Setelah Fauziah dan Annisa pergi, maka hidup kembali normal. Kehidupan
seksual Arjuna kembali lagi seperti sebelumnya. Ia hanya dijatah sekali
seminggu. Bila ibunya sedang senang, maka dapatlah Arjuna mendapatkan
tubuh ibunya yang sedang hamil itu dua kali seminggu. Tak pernah lebih.
Awal Juli, tiba-tiba Fauziah datang kembali tapi kini sendirian. Arjuna
kecewa kakaknya tidak datang. Fauziah mengajak seluruh keluarga untuk
kumpul dan mulai memberitahukan tujuan kedatangannya. Ternyata Annisa
hamil. Annisa telah menceritakan siapa ayah bayi dalam kandungannya.
Maka ributlah keluarga itu. Dewi merasa dikhianati dan menampar muka
Arjuna. Sementara ayahnya marah-marah karena Arjuna telah menghamili dua
orang. Apakah Arjuna tidak puas dengan menghamili ibunya?
Fauziah kaget. Barulah ia tahu bahwa anak Dewi itu adalah hasil hubungan
ibu dan anak. Ia tak mampu berkata-kata dan hanya terdiam karena shock.
Akhirnya ketika ia menanyakan kepada Waluyo kenapa membiarkan hal ini,
maka barulah Waluyo mengaku bahwa sebenarnya ia adalah lelaki homo.
Kejadiannya begitu cepat. Akhirnya keluarga memutuskan, untuk nama baik
Annisa, maka Arjuna harus ke kalimantan dan menikahi Annisa. Saat itu
Dewi menjadi sedih. Walaupun ia kecewa dengan tindakan Arjuna, tapi
tetap Arjuna adalah anak yang ia sayangi. Lagipula, kini Arjuna telah
mengisi hatinya yang telah lama kosong. Dewi akhirnya memutuskan ikut
pergi ke Kalimantan yang menyebabkan mau tidak mau Waluyo juga harus
ikut.
Maka pada minggu berikutnya, Fauziah bersama Dewi dan Arjuna berangkat
ke Kalimantan naik pesawat terbang. Waluyo dan Joko tinggal untuk
mengurus segala hal seperti penjualan rumah dan lain sebagainya.
Fauziah, dengan hartanya yang banyak berhasil membuat surat kelahiran
baru bagi Arjuna. Sekarang Arjuna adalah anak dari sahabat dekat Waluyo
yang sudah meninggal dunia. Agar orang tidak curiga hubungan mereka,
maka dibuat kisah bahwa Arjuna sudah lama ikut Waluyo dan Dewi dan sudah
dianggap anak. Arjuna didaftarkan sekolah di Kalimantan. Sementara,
Waluyo dan Joko tiba di Kalimantan pada akhir Juli. Tepat seminggu
sebelum pernikahan Arjuna dan Annisa.
***
Mereka tinggal di rumah mewah milik Fauziah. Kehidupan Arjuna bahagia
sekali. Ia punya seorang isteri cantik yang masih muda, walaupun lebih
tua beberapa tahun darinya. Isterinya itu cantik dan seksi pula. Pada
Bulan Oktober lahirlah puteri pertama Arjuna dan ibunya. Ia dinamai Ayu.
Seluruh keluarga berbahagia karena Ayu adalah bayi yang menggemaskan.
Arjuna sangat menyayangi anak pertamanya itu. Ia selalu bergantian
menjaga anaknya dengan ibunya.
Sementara, Annisa melahirkan anak laki-laki tahun berikutnya pada bulan
Februari. Mereka menamakannya Febri. Sungguh lengkap jadinya. Arjuna
punya sepasang anak berlainan jenis. Ia merasa berbahagia sekali. Pada
usianya yang ke 15, Arjuna sudah memiliki dua anak. Tentu saja bagi
orang kebanyakan, Ayu adalah anak Waluyo dan Dewi. Tetapi pada
kenyataannya, Ayu adalah hasil hubungan gelapnya dengan ibunya sendiri.
Dewi tinggal di kamar sendiri. Namun, karena seluruh keluarga tahu bahwa
Dewi adalah kekasih anaknya, maka Arjuna tidur bergantian tiap harinya.
Sehari dengan ibunya, sehari dengan kakaknya. Sampai sebulan setelah
ibunya melahirkan, yaitu bulan november, maka Arjuna mulai berhubungan
seks dengan ibunya dalam frekuensi yang lebih banyak dibanding
sebelumnya. Tampaknya keluarga mereka harmonis. Tetapi, ternyata tidak
semuanya bahagia.
Fauziah merasa sedih. Karena di rumahnya sendiri ia tidak menemukan
cinta. Semua orang di dalam rumah memiliki pasangan. Waluyo dengan Joko,
Arjuna dengan Dewi dan juga dengan anaknya, sementara, ia sendiri tidak
punya siapa-siapa. Jauh di lubuk hatinya, Fauziah masih mencintai
Waluyo. Tetapi Waluyo itu homo. Tidak ada harapan lagi.
Fauziah terkadang merasa cemburu. Ia cemburu melihat kedekatan Waluyo
dan Joko. Ia cemburu melihat Arjuna begitu mesra dengan dua ‘isterinya’.
Apalagi terkadang secara tak sengaja, ia melihat Arjuna sedang
menggauli salah satu isterinya, entah di kebun belakang ataupun di dapur
atau bahkan di mana saja. Tentu saja, saat itu Arjuna mengira bahwa
tidak ada orang di dalam rumah, ataupun mungkin Arjuna kira Fauziah
sedang tidur. Tetapi Fauziah menjadi hafal ketika Arjuna mulai
celingak-celinguk melihat situasi di rumah. Itu pertanda anak itu sedang
horny dan ingin mencari kesempatan berhubungan seksual. Fauziah sebal
sekali, tampak bahwa Arjuna senang mengentot di tempat terbuka di mana
ada kemungkinan terlihat orang lain. Mungkin Arjuna bertambah semangat
dengan keadaan seperti ini.
Fauziah tidak sadar bahwa selama ini, Arjuna tahu bahwa Fauziah sering
melihatnya berhubungan seks dengan salah seorang isterinya. Justru ini
membuat Arjuna makin menjadi, mencari kesempatan untuk berhubungan seks
di berbagai tempat di rumah. Sekarang Arjuna punya obsesi baru. Ia
sangat menyukai Fauziah. Darah Arab jelas terlihat di raut muka dan
postur tubuh perempuan ini. Hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih
dan bulu matanya yang lentik, membuat lelaki yang memandangnya ingin
menjilati seluruh muka perempuan itu. Apalagi bila Fauziah sedang pakai
daster. Buah dada yang kelihatan lebih besar dari ibunya, pantat yang
menonjol dan lekuk pinggang dan pinggul yang begitu melengkung dan indah
cukup membuat Arjuna ngaceng dengan hanya melihatnya saja.
Suatu ketika, Arjuna baru saja menggauli isterinya. Saat itu bulan
Januari. Berhubung Annisa sudah mengandung tujuh bulan, maka mereka
bersenggama dengan posisi man on top. Arjuna tidak dapat menindih
kakaknya itu, sehingga ia mengentoti kakaknya sambil duduk di tempat
tidur. Walaupun Arjuna berhasil ejakulasi, namun Ia belum merasa puas.
Maka ia bergegas memakai sarung dan pergi ke kamar ibunya untuk
melanjutkan ronde ke dua.
Ketika ia masuk kamar ibunya, ibunya tidak di tempat. Arjuna lalu
mencari ibunya. Akhirnya ia sampai pada kamar tidur Fauziah, didengarnya
ada suara dua wanita berbicara. Arjuna penasaran, maka ia berdiri di
depan pintu dan mulai menguping.
Ternyata Fauziah sedang menangis sambil curhat. Rupanya ia merasa sedih
karena tidak mempunyai pasangan. Dewi memeluk Fauziah dari samping dan
berusaha menghibur perempuan itu. Cukup lama Fauziah curhat. Hampir
sejam barulah perempuan itu pergi. Setelah Fauziah pergi, Arjuna
menghampiri ibunya di kamar. Anak mereka sedang tidur di box bayi.
Situasi aman. Ibunya tidur hanya memakai kain seperti permintaan Arjuna.
Maka Arjuna segera tidur di sebelah ibunya, lalu menarik kain itu. Lalu
mereka bercinta.
