Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Tuesday, May 6, 2014

Cerita Dewasa : Aku dipaksa tante begituan

Hari itu aku pulang agak cepat karena ada beberapa klien yang mengubah jadwal appointmentnya, aku turun didepan pagar danmeminta Pak Supir untuk langsung menuju kantor suamiku, toh aku tidak ada rencana pergi lagi hari ini.

Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam tanganku, pantas…baru pukul dua lewat sekarang ini, masih siang dan kedua anak – anakku belum pulang dari sekolah, yang bungsu sekarang sudah SMP kelas 1 dan kakaknya SMP kelas 3, kuingat mereka mengatakan siang ini ada Eskul sehingga pulang agak sore.



Saat melewati kamar di lantai bawah, aku tercekat…kudengar suara nafas yang agak memburu dan desah tertahan…dan semakin jelas ketika aku mendekat, kulihat pintu kamar tidak tertutup rapat dan ada sedikit celah yang memungkinkan aku bias melihat isi kamar dari pantulan cermin yang terletak berserangan dengan letak pintu, dan kini aku yang terhenyak.
Suatu perasaan ‘menggelitik’ mulai menerpaku…turun ke kebawah ke antara kedua kaki ku…aku tahu kalau kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu.

Dari pantulan cermin kulihat Dino, keponakan suamiku telentang diatas ranjang, telanjang dan tangannya sedang menggenggam kemaluannya, bergerak teratur naik turun, tentu saja aku tahu kalau pemuda itu sedang bermasturbasi, namun yang membuatku terpana adalah kemaluannya itu…, besar dan panjang…sekilas terlihat kalau genggaman tangan pemuda itu sama sekali tak menutupi kepala kemaluannya yang Nampak merah dan berkilauan.

Dino masih mendesah perlahan dan tiba tiba ia mempercepat gerakan tangannya lalau tubuhnya mengejang dan dari kepala kemaluannya keluar dengan krucil.netan yang cukup keras melambung keudara dan cairan itu mendarat didadanya, beberapa kali kepala kemaluan itu Nampak menyemprotkan cairan dan akhirnya dengan lesu tangan pemuda berusia 20 tahun itu mengendur dan menggapai tissue di meja sisi ranjang

Aku yang sempat terpana segera sadar dan cepat cepat menuju kamarku, kalau saja sampai terlihat, aku…tantenya menontonnya bermartubasi wah……………

Ketika aku mengganti pakaian dengan baju santai.. aku baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah……………

Tanganku sudah menyelinap kedalam celana dalam yang kukenakan.. dan jari-jariku memainkan clitorisku.., aku semakin basah…dan pikiranku semakin menerawang membayangkan kemaluan muda yang besar dan kekar itu………, dan akhirnya….dengan lenguhan dan desah tertahan aku mencapai orgasme ku…ah…tapi tak senikmat yang kuinginkan.

Perkawinanku sudah menginjak tahun kelima belas, aku tidak bisa mengatakan kalau aku tidak bahagia, suamiku baik, perhatian, dengan 2 anak yang sehat dan memenuhi harapan setiap orang tua, namun aku juga tidak bias mengatakn kalau aku puas dengan kehidupan sexku.

Suamiku selain sibuk juga hanya menjadikan sex sebagai pemenuhan kewajiban, memang setiap kali kami berhubungan sex aku bias terpuaskan, namun frekuensi yang jarang, kadang belum tentu seminggu sekali sesungguhnya jauh dari yang sesungguhnya kuharapkan.

Untunglah aku juga memiliki kesibukan, sebagai beauty consultan sebuah perusahaan kosmetik terkemuka aku memiliki jadwal yang cukup padat, namun berselingkuh sungguh sebelumnya tidak pernah terlintas dalam pikiranku.

