkan penisku maju mundur dengan lembut. Disertai ciuman dan
jilatan di tubuhnya.
“Ooohh…masss…..enaaaakkk……” desah Mirna ketika sodokanku mulai lancar dalam memeknya
“Memekmu juga enak sayang…..sempit banget..” desahku sambil menyodok dengan kecepatan sedang
“Kecepok…kecepok….kecepok….” suara penisku beradu dengan memeknya yang sudah banjir
Setelah 10 menit, aku merasakan penisku dijepit dan disedot keras oleh
memek Mirna. Yang merupakan tanda bahwa Mirna mengalami orgasme.
“Masssss…..akuuu…keeee….luuaaaarrrr……..” Jerit Mirna sambil tangannya menjambak rambutku dan kakinya mengapit erat pinggulku.
Akupun mendiamkan sebentar penisku dalam memeknya yang masih mencengkram
dan menyedot kuat penisku. Dan sebentar kemudian aku mulai menyodok
kembali penisku dalam memeknya yang sangat basah akibat cairan
orgasmenya yang lumayan hangat. Ciuman dan jilatanku menejelajahi
kembali bibir, leher dan pentil payudaranya serta ketiaknya yang bersih.
Setelah itu, sodokanku mulai cepat dan mengakibatkan tubuh Mirna
terguncang guncang lemas dibawah tubuhku. Semakin lama sodokanku makin
cepat karena aku aku sudah merasa spermaku sudah mau dikeluarkan.
“OOhhh…..masssss……” desah Mirna yang dilanda nafsu birahi kembali
“Mirna…memekmu memang seret…..aku sukaaa….” Desahku
Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan penisku terasa dijepit dan
disedot oleh memek Mirna lagi. Beserta itu, tangannya mencakar
punggungku dan kakinya mengapit pinggulku dengan kuat. Kali ini semburan
cairan orgasme Mirna terasa panas dan banyak.
“Masss……akuuu……dapat laaa…ggiiiiii……” jerit Mirna ketika mendapat orgasme yang kedua saat bercinta denganku
Aku yang sudah tidak tahan lagi bermaksud mengeluarkan penisku dari
memeknya. Tapi kakinya yang masih mengapit pinggulku dengan kuat
menghalangi niatku dan sebentar kemudian
“Crottt….croottt…croottt…….” sekitar 10 kami semburan spermaku yang
sudah tidak aku keluarkan selama 2 minggu mengucur deras dalam memek
Mirna.
“Ohhh….Mirnaaaa…….akuu…keluaarrr….” teriakku saat bendungan spermaku sudah tidak dapat dibendung lagi.
Tubuhku ambruk di atas tubuh Mirna yang lemas. “Plop….” Suara penisku
saat terlepas dari memek Mirna. Setelah itu aku membaringkan badanku
disebelah tubuhnya. Aku sempat melihat sprei ranjangku terdapat cairan
dengan warna merah jambu hingga aku kaget.
“Mirna, kamu masih perawan ya?” tanyaku dengan kaget
“Iya mas, dulu penis suamiku sepertinya hanya sampai depan memek lalu keluar” jawabnya sambil terengah-engah dan tersenyum
“Waahh aku dapat Janda tapi perawan nih” candaku
“Mas, tadi dikeluarkan di dalem ya” tanyanya dengan muka khawatir
“Iya Mir, abis kakimu masih mengapit pinggulku padahal aku udah ngga tahan” jawabku
“Lalu kalo aku hamil bagaimana” tanyanya sambil matanya menitikkan air mata
“Aku akan bertanggung jawab sayang. Apalagi aku sudah butuh pendamping sepertimu” kataku pelan
“Makasih ya mas, Mirna bahagia banget malam ini” katanya
“Aku juga, walau kamu menolak pada awalnya” kataku
“Abis aku takut. Kata temenku saat malam pertama katanya sangat sakit” katanya
“Itu berarti suaminya yang nggak mahir bercinta” candaku
“Kalo mas udah sering ya ngelakuin ini” tanyanya
“Hanya 3 kali ama pacarku dulu sampai dia lulus dan pulang ke Kalimantan” jawabku berbohong
“Makannya sudah ahli memuaskan perempuan....” katanya sambil tersenyum
“Dan pacar mas pasti senang karena burung mas besar dan panjang, sampe kerasa penuh mamekku” tambahnya
“Tapi kamu suka kan.....?” tanyaku
“He..he...he....sekarang sudah genap status jandaku, tidak perawan lagi...” katanya sambil tersenyum
Sambil bercakap-cakap, penisku sudah mulai tegang lagi karena Mirna
mengosok halus penisku. Dan akupun lalu mencium bibirnya yang tipis dan
disambutnya dengan ciuman yang ganas. Setelah Mirna aku rangsang
kembali, perlahan nafsunya mulai naik dan memeknya mulai basah. Segera
lidahku menyapu memeknya yang masih ada sedikit cairannya dan menghisap
clitorisnya yang sudah membesar.
Setelah puas menjilati memeknya, aku lalu tidur terlentang dan aku suruh
Mirna di atas. Tangannya membimbing penisku memasuki liang memeknya
yang sudah banjir. Baru setengah penisku masuk terasa agak susah masuk
lagi. Tanganku lalu memegang pantat Mirna agar lebih terbuka dan
menyuruhnya memutar pinggulnya. Sebentar kemudian seluruh penisku masuk
dalam memeknya yang sangat sempit.