Kejadian tadi malam membuat Arjuna berpikir bahwa Fauziah mulai masuk
perangkapnya. Perempuan itu pasti horny melihatnya menggarap kedua
isterinya di berbagai tempat di rumah. Namun, hidup dengan dua isteri
membuat tidak ada kesempatan bagi Arjuna untuk mendekati ibu tirinya,
atau bisa dibilang juga ibu mertuanya itu.
Pucuk dicinta ulam tiba. Ketika bulan Juni datang, masa libur sekolah
selesai. Apalagi Arjuna telah lulus SMP. Saat itu, Fauziah yang adalah
business woman, ingin ke Jakarta karena ada bisnis. Arjuna menggunakan
hal ini sebagai alasan. Ia ingin ikut karena belum pernah ke Jakarta,
alasannya, padahal ia ingin berduaan dengan Fauziah. Arjuna sudah
kepincut ibu tirinya. Kedua isterinya memiliki bayi yang masih kecil,
sehingga mereka tidak mau ikut, apalagi Annisa yang baru jadi ibu, ia
butuh Dewi yang ikut mengasuh anaknya juga. Begitu pula dengan ayah dan
gendaknya, karena mereka sudah puas untuk berduaan saja maka mereka emoh
untuk ikut.
Singkat kata, mereka pergi ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel yang
berbintang. Sayang, saat itu adalah liburan, sehingga tinggal satu kamar
yang tersedia. Yang lain sudah penuh. Arjuna jadi senang sekali.
Berhubung mereka mengaku sebagai ibu dan anak, maka petugas hotel
memberikan mereka satu kamar itu. Dan untungnya mereka ambil, karena
setelah mereka ada orang yang ingin menginap tapi ditolak karena hotel
penuh.
Hari itu bergerak sangat cepat bagi Arjuna. Tahu-tahu sudah malam, ia
sudah mandi dan memakai sarung seperti biasanya dengan singlet sebagai
baju, namun ia tidak pakai celana dalam. Lima belas menit kemudian
Fauziah baru dari kamar mandi menggunakan handuk yang menutupi hanya
dari dada sampai paha, bahkan bagian atas paha dan paha itu mulus
sekali. Sesekali Arjuna melihat bulu ketek lebat ibu tirinya itu dan
membuat Arjuna langsung konak. Tanpa makeup, kecantikan Fauziah tampak
begitu alami. Kecantikan perpaduan Indonesia dan timur tengah. Hampir
mirip Camelia Malik bercampur dengan Kim Kardashian. Dibalik handuk itu,
toket besar tampak menonjol dengan lembah yang agak sempit karena dua
tetek yang besar. Sungguh malaikat dari surga, pikir Arjuna. Hanya saja,
saat itu tidak terlihat Fauziah sudah mandi, karena rambutnya masih
kering dan tidak tercium bau sabun ketika Fauziah melewatinya.
Fauziah berdiri di depan meja rias beberapa saat untuk mengambil CD dan
BH yang ia taruh di sana di atas daster hitam yang terlipat rapi,
rupanya ia lupa membawa pakaiannya. Ketika Fauziah membungkuk sedikit
untuk mengambil CD dan BHnya, tiba-tiba Fauziah berteriak kecil
kesakitan.
Arjuna kaget lalu bertanya, “Kenapa, Ma?”
Fauziah memegang punggungnya dengan tangan kanannya lalu berkata,
“Ga tau, Jun. kayaknya salah urat.”
“Waduh… Terus gimana dong?”
“Kamu tolong telpon resepsionis. Biasanya hotel menyediakan jasa pijat. Biar Mama di pijat saja.”
Arjuna bergegas menelepon resepsionis. Sayangnya, hotel itu tidak
menyediakan jasa pemijat. Sementara, Fauziah bergegas duduk di tempat
tidur sambil meringis kesakitan.
“Gimana nih? Ga ada tukang pijat di sini.”
Fauziah menjadi kecewa dan sebal. Namun, Arjuna yang melihat kesempatan
dalam kesempitan ini, segera menawarkan diri. “Ya udah, biar Arjuna
pijat aja. Jun biasa kok pijet Ayah kalau Ayah lagi pegel-pegel.”
Fauziah serba salah. Di satu pihak, ia sedang kesakitan karena
punggungnya tiba-tiba salah urat, di lain pihak ia sedang dalam keadaan
yang nyaris bugil dan hanya berbalutkan handuk. Selama beberapa saat
pikirannya berputar-putar ingin mencari solusi.
Arjuna yang tahu ibu tirinya sedang dalam keadaan dilematis karena rasa
malu, segera berpikir cepat. Anak ini memang hebat otaknya dalam
soal-soal begini. Buktinya, dua perempuan berhasil ia taklukkan. Kini,
Fauziah adalah piala ke tiga yang ingin ia incar.
“Kalau Mama malu, begini saja. Biar Arjuna masuk kamar mandi, lalu Mama
pakai baju dulu. Terus Mama panggil Jun kalau sudah selesai.” Tanpa
menunggu jawaban Arjuna masuk kamar mandi.
Fauziah beringsut untuk berdiri, namun punggungnya ia rasakan nyeri
sekali. Fauziah berkutat cukup lama untuk beranjak ke meja rias, tapi
akhirnya ia menyerah. Karena terpaksa, akhirnya Fauziah melepas
handuknya, lalu berbaring telungkup. Dengan susah payah ia lalu menaruh
handuk itu untuk menutupi pantat dan pahanya. Setelah dirasa cukup rapi
sehingga pantat dan selangkangannya tidak terlihat, Fauziah memanggil
Arjuna.
Arjuna keluar kamar mandi dan mendapatkan pemandangan yang indah. Ibu
tirinya itu kini telungkup dengan punggung telanjang. Sayangnya
pantatnya tertutup handuk, juga kedua tangan Fauziah ditekuk di sebelah
badan sehingga menutupi pinggir payudara perempuan itu. Tetap saja,
sedikit jendolan di pinggir badan Fauziah cukup membuat batang kontol
Arjuna menegang cepat.
“Mama Fauziah bawa body lotion ga? Biar enak urutnya.”
“Di meja rias tuh.”
Setelah mengambil body lotion, Arjuna duduk disamping ibu tirinya itu.
Lalu menaruh lotion di telapaknya, dan mulai membalurkannya sepanjang
punggung telanjang perempuan itu. Kulit ibu tirinya itu begitu halus,
kini setelah dibalurkan lotion, menjadi licin dan mengkilat bak porselen
cina saja. Kemudian Arjuna mulai mengurut perempuan itu.
“Kalau terlalu keras kasih tahu, ya. Soalnya biasa ngurut laki-laki.”
“Coba pelan sedikit, jangan keras seperti itu.”
Maka Arjuna mulai mengurut Fauziah. Untuk permulaan, Arjuna melakukannya
dengan serius. Ini untuk menjaga agar Fauziah tidak curiga. Dan karena
memang Arjuna sering mengurut Ayahnya, maka sebenarnya ketrampilan
Arjuna dalam mengurut itu cukup lumayan. Arjuna dapat menemukan urat
yang menjadi problem. Diurutnya daerah itu dengan perlahan dahulu, lalu
makin lama setelah uratnya mulai melemas dan tidak terlalu menonjol,
maka urutannya diperkeras.
Fauziah tidak menyangka anak tirinya itu jago mengurut. Gerakan tangan
Arjuna tidak canggung yang menunjukkan bahwa anak itu memang terbiasa
mengurut. Sebelumnya ia agak takut bila Arjuna hanya pura-pura bisa
mengurut padahal hanya menginginkan tubuhnya. Tetapi kini Fauziah tidak
curiga lagi. Lagipula, pikir Fauziah, Arjuna sudah punya dua isteri.
Untuk apa pula anak itu menginginkannya?
Tetapi lama dipikirkan Fauziah malah menjadi sedih. Fauziah merasa bahwa
dirinya memang malang. Apakah memang lelaki tidak ada yang mau
dengannya? Apakah Fauziah tidak cantik? Apakah ada sesuatu dalam dirinya
yang membuat semua lelaki menjauh darinya? Dulu Waluyo pernah bilang
bahwa Fauziah itu cantik, tapi, sekarang karena Fauziah tahu Waluyo itu
Gay, maka Waluyo tidak dapat menjadi acuan. Betapa malang nasibku, pikir
Fauziah.