Sambil rebah aku terus menerawang ………pada awalnya aku agak keberatan ketika suamiku menyampaikan bahwa Dino keponakannya yang hendak melanjutkan kuliah di kota kami untuk sementara akan tinggal di rumah kami sampai mendapatkan tempat kost yang sesuai.
Aku merasa bahwa kehadiran orang lain akan mengganggu privacy kami yang selama ini tenang, di rumah kami hanya berempat, aku, suamiku dan kedua anakku yang masih SD dan SMP, serta seorang pembantu yang sudah lama ikut kami.

“Pikirkanlah ma…” kata suamiku ketika untuk kesekian kalinya menanyakan jawabanku,
“Dulu papa sempat dibantu oleh Tante Ina, ibunya Dino ketika kuliah dan almarhum Oom Broto masih hidup, Papa pikir paling tidak bisalah membalas budi baik mereka dulu, dan Papa dengardino itu anak yang baik, sopan dan malah bias membantu Andre dan Tony dengan pelajaran mereka kan ?” suamiku mencoba meyakinkanku.

Aku mengalah dan berpikir tidak ada salahnya mencoba lagi pula kami masih ada kamar kosong dilantai bawah.

Ketika Dino datang aku cukup senang karena pemuda yang kecilnya kurus itu kini telah menjelma menjadi pemuda yang tinggi, kekar, lumayan ganteng dan memiliki sikap yang sopan, pun setelah dia tinggal dirumah kami pemuda itu tetap sangat sopan dan ringan tangan, membantu semua yang bisa dikerjakannya, anak anak pun senang karena dengan senang hatiDino membantu pelajaran mereka.

Selama beberapa bulan ini tanpa terasa Dino sudah menjadi bagian dari keluarga kami, dan aku tidak pernah sebelumnya memandang Dino sebagai seorang lelaki.

Namun kejadian tadi secara total mengubah pandanganku………………

Rasa penasaran yang sedemikian besar mebuatku ingin mengetahui lebih jauh tentang pemuda itu, aku keluar dari kamar dan menuruni tangga sambil memanggilnya.

“Din…Dino…sibuk ?” tanyaku ketika aku melihatnya
“Nggak tante…ada yang bisa dibantu?” tanyanya dengan sopan, pemuda itu sudah keluar dari kamarnya, dan tentu saja sudah mengenakan jeans dan kaos yang mencetak tubuh kekarnya.
“Tante lapar… boleh nggak tolongin tante beliin nasi bungkus di restoran padang?, kalau nyuruh si bibik nanti lama, kamu kan naik motor pasti lebih cepat, beli 2 bungkus ya.. kamu temenin tante makan” kataku lagi.
“Baik tante” jawabnya dan setelah menerima uang yang aku berikan ia melesat pergi

Setelah suara deru motornya terdengar menjauh aku bergegas ke kamarnya, masih kutemukan tissue yang telah teremas dan tergeletak dimeja disamping tempat tidurnya, dan kulihat kalau laptopnya masih dalam keadaan menyala.
Dengan cepat aku mencoba melihat isi computer pemuda itu dan sungguh terperanjat aku melihat di my picture foto foto ku terpampang disana.

Foto foto itu adalah foto-foto yang dibuat saat kami rekreasi, makan di restoran dan segudang kegiatan lain, namun sudah di cropping dan tertinggal hanya diriku seorang, semua diberi nama dengan awalan ‘tanteku yang cantik’

Aku tidak berani terlalu lama membongkar data data yang ada karena selain tidak terlalu mahir, juga agak schok dengan kenyataan yang ada…Dino..? …Menilaiku cantik ..?