Mirna kemudian menggerakkan badannya naik turun dan tanganku memegang
payudaranya yang menantang serta memilin pentilnya. Beberapa kali
wajahnya aku tarik untuk mencium bibir tipisnya dan beberapa kali pula
jari tanganku menggosok clitorisnya hingga membuat Mirna keenakan
“Massss……….penismu besar banget…akuuu..nggaa tahannn…” kata Mirna sambil menggerakkan badannya
“Memekmu juga sempit banget Mirr….” Desahku
Baru lima menit Mirna bergoyang diatasku, tubuhnya mengejang dan ambruk
diatas tubuhku. Memeknya menjepit dan menyedot penisku dengan kuat
disertai dengan remasan tangannya di kedua pentilku. Aku membiarkan
Mirna meresapi orgasmenya dan sebentar kemudian aku suruh Mirna
menungging.
“Masss…jangan dimasukin disitu…kotorr….” kata Mirna yang ketakutan kalo aku menyodominya
“Ngga sayang, kamu santai saja” jawabku
Aku lalu memasukkan kembali penisku dalam memeknya yang banjir dan sambil memilin pentil payudaranya yang menggantung bebas
“Ahh…masss…enak bangetttt……..” katanya ketika sodokanku mulai lancar dan cepat
“Mirna…aku sayang kamuu…” kataku
“Aku juga sayang mas Gun….” Katanya
“Plok…plok…plok….” Suara pangkal penisku beradu dengan pantat Mirna yang bulat dan seksi
Lama-lama sodokanku semakin cepat dan 10 menit kemudian Mirna mengalami orgasmenya kembali
“Ahh….massss…aku keluarr……laaaa…ggiiiii..” jerit Mirna sambil meremas ujung bantal dengan kuat.
Kembali penisku dijepit dan disedot kuat oleh memeknya dan sebentar
kemudian Mirna ambruk dan aku yang masih tanggung lalu merebahkan
tubuhnya dan aku atur dengan posisi miring. Kemudian aku menyodok lagi
memeknya dengan mengangkat salah satu kakinya ke pundakku. Sekitar 10
menit memek Mirna aku sodok dengan cepat, Mirna kemudian kembali
merasakan orgasmenya lagi. Dia meremas bantal di depannya.
“Oohh……massss……aku keluaarrr…” Desah Mirna pelan
Aku yang mulai merasakan adanya dorongan spermaku untuk dikeluarkan
segera menaiki tubuh dengan posisi misionaris. Dan aku segera menyodok
memeknya dengan cepat. Sekitar 5 menit kemudian, spermaku sudah tidak
dapat ditahan lagi dan akhirnya 6 semburan spermaku mengisi memek Mirna.
“Aku…keee..luuaaarrrr…….” teriakku
Saat spermaku mulai menyembur, aku rasakan Mirna kembali mengalami
orgasme. Tangannya mencakar punggungku dan kakinya mengapit pahaku.
Akhirnya setelah puas menyemburkan spermaku, aku tidur disamping Mirna
yang sudah lemas tak berdaya. Tanganku memeluk erat tubuhnya dan nafas
kami yang terengah-engah terdengar di seluruh kamar.
Hujan yang tidak kunjung berhenti sangat membantu suasana percintaan
kami, dan tidak mungkin tetanggaku tahu bahwa kami sedang bercinta.
Sempat aku lihat jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam. Berarti
kami telah bercinta hampir 2,5 jam. Setelah itu kami tertidur pulas
tanpa pakaian yang menempel.
Semenjak itu kami sering bercinta dan memuaskan birahi kami. Agar tidak
hamil, Mirna teratur minum pil KB. Kami juga sering bereksperimen birahi
dan semua tempat menjadi tempat bercinta kami dari ruang tamu, kamar,
dapur dan halaman belakang. Cuman di halaman depan saja yang kami
hindari karena takut kepergok tetangga.
Demikian cerita fiktif ini. Dan saya mengharapkan saran, kritik tak lupa cendol dari pembaca..........
Monday, May 26, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak dibaca
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
10. A whale is swimming off the Valdes peninsula (Argentina). 9-Icebergs and an Adelie penguin in Adelie Land of Antarctica. Antarctica...
-
Salam Jp buat yang belum bergabung tunggu apa lagi Togelhok88 Bandar judi online togel terpercaya, Tempat betting aman togelhok88 "LI...
-
Cerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa ...
-
Kalau kamu perhatikan bentuk-bentuk benda di bumi ini, sangat beragam, bukan? Ada yang bulat, lonjong, persegi, kubus, piramid, dan masih ba...
-
BEIJING--MI: Sejumlah ilmuwan dan pembuat film menemukan spesies baru tikus raksasa dan hewan lain yang selama ini tak pernah disaksikan jau...
-
Pada pertengahan bulan Juni, Fauziah dan anaknya datang ke rumah Waluyo. Anak-anak sekolah baru saja beberapa hari memulai libur panjangnya...
-
Namaku Cynthia. aku selalu "haus seks". Entah itu karena keperawananku yang diambil oleh mantan cowokku ato itu karena libidoku y...
-
Orang memodifikasi tubuh mereka untuk terlihat berbeda. Mereka memiliki perasaan yang unik dan khusus, dipilih dengan cara. Sebagian besa...
No comments:
Post a Comment