Fauziah tidak tahu, bahwa banyak lelaki yang sebenarnya menginginkan
dia. Namun, Fauziah adalah anak seorang saudagar kaya. Banyak lelaki
yang takut duluan. Selain itu, ayah Fauziah terkenal galak dan memiliki
banyak centeng, sehingga bagaimanapun juga Fauziah bagaikan permata yang
ada di dalam kandang harimau. Banyak yang mau tapi hampir tidak ada
yang berani mengambil. Hanya Waluyo saja yang berani. Waluyo adalah
orang rantau di Kalimantan dan memiliki pandangan ’nothing to lose’.
Sehingga nekat dalam melakukan apapun. Sehingga akhirnya dapatlah lelaki
itu meminang Fauziah.
Kini punggung Fauziah sudah tidak sakit lagi. Fauziah melirik ke dinding
dan melihat jam, sudah hampir sejam Arjuna mengurutnya. Arjuna melihat
gerakan ibu tirinya itu.
“Masih sakit, Ma?”
“Sudah ga sakit lagi, Jun.”
Lalu mereka terdiam. Arjuna tidak menghentikan gerakannya tetapi tetap
mengurut Fauziah. Ia ingin melihat respons wanita ini dulu. Makin lama
Arjuna mengurut Fauziah makin pelan, sehingga lima menit setelah itu,
Arjuna hanya menggosok-gosok punggung ibu tirinya itu saja.
Fauziah tidak pernah diurut sehingga tidak tahu bagaimana seharusnya
seseorang itu diurut, sehingga ia diam saja ketika Arjuna mulai
menggosok-gosok punggungnya tanpa ada tenaga seperti sebelumnya. Makin
lama gosokkan itu menjadi usapan. Arjuna mengusap-usap punggungnya dan
gerakannya menjadi teratur dan lebih pelan. Fauziah merasakan tangan
Arjuna yang kasar itu mengusapi punggungnya menimbulkan sensasi yang
membuat bulu kuduk merinding. Fauziah tidak tahu bahwa sekarang ini
Arjuna tak lagi mengurut, namun membelai punggungnya. Belaian Arjuna itu
dilain pihak membuat pikiran Fauziah mulai melayang. Fauziah menjadi
teringat kembali pengalamannya ketika dulu masih jadi isteri Waluyo,
satu-satunya lelaki yang pernah membelainya. Andaikan saja… Pikir
Fauziah. Andaikan saja ia masih jadi isteri orang… Perlahan-lahan usapan
itu membawa Fauziah ke alam mimpi.
Arjuna mendengar dengkuran kecil Fauziah saat ia sedang membelai
punggung perempuan itu. Kebetulan nih, pikir Arjuna. Si bidadari dari
Arab ini telah tidur setengah telanjang. Arjuna yang berpengalaman
walaupun masih muda ini, tidak lalu langsung beraksi. Tidak, Arjuna
seperti kita ketahui adalah anak remaja yang pintar dan kreatif. Arjuna
terus membelai punggung ibu tirinya itu selama beberapa menit setelah
suara dengkuran terdengar. Orang yang baru tidur, itu gampang sekali
bangun. Tapi kalau sudah pulas, barulah susah bangun. Oleh karena itu,
Arjuna harus yakin dulu bahwa Fauziah telah tertidur pulas.
Arjuna memanggil Fauziah. Setelah beberapa kali memanggil ibu tirinya
itu dan tidak ada jawaban, maka Arjuna berkata perlahan, “Mama Fauziah…
It’s showtime!” sambil tertawa kecil.
Arjuna segera mengambil handuk yang ada di atas pantat Fauziah dan
menaruhnya di meja rias. Pantat itu lumayan besar, lebih besar dari
pantat ibu kandungnya, namun pantat ini begitu putih dan bulat. Sungguh
menantang.
Arjuna menggeser duduknya sehingga kini sejajar dengan paha Fauziah.
Perlahan ia menarik kedua kaki ibu tirinya itu sehingga terbuka. Sambil
menelan ludah, Arjuna melihat bibir memek ibu tirinya itu. Bibir vagina
Fauziah rapat menutup. Tidak ada bulu jembut dipinggirnya. Bulu kemaluan
Fauziah ternyata dipotong rapi dan hanya menutupi selangkangan bagian
atas. Benar-benar dirawat, pikir Arjuna.
Arjuna lalu merubah posisi sehingga ia kini berbaring di bawah kaki
Fauziah dengan kaki terjulur sampai menyentuh lantai, sementara setengah
badannya dibaringkan di atas tempat tidur di antara kaki Fauziah.
Dengan tangan gemetar menahan nafsu, ia menyibakkan bibir kemaluan ibu
tirinya itu.
Vagina Fauziah terlihat berwarna merah dan agak mengkilat karena lembab.
Bau tubuh Fauziah samar-samar tercium keluar. Tak sabar, Arjuna
langsung menjulurkan lidahnya kedalam memek perempuan itu. Arjuna
merasakan pengalaman baru. Ternyata memek itu rasanya berbeda-beda.
Memek ibu kandungnya, memek kakaknya dan memek Fauziah memiliki bau dan
rasa yang berbeda. Namun, ibaratnya berbagai jenis coklat, maka semuanya
enak dan memiliki cita rasa yang khas.
Lidah Arjuna menyusuri lembah kenikmatan milik ibu tirinya dengan
perlahan karena Arjuna ingin puas merasakan intisari tubuh ibu tirinya
itu. Dinding memek Fauziah yang lembut dan lembab yang memancarkan bau
tubuh perempuan keturunan Arab itu sungguh membuat Arjuna bagaikan di
awang-awang.
Tiba-tiba Arjuna mendengar suara desahan Fauziah. Arjuna kaget dan
menghentikan kegiatannya. Ia melirik ke arah kepala ibu tirinya itu.
Setelah ditunggu beberapa lama, Fauziah tidak menunjukkan tanda bahwa
perempuan itu telah sadar. Namun Arjuna harus sabar, ia tidak mau
berhubungan seks ketika Fauziah sedang terlelap. Ia ingin Fauziah
tersadar dan merelakan tubuhnya kepada Arjuna. Saat ini belum saatnya,
pikir Arjuna.
Maka Arjuna mengembalikan handuk itu ke tempatnya semula, lalu Arjuna
menyelimuti tubuh telanjang Fauziah dengan selimut tempat tidur itu.
Lalu Arjuna tidur di lantai yang berkarpet. Paling tidak enggak dingin,
pikirnya.
***
Paginya Fauziah bangun dan kaget. Astaga! Ia tertidur dengan hanya
tertutup handuk di pantat. Apa yang terjadi tadi malam ketika ia tidur?
Namun akhirnya Fauziah lega, karena sekarang ia tidur berselimut,
sementara, Arjuna tidur di lantai. Selain itu, ia tidak merasakan
tanda-tanda sehabis ditiduri anak tirinya itu. Memeknya tidak terasa
pegal atau nyeri. Tampaknya Arjuna cukup gentleman dan tidak
memanfaatkan situasi.
Fauziah bergegas ke kamar mandi. Sehabis mandi dan ganti baju, ia
membangunkan Arjuna dan meminta anak itu untuk tidur di tempat tidur.
Arjuna tampak lelah dan pegal. Fauziah menjadi kasihan.
“Lain kali tidur di tempat tidur saja, Jun.”
“Ma, Arjuna ga mau ngerepotin. Di lantai saja cukup, kok.”
“Tidak. Nanti malam kamu tidur di tempat tidur dengan mama.” Lagipula,
pikir Fauziah, anak ini tidak menunjukkan hasrat untuk berbuat kotor
dengannya. Maka, Fauziah mulai merasa nyaman. Selain itu, Fauziah pun
berhutang budi karena Arjuna telah membantu untuk mengurut sehingga kini
otot punggungnya sudah tidak nyeri lagi.
Hari itu Fauziah dan Arjuna pergi ke salah satu rekan bisnis Fauziah.
Hari yang membosankan menurut Arjuna. Mereka makan siang sementara
Fauziah dan rekan bisnisnya yang adalah laki-laki membicarakan tetek
bengek masalah bisnis. Sementara Arjuna hanya bisa melamun dan berusaha
menahan rasa bosannya.