“Tumben kamu dirumah, nggak ada kegiatan hari ini ?” tanyaku sambil menikmati nasi bungkus yang tadi dibeli.
“Nggak Tante.. hari ini kebetulan jadwal kuliah kosong” jawab Dino
“Kok nggak ke pacar kamu?” tanyaku lagi sambil menjangkau gelas minum
“Wah..nggak punya Tante, selain nggak ada yang mau juga Dino mau cepet cepet selesai kuliah” katanya dengan wajah memerah.
“Nggak ada yang mau ?..mana mungkin ..kamu tuh ganteng lho.., kamu ‘kali yang nolak terus” kataku lagi.
“Iya ..Tante, nggak ada yang mau..” wajah anak muda itu semakin memerah.
“Ok.. deh..” kataku setelah meneguk minumanku, “Tante mau istirahat dulu ya…, mumpung pas bias pulang siang…” kataku sambil meninggalkan ruang makan menuju kamar dan sambil berjalan aku merasa betapa mata anak muda mengawasi ayunan pinggulku saat berjalan.

Hampir aku terlelap ketika suara ramai menggetarkan gendang telingaku…dan anak anakku menerobos masuk kamar, mengucapkan salam dan bergantian mengecup pipiku, pikiran dan perhatiankupun kini kembali ke dunia ‘nyata’ dan kesibukan sebagai Ibu rumah tangga berlangsung seperti biasa.

“Aduh Pa..Mama nggak bisa, besok ada presentasi dan seminar penting, dan Mama harus menyajikan materi yang telah disiapkan team dihadapan para audience” jawabku ketika suamiku memintaku untuk menemaninya menengok kebun kami di daerah pegunungan.
“Tapi kan besok hari Sabtu..izin sajalah, kasihan anak – anak, Papa sudah janji sama mereka” kata suamiku lagi.
“Habis Papa sih.. bikin rencana nggak ngomong dulu.., nggak mungkin Mama membatalkan begitu saja, siapa yang bisa menggantikan ?, ajakDino juga biar ada yang bantu papa jaga anak – anak” jawabku lagi.
“Hmm.. sudah kuajak, tapi besok dia ada ujian katanya” suamiku menjawab.
“Ok..lah, tapi si Bibik dibawa ya Ma, biar dia bantu mengawasi anak – anak, soalnya Mang Abdul penjaga kebun kita sudah wanti-wanti kalau masalah pagar disana sudah mendesak..nanti kalau ada yang nyerobot jadi repot” suamiku akhirnya mengalah.

“Boleh, ajak aja si Bibik, Mama juga akan lebih tenang..”jawabku, Bibik pembantu kami itu sudah ikut kami sejak aku masih kecil dan setelah aku berumah tangga aku memamng minta kepada orang tuaku agar Bibik bisa ikut aku, pada usianya yang menjelang 60 tahun dia masih sangat sehat dan mampu mengerjakan semua sebaik dulu.

Pukul dua siang seminar dan presentasi produk baru sudah selesai dan aku segera meluncur pulang, di mobil aku sempat menelpon anak – anak dan antusiasme dalam suara mereka sedikit banyak membuatku merasa tidak enak…untunglah mereka bergembira pikirku.

“Bu masih ada rencana pergi..?” Tanya pak Udin sopir yang juga sudah lama ikut kami.
“Tidak Pak., kenapa..?” tanyaku
“Kalau boleh saya mau ijin Bu, anak saya hari ini dating dari desa..kangen juga sudah lama nggak ketemu”jawab sopir tua dengan sopan.
“Oh..boleh Pak.. “ kataku member ijin.

Setelah memarkir mobil di garasi pak Udin pamit dan aku masuk rumah yang kali ini benar benar sepi.

“Lho..sudah pulang tante..?” suara Dino mengejutkanku
“Sudah selesai seminarnya, dan kamu katanya ujian..? jawabku sambil bertanya.
“Sudah tadi tante.. dari Jam 8.00 sampai jam 12.00, habis itu langsung pulang” jawab pemuda itu.
“Kamu sudah makan..?” tanyaku lagi.
“Juga sudah..tante sudah makan ?, kalau belum biar Dino siapkan” katanya menawarkan diri.
“Sudah tadi diseminar tapi kalau nggak keberatan bikini tante minuman dingin dong…dikulkas kayaknya masih ada juice ..” kataku
“Baik Tante” jawab pemuda itu patuh.
“Trims.., Tante salin baju dulu ya..? kataku sambil melangkahkan kakiu naik tangga menuju kamarku.