Arjuna memperhatikan bahwa lelaki itu, seorang yang setengah baya, terus
memperhatikan Fauziah seakan Fauziah adalah bidadari. Dari gerak
tubuhnya terlihat bahwa lelaki ini ingin memakan Fauziah hidup-hidup.
Hanya saja, Fauziah seakan tidak menghiraukan bahkan mungkin tidak ada
pikiran ke arah situ sama sekali.
Ternyata, rekan bisnis yang ditemui hari itu tidak hanya satu. Ada tiga
pertemuan. Ketiganya dengan lelaki paruh baya yang menatap Fauziah
dengan tatapan penuh harap dan birahi. Yang jelas, Arjuna menjadi tahu
kenapa bisnis ibu tirinya itu lancar. Semua rekan bisnisnya hari itu
selalu menyanggupi permintaan-permintaan ibu tirinya tanpa perlu panjang
lebar berdebat. Ini adalah kekuatan seorang wanita cantik yang pintar.
Arjuna menjadi kagum juga dengan ibu tirinya itu.
Akhirnya setelah makan malam dengan rekan bisnis terakhir untuk hari
itu. Mereka berdua kembali ke kamar hotel. Arjuna mandi duluan dan
memakai singlet dan sarung seperti biasa setelahnya. Ketika ia keluar
kamar mandi, Fauziah sedang mengusap lehernya.
“Mama kenapa? Pegel?”
“Iya nih. Capek juga hari ini ke sana kemari dengan rekan-rekan bisnis Mama. Kayaknya Mama udah semakin tua.”
“Ya sudah. Mama mandi dulu, nanti Arjuna pijitin lehernya.”
Fauziah tersenyum lalu pergi mandi. Arjuna kini berfikir apakah
sebaiknya menawarkan untuk mengurut atau tetap memijat saja? Namun
Fauziah sedang pegal lehernya, kalau Arjuna menawarkan untuk diurut,
maka mungkin saja Fauziah akan curiga. Oleh karena itu, Arjuna
memutuskan untuk memijat saja.
Fauziah keluar dengan gaun tidur berwarna hitam. Modelnya seperti
daster, tapi gaun ini lebih mewah. Gaun terusan dengan tali tipis
melibat bahu putih Fauziah. Gaun itu tidak panjang. Bagian atasnya
terbuka sampai terlihat belahan sedikit belahan dada yang besar. Roknya
sampai di atas lutut dengan renda-renda yang menghiasinya, menunjukkan
paha dan betis yang putih bersih. Arjuna berusaha untuk tidak menatap
melainkan belagak sedang membaca dengan ekor mata mengikuti ibu tirinya
itu.
Kalau dilihat, Fauziah tidak memakai BH. Sedikit putingnya menyembul
dibalik gaun malam itu. Arjuna jadi mengira-ngira apakah Fauziah tidak
memakai CD juga yang menyebabkan kemaluannya jadi menegang memikirkan
itu.
Fauziah duduk di pinggir tempat tidur. “Kalau bisa sih, Mama duduk di
lantai, Arjuna duduk di tempat tidur sehingga gampang mijit leher dan
bahunya.”
Fauziah melakukan permintaan Arjuna lalu duduk di lantai. Dengan sigap
Arjuna duduk di belakang Fauziah dan mulai memijati leher ibu tirinya
itu.
Fauziah merasakan tangan hangat Arjuna mulai memijatnya. Pijatan itu
sungguh enak. Mungkin tidak sama dengan para pemijat profesional yang
biasa ia datangi. Para pemijat itu menggunakan teknik shiatsu jepang,
sementara teknik Arjuna adalah teknik kampung, namun cukup efektif.
Sungguh Fauziah merasa beruntung membawa serta anak ini.
Sementara, Arjuna kini menatap dada ibu tirinya dari atas kepala
Fauziah. Pentil yang tampak menyembul dari balik gaun seakan menantang
lelaki yang melihatnya. Kedua buah payudara besar dengan belahan dada
yang rapat menjadi garis lurus yang hilang tertutup gaun. Bukit kembar
yang begitu besar sehingga menyembul keluar. Arjuna meneguk ludah
beberapa kali.
Setelah cukup lama Arjuna memijat, Fauziah berkata, “Leher Mama sekarang
sudah mendingan. Kita tidur saja, ya? Kasihan kamu pasti capek juga dan
sekarang malah mijitin Mama. Sebaiknya istirahat.”
“Arjuna sih anak kampung, Ma. Udah biasa. Mama mau dipijit bahunya?”
“Kalau kamu ga capek sih boleh saja. Kamu capek, ga?”
“Kan udah biasa. Belum capek. Gimana, Mama mau Jun pijat bahunya?”
“Ya sudah. Terserah.”
Arjuna mulai memijit bahu Fauziah. Ia benar-benar mengeluarkan
jurus-jurus pijit yang dipelajari di kampung. Di lain pihak, Fauziah
kini merasa bagaikan dimanja anak tirinya itu. Pijatan Arjuna membuat
segala otot di pundaknya lemas dan tidak keras ataupun pegal lagi.
Fauziah sangat menikmati ini.
Setelah sekian lama, Arjuna mulai beraksi. Tangan kanannya mulai memijat
begitu rupa, sehingga jari-jarinya mendorong tali gaun di bahu ibu
tirinya itu sehingga mulai bergeser ke arah pundak kanan. Lama-kelamaan
tali itu mulai menuju ujung pundak Fauziah. Fauziah yang sedang
keasyikan menikmati pijatan ini tidak memperhatikan bahwa tali gaunnya
mulai menggeser sehingga Arjuna yang selama proses ini deg-degan dan
berusaha menggerakan tangannya perlahan menjadi agak tenang. Dan
akhirnya tali gaun itu jatuh ke lengan Fauziah.
Tiba-tiba saja bagian puting Fauziah yang bundar menyembul sementara
gaun itu kin menutup bagian menonjol putingnya. Warnanya merah muda.
Nafas Arjuna menjadi memburu. Sungguh tubuh wanita keturunan Arab ini
berbeda dengan tubuh Dewi maupun Annisa. Pentilnya berwarna merah muda
bagaikan aktris bokep yang pernah ia tonton di film-film. Fauziah memang
seksi sekali!
Mata Arjuna kini terpaku pada daerah areola puting Fauziah itu. Areola
itu bundar dan lingkarnya lebih besar daripada uang logam 100-an jaman
dulu. Di atas areola, di kulit teteknya ada tahi lalat kecil menghiasi.
Pemandangan ini sangat intim dan pasti tidak banyak lelaki yang pernah
melihatnya.
Arjuna ingin menggunakan tangan kirinya dan melakukan hal yang sama.
Namun setelah dipikir lebih jauh, ada kemungkinan ketika tali gaun
sebelah kiri jatuh ke bawah, gaun itu akan melorot dan memperlihatkan
tetek Fauziah. Tentu saja Arjuna ingin melakukan hal itu, namun
kemungkinan besar Fauziah akan sadar dan menghentikan sesi pijat ini.
Dan mungkin Arjuna tak akan dapat menyentuh tubuh wanita ini lagi.
Maka ia terus memijat bahu Fauziah. Arjuna memikirkan cara bagaimana
agar bisa menuju level berikutnya. Namun ia tidak dapat menemukan cara
yang tidak membuat Fauziah takut dan menghentikan semua ini.
Arjuna lama berfikir dan memijat, sampai tiba-tiba kepala Fauziah
sedikit terkulai dan dengan cepat tegak lagi. Fauziah hampir tertidur.
“Ma,” kata Arjuna, ”daripada nanti tidur di lantai, mending tidur di
atas tempat tidur. Biar Arjuna pijit. Atau Mama Fauziah mau diurut
saja?”
Fauziah sudah ngantuk, tapi masih ingin dipijat. Katanya, “terserah kamu deh, Jun.”
Arjuna bergerak cepat dan mengambil lotion. “diurut bahunya saja ya, Ma?”
Fauziah hanya mengangguk lalu tiduran telungkup di tempat tidur. Arjuna
mulai mengambil lotion dan mengurut bahu Fauziah dari samping. Fauziah
merasakan kenikmatan ketika otot-ototnya yang sudah dipijit kini diurut
pula. Dalam kantuknya, Fauziah ingin sekali tiap hari dimanja oleh
Arjuna seperti ini.
Arjuna adalah remaja yang memiliki pengalaman dalam merayu wanita dan
mendapatkan wanita. Ibu kandung dan kakaknya sudah menjadi isterinya.
Sehingga walaupun Arjuna sudah horny menjamahi ibu tirinya itu, tapi ia
dapat menahan hasratnya dan tidak melakukan tindakan blunder. Arjuna
mengurut Fauziah sampai wanita itu tertidur. Akhirnya Arjuna pergi ke
kamar mandi untuk masturbasi lalu tidur di samping Fauziah yang masih
telungkup.
***
Arjuna terbangun horny. Ia bermimpi sedang berhubungan seks dengan ibu
tirinya. Ia bermimpi sedang mengentot ibu tirinya dari belakang dengan
posisi doggy style. Ibu tirinya telanjang dalam mimpinya, juga Arjuna
tidak memakai baju. Hanya saja, kontolnya tidak dapat masuk ke dalam
memek ibunya itu melainkan hanya menempel saja di pantat Fauziah. Entah
kenapa kontolnya tidak dapat memasuki lubang kemaluan ibu tirinya itu
melainkan hanya terus menempel.
Ketika terjaga, Arjuna mendapatkan dirinya sedang memeluk Fauziah dari
belakang. Kontolnya yang tegang dibalik sarung sedang menempel pada
belahan pantat ibu tirinya itu. Rupanya dalam kenyataannya memang
seakan-akan Arjuna dan Fauziah doggy style hanya saja posisinya
berbaring menyamping di tempat tidur.
Tiba-tiba Fauziah bergerak. Arjuna menjadi kaget. Arjuna pura-pura masih
tertidur dan tidak bergerak. Fauziah bangun kaget juga mendapatkan
dirinya sedang dipeluk anak tirinya. Ia merasakan kontol anak tirinya
yang besar itu sedang menempel di belahan pantatnya.
“Jun,” panggil Fauziah.
Arjuna pura-pura masih terlelap.
Fauziah memanggil beberapa kali, namun Arjuna tetap tidak bergerak.
Fauziah menghela nafas memikirkan apa yang harus dilakukan. Fauziah
sudah lama tidak didekap oleh lelaki. Bau tubuh Arjuna yang maskulin,
walaupun tidak terlalu keras, namun cukup menggetarkan kalbu Fauziah
juga. Tubuh hangat Arjuna yang memeluknya memberikan kenyamanan. Fauziah
bingung harus ngapain.
Arjuna, di lain pihak, merasa tersiksa. Ia sudah horny sekali namun kini
harus pura-pura tertidur. Masalahnya, kepala Arjuna serasa mau pecah
menahan libido. Apa yang harus dilakukannya? Apa lagi kini Fauziah tidak
berusaha membangunkannya lagi, melainkan malah terdiam di tempat tidur.
Arjuna yang cerdik berlagak mengigo, “Mama Fauziaaah… mmmm… Mama Fauziah…”
“Jun, kamu sudah bangun?”
Arjuna terus berlagak meracau di tempat tidur, “Mama Fauziaah… Mama sayang Jun, tidak?”
“Jun?”
“Arjuna sayang Mama Fauziah… mmmmmmmmmmm…” Lalu Arjuna belagak sedang memeluk guling dalam tidurnya dan mempererat rangkulannya.
Fauziah terkejut. Rupanya Arjuna sayang pada dirinya. Tampaknya ini yang
benar-benar dirasakan Jun, karena Jun berbicara dalam tidurnya. Fauziah
agak bingung. Arjuna menunjukkan rasa sayang kepada ibu kandungnya
dengan meniduri dan menghamili perempuan itu. Apakah artinya Arjuna juga
ingin menyetubuhinya?
Pertama kali pikiran ini melintas, Fauziah merasa jijik dan sebal. Namun
semakin dipikirkan, ada rasa aneh menyeliputi dadanya. Fauziah
mengingat saat-saat ia lihat Arjuna sedang bersenggama dengan Dewi atau
Annisa. Mereka begitu menikmati keintiman itu. Apalagi, kontol Arjuna
yang lumayan besar dan panjang. Lama kelamaan memek Fauziah basah juga.
Ia menelan ludah lalu mendekap tangan kanan Arjuna yang sedang melingkar
diperutnya dengan tangan kanannya sendiri.
Arjuna senang sekali. Kini terbukti bahwa Fauziah tidak membenci atau
jijik padanya. Buktinya perempuan itu malah mendekap tangannya. Langkah
pertama Arjuna berhasil. Sambil menyeringai lebar, karena Fauziah tidak
dapat melihat, Arjuna memikirkan langkah selanjutnya.
Tak lama kemudian Fauziah tiba-tiba memutar badannya, dengan tangan kiri
memegang tangan kanan Arjuna sehingga badan Arjuna dan Fauziah tetap
berangkulan sampai keduanya berhadapan.
“Jun… Jun… bangun…” Namun suara Fauziah tidak keras melainkan perlahan.
Arjuna yang sedang memejamkan mata hanya merasakan tiba-tiba saja tangan
kanan Fauziah menyusup di samping kiri badannya antara tubuh Arjuna dan
tempat tidur. Sekarang Fauziah memeluk tubuh Arjuna.
Arjuna otomatis beringsut mendekap sambil tetap memejamkan mata. Tadi
tubuhnya setengah miring ke kanan dengan tangan kiri di belakang tubuh,
kini tangan kirinya ikut menyusup ke bawah dan melingkari tubuh ibu
tirinya itu. Sementara, kaki kanan Arjuna kini di antara kedua kaki
Fauziah yang menjepit.
Fauziah menahan nafasnya ketika ia merasakan Arjuna memeluk dirinya.
Arjuna berusaha menatap wajah Arjuna namun wajah itu kini menempel di
dadanya.
“Kamu sudah bangun, Jun?”
Arjuna pura-pura masih pulas dan tidak menjawab.
Tangan kiri Fauziah mulai mengelus-elus rambutnya. Arjuna mulai
frustasi. Ia dapat mencium bau tubuh Fauziah dengan jelas. Fauziah
adalah tipe perempuan yang bau tubuhnya tidak menyengat dan dapat
dibilang cukup harum tanpa minyak parfum.
Arjuna berfikir bahwa ini saat tepat untuk bangun. Fauziah akan malu,
namun Arjuna akan menunjukkan bahwa ia suka dipeluk Fauziah. Arjuna
mendongakkan kepalanya dan pura-pura bingung.
“Ma?” Ia menatap Fauziah dengan tatapan bingung. Fauziah gelagapan dan
mengendurkan pelukannya. Namun dengan cepat Arjuna mendekap Fauziah
erat-erat dan berkata, “Aduh, senangnya dipeluk Mama Fauziah. Jun kirain
selama ini Mama Fauziah ga sayang sama Arjuna.”
“Kenapa begitu?”
“Karena kita tidak pernah pelukan kayak begini.”
Fauziah bermaksud melepaskan dirinya. “Jangan dulu dong, Ma. Arjuna
sangat senang disayangi Mama Fauziah. Sebentar lagi, ya? Kan tadi Mama
Fauziah yang peluk. Jun bangun udah di peluk Mama. Sekarang Jun minta
Mama jangan lepasin pelukannya.”
Fauziah bingung. Namun ia hanya terdiam. Dapat dirasakannya dekapan kuat
anak tirinya itu. Nafas anak itu di dadanya yang hangat terasa di
kulit. Untuk beberapa lama mereka berpelukan. Lalu Fauziah mengelus
kepala Arjuna dan berkata, “Udah ya? Kita kan harus bisnis lagi.”
Arjuna mengelus punggung Fauziah dan berkata, “Bentar lagi, dong… Mama harum banget. Lebih harum dari Ibu maupun Kak Annisa.”
Fauziah menjadi sumringah. Wanita mana yang tidak senang bila dibilang
lebih baik daripada wanita yang lain? “Mama kan belum mandi.”
“Masa sih. Kok harum gini ya? Ga pakai parfum?”
“Ya enggak, lah. Kan baru bangun.”
“Tapi sumpah deh. Baunya wangi banget.”
Tiba-tiba Fauziah merasakan Arjuna mengendus-endus dadanya, ini
menyebabkan Fauziah merasakan bagai disetrum. Seluruh tubuhnya seakan
linu dan tak berdaya. Nafas Arjuna di dadanya membuat ia merasakan
hal-hal yang telah lama ia lupakan.