Setelah membersihkan diri, aku mengikat rambutku ekor kuda, dan aku agak lama menentukan pakaianku…..tiba tiba saja terbersit pikiran nakalku ingin menggoda pemuda itu.
Akhirnya aku memilih baju longgar dan rok mini yang biasa kugunakan saat main tennis, aku sengaja tidak mengenakan BH sehingga payudaraku menggantung bebas, dengan tinggi 160 Cm, berkulit putih, aku tidak memiliki payudara seperti Pamela Anderson, tapi dengan usia yang menjelang 40, payudara dengan BH No. 36 B masih tegak dan belum terlalu turun.
Wajahku tidaklah terlalu cantik, mataku agak sipit, maklum keturunan Chinese, tapi aku tahu kalau aku cukup menarik dengan hidung mancung dan bibir yang penuh walau tidak tebal.

Ketika aku melangkah turun sekilas kulihat Dino menatapku dengan terpesona, namun aku berpura-pura tidak menyadarinya dan sambil menerima gelas juice yang diangsurkannya aku mengajaknya duduk disofa depan TV. Dan dengan patuh Dino menurut, kulihat tangannya membawa sebuah buku.

Siang hari begini mana ada acara TV yang menarik?, maka akupun mengajaknya ngobrol.

“Buku apa itu Din..?’” tanyaku.
“Oh.. ini .. tentang akupunktur dan anatomi serta susunan syaraf manusia Tan…” jawabnya
“Lho..kamu ini kuliah di ekonomi atau mau jadi akupnktur?”
“Ah…ini sekedar iseng … buat nambah pengetahuan..habis jenuh belajar ekonomi terus..buta refreshing..gitu..” jawabnya lagi.
“Biasanya anak muda tuh kalau refreshing baca nya buku porno” jawabku sembarangan.
“Ah..Tante..nggak semua dong begitu” jawabnya dengan wajah anak muda itu memerah dan dari sudut mataku aku menilainya, dengan tinggi diatas 170 Cm, rutin kefitness menjadikannya kekar dan berisi dengan perut yang rata, rambut ikal bergelombang dan sudut mulut yang membuat wajahnya nampak ramah sesungguhnya pemuda berusia 20 tahun ini sangat menarik.

“Terus apalagi yang diajarin buku itu?” tanyaku
“Ya macam – macam Tan.. termasuk refleksiologi” jawabnya cepat.
“Refleksi, kayak pijat refleksi gitu………?” tanyaku
“Iya betul” jawabnya lagi.

Pikiran untuk menggodanya semakin kuat menerpa hatiku dan sikap sopan serta malu – malu pemuda ini menjadikanku semakin ingin menggodanya.

“Berarti kamu sudah bisa dong..?” tanyaku
“Wah nggak tahu Tante..belum pernah dipraktekan, kan nggak gampang mencari sukarelawan untuk jadi kelinci percobaan” jawabnya tersenyum.
“Ya udah…kebetulan Tante lagi santai..ayo kamu praktek ilmumu”

Tanpa menunggu aku pindah kesofa panjang dan telungkup disana.

“Lho..kok diam…?, ayo kamu coba refleksi yang kamu pelajari” kataku dan saat aku mendongak aku melihat wajahnya seperti tidak percaya menatapku.
“Nggak..ah…Dino nggak berani…”jawabnya
“Iya deh…Tante sudah tua….pasti kamu segan ya merefleksi orang tua” kataku menggoda
“Ih.. Tante sama sekali nggak tua, Tante cantik sekali” jawabnya dan terkejut sendiri dengan pujiannya
“Cantik?, memang kamu pikir tante cantik ?” tanyaku
“Tapi……….”Jawabnya ragu
“Tapi apa..? pelan pelan saja.., jangan pakai tenaga dulu…” aku meyakinkannya walau aku tahu maksudnya ‘tidak berani’ itu bukan masalah pijatnya.

Dengan wajah seakan – akan ‘apa boleh buat’ Dino beringsut dan duduk diujung sofa dekat kakiku.
Tangannya agak basah, dingin dan sedikit gemetar ketika ia menyentuh telapak kakiku.
“Kok tanganmu dingin sih…?” tanyaku
“Nggak apa – apa kok Tan..”suaranya agak serak kertika ia menjawab.
Tangan kekar itu lalu mulai memegang kaki kiriku dan menekan tapak kakiku, hatiku juga bergemuruh tidak karuan..gila…masa cuma dipegang tapak kaki saja aku mulai hangat diantara kedua pahaku.

Setelah beberapa lama ia memijat kedua tapak kakiku akhirnya aku yang tidak tahan
Aku berbalik mengubah posisi dan setengan duduk dengan berselonjor
“Ah.. kamu jadi bikin Tante pegel deh.., kamu pijitin kaki Tante ya, pijat biasa saja Ok..?” kataku
“Ba..baik..Tante..” Jawabnya agak terbata
“kamu duduknya agak kesini dikit….nah…gitu” kataku menggurui.

Demikianlah Dino kini duduk dekat pinggangku, membelakangiku dan tangannya memijit mijit lembut.

“Mmmh..enak juga pijitan kamu Din..terus aja keatas sampai paha..nggak apa kok” dan kakiku yang satunya kutekuk, lupa kalau aku mengenakan mini skirt sehingga pasti Dino bisa melihat celana dalamku terpampang.

pantantnya sudah diatas lututku dan hatiku juga semakin terbawa oleh rasa terangsang yang mulai mempengaruhiku.

Aku menggapai gelas minumku dan mencoba minum tanpa merubah posisi, suatu pikiran nakal lain menyergapku dan toh dia sedang membelakangiku, dengan sengaja aku menumpahkan juice yang tersisa kebadanku setelah sebelumnya menyenggol punggungnya.
“Aduh..maaf Tante…” Kata Dino terkejut ketika melihat cairan juice itu membasahi perutku hingga kepaha.
“nggak apa…Din..Tante yang salah” jawabku
“Din..tolong ambil handuk kecil di kamar mandi ya…” katku lagi dan dengan setengah berlari pemuda itu melesat, sempat kulihat kalau bagian depan celana yang dikenakannya menggembung. Aku tersenyum.

“Iya disitu yang basah..agak keatas…”kataku ketika Dino sudah kembali dan mengelap pahaku yang basah
“Tapi ..basahnya kedalam …Din..kamu tolong T ante ya.. “ kataku lalu kuangkat baju gombrong yang kukenakan hingga atas dan sedikit bagian payudaraku terlihat.
Dengan teliti dan hati hati anak muda itu mengelap tubuhku dengan handuk yang diambilnya, sambil berlutut disamping sofa.
“Nggak apa – apa ya Din..tolongin tante..” kataku lagi..sambil menatap wajah yang berada dekat dengan perutku itu.
“I..I..Iya tante…jawabnya dengan suara yang hamper tk terdengar.
“Kebawah Din…ah… rok nya mengganggu..lalu dengan cepat aku meloloskan rok tennis yang kukenakan dan kini aku setengah terbaring dengan hanya bercelan dalam dibagian bawah.
Semakin gemetar tangan Dino mengelap pahaku dan perutku.
“Tapi bagian dalam juga basah Din…”kataku lagi
“Lepaskan celana dalam tante ya..biar kamu leluasa” aku meyuruhnya

Kini jelas terpampang didepan wajahnya kemaluanku, dengan bulu yang tercukur rapih , dan aku agak merenggangkan kakiku sehingga rekahannya terlihat olehnya.