Serangan Arjuna yang tiba-tiba datangnya, tiba-tiba pula berhenti.
Arjuna melepaskan diri dari pelukan Fauziah. Dan kembali tiba-tiba,
Arjuna mencium pipi Fauziah.
“Terima kasih, Ma. Udah mau peluk Arjuna,” kata Arjuna setelah mencium pipi Fauziah,”Arjuna mandi duluan ya.”
Ketika Arjuna meninggalkannya untuk mandi, membuat Fauziah tiba-tiba
saja merasakan kekosongan. Ada rasa kecewa menghampiri. Namun Fauziah
memutuskan untuk memendam jauh-jauh perasaan itu. Hanya saja, kedekatan
mereka berdua sudah tak dapat ditarik kembali. Dan faktanya, Fauziah
menyukai kedekatan itu.
***
Hari ketiga mereka di Jakarta, pertemuan bisnis hanya ada dua kali.
Sisanya Fauziah mengajak Arjuna untuk shopping di mall. Fauziah membeli
banyak oleh-oleh untuk keluarga, namun hadiah yang paling banyak adalah
untuk Arjuna. Arjuna gembira sekali, karena ini menunjukkan tidak ada
rasa marah dari ibu tirinya itu.
Mereka makan malam di restoran pada pukul enam. Arjuna mengatakan bahwa
ia capek dan pegal sehingga waktu makan malam dimajukan. Padahal, ia
ingin satu tempat tidur lagi dengan Fauziah. Fauziah menuruti saja
karena ia sebenarnya sudah mulai ada rasa juga kepada anak tirinya itu,
namun dalam pikirannya ia masih membantah dirinya sendiri.
Jam tujuh mereka sudah tiba di kamar tidur.
“Arjuna sudah capek mau tidur,” kata Arjuna, ”Mama capek ga?”
“Ya Mama capek juga lah.”
“Ya sudah. Mama tidur aja langsung kalau begitu. Arjuna mandi dulu.”
“Masak kamu mau tidur di samping orang yang bau sih?”
“Mama Fauziah itu harum biar belum mandi. Arjuna ga masalah kalau Mama
Fauziah belum mandi dan kita berbagi tempat tidur. Malah Arjuna merasa
senang. Lagipula Mama Fauziah kan capek.”
“Kalau begitu kamu juga ga usah mandi. Mama juga ga masalah. Kamu kan juga capek.”
Di dalam hati, mereka berdua menyukai bau lawan jenisnya itu. Apalagi
sudah tidak sabar untuk mengalami kedekatan seperti tadi lagi.
“Ya udah deh. Arjuna ganti sarung dulu. Mama ganti baju tidur di kamar mandi saja. Arjuna di sini saja.”
Fauziah bergegas mencari gaun tidurnya dan lalu masuk kamar mandi. Namun
pintu tidak ditutup rapat. Fauziah mengintip ketika anak tirinya
membuka baju hingga hanya singlet dan celana dalam. Lalu Arjuna membuka
CDnya dan terlihat burung yang sudah tegak. Fauziah menelan ludah.
Sayangnya Arjuna lalu memakai sarung dan bergegas ke tempat tidur.
Fauziah membuka bajunya lalu memakai gaun tidur. Gaun tidur yang lain
dari kemarin. Memang Fauziah jarang tidur dengan gaun yang sama, oleh
karena itu ia selalu membawa tas besar bila berpergian. Gaun tidur ini
transparan di bagian perut dan bagian rok yang pendek, sementara untuk
bagian payudara, walaupun transparan pada banyak bagian tapi pada bagian
putingnya memiliki kain yang tidak transparan, sehingga tidak
memperlihatkan putingnya. Hanya saja bagian dada yang ditutupi hanya
setengah payudara, sehingga bulatan atas teteknya dengan belahan dada
terlihat jelas. Untuk rok, walaupun transparan, tapi Fauziah memakai
celana dalam berwarna merah sehingga tidak menunjukkan bulu jembutnya.
Yang unik dari gaun ini adalah, gaun ini tidak punya tali lengan,
melainkan jenis koloran.
Fauziah beralasan dalam hati bahwa ia sudah lama tidak pakai gaun ini.
Gaun tidur yang mahal karena buatan luar negeri. Maka ia ingin
memakainya. Padahal sebenarnya Fauziah berusaha menyangkal suara hatinya
yang mengatakan bahwa tidak pantas memperlihatkan tubuh kepada anak
tirinya dengan mencari-cari alasan pembenaran tindakannya itu.
Arjuna meneguk ludahnya ketika melihat Fauziah keluar kamar mandi. Tubuh
Fauziah yang tinggi dan bahenol sungguh mengundang decak kagum. Walau
memakai gaun tidur, namun gaun itu bukannya menutupi malahan menambah
aksen keindahan tubuhnya. Arjuna jatuh cinta. Sebelumnya ia memang
naksir Fauziah, tapi setelah tiga hari ia merasakan gejolak yang sama ia
rasakan ketika ia melihat ibu kandungnya telanjang. Arjuna tahu, ini
adalah cinta. Ia cinta ibu tirinya.
Fauziah menyadari bahwa hawa di ruangan tidak dingin lagi. Dilihatnya AC mati. “Kok AC dimatikan?”
“Jun mau pilek, Ma. Ga apa-apa ya?”
Fauziah hanya mengangkat bahu tanda tak begitu peduli, lalu merebahkan
diri di tempat tidur. Selimut bed cover tampak terlipat rapi di bagian
kaki.
Arjuna melihat lirikan Fauziah ke selimut itu lalu berkata, “Kalo AC
mati dan kita pakai selimut kan jadi panas. Nanti keringatan.”
Fauziah mengangkat bahu lagi. Lalu menghela nafas, namun tidak berkata apa-apa.
“Mama Fauziah mau dipijat? Keliatannya capek banget.” Padahal, hari ini
mereka tidak begitu capek. Fauziah pun tidak terlihat seperti orang yang
letih. Bahkan cenderung tampak seperti orang yang sedang fit. Namun,
Arjuna mengatakan ini sebagai testing untuk melihat reaksi Fauziah.
“Capek, sih. Tapi kamu kan juga capek?”
“Arjuna kan laki-laki. Mama Fauziah kan perempuan. Lagian, kan Jun bisa
pijit Mama sambil tiduran. Mama Fauziah membelakangi Jun.”
Fauziah menurut saja. Ia suka pijatan Arjuna. Setelah Fauziah
membelakangi Arjuna sehingga mereka berdua berbaring miring searah,
Arjuna mulai memijat perlahan bahu Fauziah. Fauziah mulai menikmati
pijatan itu. Namun ada yang berbeda kali ini. Selain memijat, terkadang
Arjuna mengusap dengan telapak tangan terbuka di bahu Fauziah.
Setiap kali Arjuna mengusap, maka bulu kuduk Fauziah merinding. Namun
tak pernah Arjuna mengusap berturut-turut dua kali, melainkan hanya
sekali lalu memijat lagi. Lama kelamaan Fauziah menikmati usapan itu
juga. Ada kenikmatan lain yang ia rasakan ketika telapak Arjuna mengusap
perlahan bahunya.
Tak sadar, sekali waktu Fauziah menggumam menunjukkan nikmat ketika Arjuna mengusap bahunya.
“Enak ya, dipijat kayak gini, Ma?”
Fauziah antara malu dan nikmat hanya menggumam setuju. Arjuna akhirnya
kini mengusapi kedua bahu Fauziah. Arjuna begitu menikmati kulit licin
bahu ibu tirinya itu. Licin dan halus sekali. Kulit yang sering dirawat
di salon. Sekali waktu, jemari kanannya menyusup di bawah tali gaun
tidur itu, kemudian ia mendorong sambil mengelus ke arah lengan kanan
sehingga tali gaun tidur itu terlepas dari bahu dan jatuh ke lengan
kanan.
Merinding tengkuk Fauziah ketika dirasakannya tali gaun sebelah kanan
telah meninggalkan bahunya. Berhubung gaun itu tipis dan fleksibel, maka
kini tali itu hampir menyentuh sikunya. Dengan gerakan sedikit, tali
itu dapat terlepas dari tangannya. Berdebar dada Fauziah. Ini sungguh
berbahaya. Seharusnya ini dihentikan. Tapi Fauziah sedang menghadapi
dilema juga.