Nafas pemuda itu sudah sangat memburu dan akupun merasa semakin basah…dengan tangan kiriku aku mengambil handuk yang digunakannya dan melemparkannya entah kemana.., lalu kutuntun jari jari tangan yang kekar itu menyentuh dan sedikit memasuki lubang kemaluan yang telah membasah itu.

Tangan kananku tahu tahu sudah meremas gelembung depan celana pemuda itu, dan dengan lirih aku berkata “Din..kmau sudah melihat tante punya.., boleh tante melihat punyamu..?”
Wajah yang semakin memerah itu hanya mengangguk dan dia berdiri didepanku membuka ikat pinggangnya dan aku membantunya dengan sekali tarik aku menurunkan celana yang dikenakannya termasuk celana dalamnya.
‘Prang’ Kemaluan yang sudah mengeras itu berdiri dan menunjuk depan wahaku, dan aku sungguh harus mengagumi keindahanmya, dengan otot yang tampak melingkar, kepala yang besar kemerahan dan tanpa menunggu aku mencoba menggenggamnya.

Aku yakin kalau panjangnya pasti lebih dari delapan belas centimeter dengan lingkar yang besar dan buah zakar yang menggantung, ditutupi bulu – bulu yang agak keriting.
Kedua tanganku tak henti mengusap dan menggenggamnya dengan sesekali tangan kiriku mengusap buah zakarnya dan tanpa dapt menahan kepala kemaluan itu sudah masuk dalam mulutku.
Hanya sepertiga mungkin yang bisa masuk mulutku.. dan lidahku mulai menari, menjilat dan mengecup, menghisap dan sesekali batang kemaluan itu kugigit perlahan.

Kuminta ia duduk dan kami bertukar tempat, aku yang kini berlutut didepannya dan ia duduk di sofa, dengan isyarat kusuruh ia melepaskan kaos yang dikenakannya dan sesekali tanganku membelai dada yang kekar itu.

Aku sudah melepaskan baju gombrong yang kukenakan…dan kini kami sama sama sudah tak berpakaian, aku terus menjilat dan menghisap kemaluan Dino dengan penuh nafsu dan desahan serta erangan tak tertahankan keluar dari mulut pemuda itu.
“Ahhh..tante…enak….aduh….hhh”
“Ssshhh….aaaahhh…aduh Tante….”
Denyutan dibatang kemaluan itu semakin keras dan aku tahu kalau pemuda itu mulai tak tahan, dengan kepala kemaluanitu dalam mulutku tanganku melakukan gerakan mengocok dan tangan satunya meremas zakarnya….
“Tanteeee…..ahhh..oohhh….sssss hhhhh” agak berteriak pemuda itu dan sebuah semburan kuat dari lubang dikepala kemaluan itu mengenai belakang lidahku membuatku hamper tersedak lalu memenuhi mulutku dengan cairan kental dan panas yang tanpa berpikir kutelan habis…., namun semburan itu tidak cuma sekali, beberapa kali dalam jumlah yang cukup banyak, dan kecepatanku menelan tidak sebanding dengan kecepatan semburan itu.., sebagian keluar dari sisi bibirku…namun aku taatp tidak melepaskan jepitan bibirku dikepala kemaluan keponakan suamiku itu hingga berhenti, lalu dengan lidahkua aku membersihkannya, lalu mendongak menatapnya dengan tersenyum.

“Enak…?” tanyaku…?
Ia hanya mengangguk dan tangannya mengusap kepalaku.

“gantian …” bisikku dan kini aku telentang disofa.
Kuminta Dino mengulum pentil payudaraku dan lidahnya bergerak sesuai perintahku. Aku tahu kalau anak muda itu masih ‘hijau’ maka aku ‘menuntunya’ untuk menelusuri tubuhku dengan lidahnya dan mengajarkannya bagaimana seharusnya dia menggunakan lidahnya ketika mulutnya mencapai kemaluanku

“ya..disitu…ahhh…..di emut Din…emut clitoris tante…ahhhh, yah masukan lidahmu …ohhh….” namun irama yang tidak konstan serta pecahnya perhatian antara menikmati dan menyuruhnya membuatku sulit mencapai puncak yang kudambakan.