Namun, Jun kembali mengusapi bahunya. Tangan kanan itu bahkan kini
membelai terkadang dengan jemari bagian atas, kadang dengan jemari
bagian bawah. Jelas sekali ini bukan pijat, tetapi sentuhan erotis.
Fauziah menikmati sekali hal ini. Ia mengingat nikmatnya hubungan lelaki
dan perempuan sehingga tak kuasa menolak.
“Sekarang Jun pijat tangan kanan Mama.” Jun lalu duduk. Fauziah menjadi
kecewa ketika didapatinya Arjuna benar-benar memijat daerah lengan
kanannya. Bukan membelai. Namun lama kelamaan ia merasakan tali gaun itu
terdorong tangan kanan Jun sehingga mencapai siku.
Saat itu Arjuna berkata, “Sambungan siku bisa dibunyikan, lo.” Lalu
dengan tangan kiri, Arjuna menarik lengan kanan Fauziah, namun tangan
kanan Jun menahan tali gaun sehingga dalam satu gerakan cepat tali gaun
itu lepas dari tangan Fauziah. Berdebarlah jantung Fauziah begitu tahu
maksud Arjuna. Kini bagian kanan gaunnya tidak lagi ditahan bahu
melainkan sudah terbebas. Untungnya karena tali gaun kiri masih nyantol,
maka dadanya belum terekspos.
Arjuna masih belagak memijat tangan Fauziah. Lalu berkata, “Balik badan, Ma. Yang sebelah kiri.”
Padahal kalau memijat beneran, seharusnya bagian bawah lengan dan
telapak juga dipijit. Tapi Arjuna sudah tidak tahan. Fauziah memejamkan
matanya lalu membalikan badan menghadap Arjuna. Arjuna memijat lengan
kiri itu sebentar lalu dengan cara yang sama dengan tadi melepaskan tali
gaun dari bahu dan tangan ibu tirinya.
Setelah memijat beberapa saat, Arjuna berkata, “Ma, balik badan lagi. Mau dipijit kepalanya.”
Fauziah sedikit lega. Karena dari tadi ia sudah merasa malu sehingga
harus memejamkan mata sementara kedua tali gaunnya dilepas. Ketika sudah
kembali berbaring miring, Fauziah merasakan Arjuna memijat kepalanya
dengan kedua tangannya. Namun hanya yang kanan yang terasa memijat.
Tangan kiri Arjuna tampak berusaha memijat namun dengan susah payah
karena bagian kiri kepala Fauziah tertahan bantal.
“Susah, Ma. Coba duduk deh. Biar semua kepalanya bisa dipijat.”
Fauziah meneguk ludah. Arjuna ternyata pintar sekali mengajak perempuan
untuk melakukan hal yang tabu tanpa membuat malu. Namun, Fauziah sudah
mulai horny memikirkan semua perlakukan Jun padanya, apalagi ajakan
pijat terselubung ini.
Fauziah duduk. Sementara tanpa sepengetahuan Fauziah Arjuna melepas
sarungnya lewat kepala sehingga kontolnya bebas. Sementara itu lengan
Fauziah tidak mengepit badan dengan harapan gaun tidur jatuh ke bawah,
namun kedua payudaranya yang besar menahan gaun itu jatuh.
Arjuna tampaknya paham problem ini, maka setelah hanya beberapa menit
pijat kepala, Arjuna segera berkata, “Sekarang punggung ya…”
Arjuna yang duduk di belakang Fauziah dengan leluasa mulai memijat
punggung Fauziah . Sesuai dengan cara pijat yang benar, ia memijat dari
bawah ke atas. Ia menggunakan teknik dua jempol yang menekan pinggir
tulang pinggang dan menyusur ke atas secara bergantian. Namun tiap kali
jempolnya menekan dan dilepas, ketika gerakan lepas itu bukan dengan
menarik ke belakang, melainkan ke bawah sehingga sedikit menyeret kain
itu ke bawah. Berhubung gerakan pijat itu cepat dan cukup kuat, maka
ketika kedua jempol belum sampai tengah pinggang maka gaun tidur itu
jatuh ke bawah dan berjumbel di pinggang.
Arjuna mencoba sabar dengan terus memijat ke atas sampai bahu. Namun,
kalau biasanya tukang pijat akan mengulangi gerakan dari bawah ke atas
menggunakan metode yang sama, kali ini ia malah kembali mengelus bahu
Fauziah.
Fauziah merinding lagi kena belai di pundaknya. Apalagi ia merasakan
usapan Arjuna mulai bergerak ke tengah punggungnya. Arjuna tahu-tahu
menyusupkan tangan di bawah ketiak Fauziah sehingga telapak tangannya
kini memegang pinggir kedua belah payudara Fauziah. Fauziah merintih
pelan.
Arjuna yang mendengarnya berkata, “Pegalnya di sini, Ma.”
Lalu Arjuna mulai mengusap-usap gundukan samping payudara Fauziah yang
besar itu. Fauziah mulai mendesah bagaikan baru makan rujak. Arjuna lalu
merapatkan diri ke depan sehingga kini kedua kakinya di samping kedua
kaki Fauziah dan kontolnya menyentuh punggung bawah Fauziah.
Merasakan kontol Arjuna di pinggangnya, Fauziah berkata, “Sssssh… Arjunaaaaa!”
“Wah… kayaknya pegalnya parah, Ma… tapi bukan di situ sumbernya…”
Dengan penuh nafsu Arjuna memeluk Fauziah dari belakang lalu kedua telapaknya meremas kedua payudara perempuan itu.
Fauziah mengerang, “Ohhhh… Juuuuun… Ssssssssssssshhhhhh…”
Arjuna menciumi punggung ibu tirinya yang harum itu sambil meremas kedua
teteknya. Kedua telapak tangannya bahkan tidak bisa menggenggam secara
penuh payudara yang bulat dan besar itu. Tubuh harum Fauziah sungguh
halus dan licin.
“Jun sayang Mama…” kata Arjuna perlahan di antara kecupan-kecupan
bibirnya yang menghujami punggung halus Fauziah, ”Jun harus mendapatkan
Mama Fauziah…”
Lalu Arjuna menarik tubuh Fauziah hingga perempuan itu berbaring
telentang. Gerakan Jun perlahan tapi pasti. Fauziah merasa di
awang-awang. Saat ini, Fauziah merasa berada di suatu dataran yang penuh
dengan erotisme. Segala sentuhan dari anak tirinya membuat dirinya di
mabuk asmara. Fauziah baru menyadari bahwa ia telah jatuh cinta kepada
Arjuna.
Memang, pertama kali ia melihat Arjuna ia hanya sekedar melihat bahwa
Waluyo memiliki anak yang mirip dengan Waluyo muda. Walaupun tubuhnya
masih belum setinggi dan sekekar ayahnya, Arjuna sudah memiliki postur
tegap dan kekar. Wajah Arjuna mirip dengan Waluyo juga. Tetapi,
kehangatan yang Arjuna miliki lebih besar daripada ayahnya. Bahkan,
Waluyo dari dulu bersikap dingin. Hubungan seks yang mereka lakukan
selalu monoton dan ada kesan Waluyo hanya melakukan kewajiban sebagai
suami.
Sebaliknya, tiap kali Fauziah melihat Arjuna sedang bersenggama dengan
salah satu isterinya, Fauziah dapat melihat ada sinar birahi yang
menyala pada pandangan Arjuna. Dan Fauziah merasakan kecemburuan melihat
betapa Arjuna dan isteri-isterinya begitu menikmati kebersamaan mereka.
Ada pancaran kebahagiaan yang keluar dari ketiga manusia itu. Dewi,
Annisa dan Arjuna selalu ceria dan tampak tidak ada kesusahan dalam
hidup mereka.
Fauziah mulai melihat Arjuna bukan sebagai remaja, melainkan seorang
lelaki yang dapat membahagiakan keluarganya. Arjuna begitu menyayangi
kedua isterinya dan selalu mendahulukan kepentingan isteri-isterinya.
Maka, mau tidak mau mulai tumbuh rasa kagum dalam diri Fauziah terhadap
anak angkatnya itu.
Kini Fauziah telah berbaring di tempat tidur dengan tubuh setengah
telanjang. Dadanya tersengal-sengal menahan nafsu karena menanti gerakan
Arjuna. Arjuna tampak tidak tergesa-gesa. Anak itu tersenyum bahagia.