Belum lima menit Dino menjilatiku aku melihat kalau kemaluannya sudah mengeras lagi…dasar anak muda………………………….

Kusuruh Dino telentang dan dengan posisi diatas aku mengarahkan kemaluannya memasuki kemaluanku yang sudah teramat basah …….dengan perlahan aku menurunkan pinggulku dan kepala kemaluan yang besar itu, jauh lebih besar dari milik suamiku mulai menembus masuk….cukup lama aku berjuang agar kemaluan itu bisa menembus masuk kemaluanku yang ternyata cukup sempit untuk miliknya dan akhirnya setelah hamper semua terbenam aku mulai bergerak, kedepan …kebelakang kadang pinggulku berputar dan naik turun.

Dino cukup kreatif…. Tangannya juga bekerja meremas dan sesekali kepalanya terangkat mencium dan mengulum pentil payudaraku.

“Ssshh…ah.. Dino….batangmua besar..aduh..enak….” aku mulai meracau dan seirama denga gerakanku, aku merasa gelombang kenikmatan mulai menerjang dan naik…naik….dan AAAhhhhhhhhhhh……..dengan setengah berteriak aku mencapai orgasmeku, orgasme yang sangat dahsyat yang sudah betahun tahun tidak pernah bisa diberikan suamiku.

Aku ambruk didada pemuda itu dan bibirku mencari bibirnya, kami berciuman cukup lama.

Aku tahu kalau Dino masih belum ‘keluar’ lagi…, namun aku sudah terlalu lelah untuk berada diatas.., maka aku melepaskan diri..menyuruhnya diatas dan kini dengan aku dibawah kakiu terbuka lebar dengan salah satu kakiku menyangkut kesenderan sofa dan Dino dengan mudah kali ini memasukiku.

Gerakan anak muda itu teratur dan terasa bagaimana kemaluan besar itu menusuk dan mengexplorasi bagian dalam kemaluanku hingga bagian yang belum tersenah tersentuh oleh suamiku dan gelinjang serta perasaan nikmta yang tak tertahankan membuat gelombang menuju orgasme kembali menerjangku.

Dino semakin mempercepat gerakannya dan aku mencoba mengimbangi gerakannya dengan goyangan pinggulku dan akhirnya denga tertahan “Tante..Dino mau keluar……”
“Keluarin Din……” dan aku menjepit pinggang pemuda itu dengan kedua kaki yang kutautkan sehingga kemaluannya terbenam semakin dalam dan akhirnya dengan erangan keras bersamaan dengan orgasmeku, aku merasakan cairan hangat menyemprot jauh didalam..
Suara desahan, erangan dan nafas memburu kami terdengar jelas dikeheningan ruangan dan akhirnya kami berdua melemas berpelukan erat.

“Din…., maafin Tante ya…., Tante membuatmu melakukan ini, lupa kalau Tante sudah tua” kataku
“Tante…., Dino selalu mengagumi Tante…tante adalah wanita paling cantik yang dino kenal…dan Tante sama sekali tidak tua…” jawabnya sambil mengecup bibirku.
“Tapi ini tidak bisa jadi kebiasaan Din…., kalau Oom tahu………..” kataku tidak melanjutkan.
“Dino tahu, ……. Tante…jangan kuatir”

Sore itu kami banyak bercakap – cakap dan tidak merasa perlu mengenakan pakaian kami, dan sebelum maghrib tiba kami menyelesaikan permainan yang ketiga kalinya, kali ini dia memasukan kemaluannya dalam posisi dari belakang dan diselesaikan dengan posisi misionari…kembali rahimku menerima siraman sperma hangat yang menyemprot dan memberikanku kenikmatan yang sudah hamper terlupakan.

No comments:

Paling banyak dibaca