Fauziah dapat melihat binar birahi yang meledak-ledak pada pancaran mata
Arjuna yang menyebabkan Fauziah merasa bahagia. Akhirnya pancaran
birahi itu kini ditujukan padanya.
Arjuna membuka sarungnya hingga telanjang. Tubuhnya yang mulai
menunjukkan otot-otot kelelakian seakan menjanjikan kehangatan dan
keintiman yang maskulin. Dengan perlahan Arjuna melorotkan gaun tidur
ibu tirinya. Fauziah membantu dengan sedikit mengangkat pantatnya. Kini
tubuh Fauziah hanya ditutup oleh celana dalam. Arjuna sejenak menikmati
pemandangan ini.
Seorang perempuan keturunan Arab yang cantik, berkulit putih mengkilat
dengan dada yang besar, yang karena besarnya dan kencangnya, kedua
payudara itu tidak jatuh menggelayut ke samping melainkan tampak tegak
menantang dan hanya tampak sedikit melebar ke samping dan melesak ke
dalam, namun tetap menunjukkan lekuk bulat yang hampir sempurna.
Payudara itu naik turun seiring dengan nafas yang memburu.
Akhirnya Arjuna melorotkan celana dalam Fauziah. Jembut yang rapi
tercukur menghiasi selangkangan Fauziah. Bibir memeknya yang rapat
tampak menambah kecantikan perempuan itu. Setelah mengagumi tubuh seksi
ibu tirinya sesaat, Arjuna mulai menindih Fauziah dengan kepala sejajar
sehingga kontolnya jatuh di bagian bawah perut Fauziah yang menyebabkan
biji peler Arjuna menekan jembut ibu tirinya itu.
Ketika wajah mereka hanya tinggal kurang dari satu senti, Arjuna berbisik, “Mama Fauziah… Mau enggak jadi isteri Arjuna?”
Kedua mata Fauziah berkaca-kaca karena terharu dan bahagia. Dengan
menahan sedikit isak, perempuan itu berkata, “Mama terserah mau diapain
Arjuna…”
Dengan itu, Arjuna mengecup bibir Fauziah. Fauziah memeluk kepala anak
tirinya itu dan Arjuna balas memeluk kepala ibu tirinya. Ciuman mereka
dilakukan perlahan. Arjuna dapat menilai bahwa Fauziah orangnya ingin
melakukan sesuatu dengan perlahan dan penuh erotis. Buktinya perempuan
itu tak menunjukkan sikap ingin melakukannya dengan brutal seperti
Annisa. Fauziah selalu merespon gerakan Arjuna dengan gerakannya sendiri
yang juga pelan. Fauziah adalah jenis perempuan yang ingin menikmati
sesuatu berlama-lama.
Mereka berciuman penuh dengan perasaan, tidak ada ketergesaan dalam
gerakan mereka. Kedua bibir itu saling bertautan seiring seirama seakan
mereka sedang bergerak mengikuti musik yang sama. Mereka memang sedang
bermain musik, musik percintaan.
Lalu Arjuna mulai merambah mulut ibu tirinya dengan lidahnya. Fauziah
yang merasakan lidah Arjuna menyapu-nyapu bibirnya, mulai mengimbangi
dengan mengeluarkan lidahnya sendiri dan menyambut serangan lidah
Arjuna. Keduanya saling menukar lidah, yang membuat birahi mereka makin
meningkat.
Lama-kelamaan ciuman mereka makin hot dan liar. Suasana kamar yang panas
karena AC dimatikan menjadikan tubuh mereka yang tadinya kering, mulai
mengeluarkan peluh karena selain udara yang hangat, kedua tubuh yang
berhimpitan itu masing-masing mengeluarkan panas tubuh yang semakin
menjadi.
Bau tubuh Fauziah makin tercium jelas. Bau wangi Fauziah membuat kontol
Arjuna berdenyut-denyut minta dimasukkan ke dalam lubang kenikmatan
milik perempuan itu. Dengan tak sabar, Arjuna mengangkat tubuhnya, lalu
menarik kedua kaki Fauziah ke samping. Arjuna duduk di bawah
selangkangan ibu tirinya. Dibukanya bibir kemaluan ibu tirinya dengan
kedua tangannya. Memek Fauziah tampak lebih rapat dari memek Dewi. Dan
bagian dalam memek itu berwarna pink cerah dan mengeluarkan aroma wangi.
Arjuna menerjunkan kepalanya ke selangkangan Fauziah. Ia mulai menjilati
memek yang belum pernah disentuhnya itu. Memek Fauziah demikian
legitnya dan bisa dikatakan, lebih terawat daripada memek ibu kandungnya
dan bahkan memek Annisa. Dewi adalah orang kampung, sementara Annisa
adalah remaja perempuan yang tidak setelaten Fauziah dalam merawat
kelamin. Mungkin juga Fauziah sudah mengajarkan cara merawat kemaluan,
namun Annisa memiliki sifat yang tidak sabar dan ada sedikit watak liar
dalam diri Annisa, sehingga Annisa tidak terlalu memperhatikan hal-hal
seperti ini.
Arjuna merasakan memek ibu tirinya yang cantik itu dan memutuskan bahwa
memek Fauziah, selain indah juga memiliki rasa yang paling nikmat kalau
dibandingkan memek ibu kandungnya maupun kakaknya sendiri. Arjuna
berfikir dalam hati bahwa menjilati memek Fauziah setiap hari, adalah
salah satu hobby barunya yang akan ia lakukan seterusnya.
“Jun… cukup…” Kata Fauziah. Perempuan itu kini merasakan tubuhnya seakan
disetrumi listrik yang nikmat, lidah Arjuna menggelitik memeknya dengan
lahap yang membuat vaginanya itu kini sudah basah kuyup tersiram cairan
vaginanya sendiri dan juga karena air liur dari mulut Arjuna.
Arjuna memang pintar menggarap daerah sensitif wanita, namun, Fauziah ingin lebih. Katanya lagi, “Masukin, Jun…”
“Masukin apa, Ma?”
“Masukin burung kamu…”
“Kontol Jun mau dimasukkin ke mana, Ma?”
Fauziah adalah perempuan pintar. Buktinya bisnisnya selalu berkembang
menjadi lebih besar. Kini, Fauziah tahu bahwa Arjuna adalah lelaki yang
suka berbicara jorok bila sedang bersenggama. Sungguh beda dengan Waluyo
yang dingin itu. Maka kata Fauziah, “Masukin kontolmu ke dalam memek
Mama, Jun… Mama udah ga sabar kamu entot…”
Arjuna nyengir bahagia. Ia segera menaruh kontolnya di lubang memek ibu
tirinya itu. Fauziah yang tak sabar setengah bangung untuk meraih pantat
anaknya itu lalu dengan kuat menarik pantat Arjuna, Arjuna merasakan
tarikan itu ikut menambah dengan mendorong pantatnya ke depan.
Dalam satu gerakan panjang, kontol Arjuna ambles masuk ke dalam kemaluan
ibu tirinya itu. Memek Fauziah sangat kencang. Walaupun tidak sekencang
memek Annisa ketika pertama kali Arjuna setubuhi, namun memek itu lebih
kencang dari memek ibu kandungnya. Arjuna mengerang keras merasakan
kini kontolnya diselubungi oleh dinding lubang memek ibu tirinya yang
rapat itu. Fauziah pun melenguh nikmat.
“Aaahhhhh… kontol kamu besar banget, Jun…”
“Oooohhhhhhhhhhh… memek Mama Fauziah juga rapat banget… nikmat.”
“Entotin Mama, Jun… entotin Mama…”
Arjuna sedikit mendoyongkan badan ke arah tubuh ibu tirinya yang sedang
berbaring itu dan menaruh kedua tangannya di samping perempuan itu.
Arjuna masih ingin menikmati pemandangan perempuan Arab yang seksi yang
sedang telanjang dan bersetubuh dengannya, lalu Arjuna mengocok memek
Fauziah dengan kontolnya. Fauziah mulai memutar pantatnya dan
menggerakkan otot memeknya membuka menutup seakan meremas-remas kontol
Arjuna sambil terus mendekap pantat remaja itu. Arjuna merasa nikmat
sekali mengentot ibu tirinya itu. Matanya menatap kedua toket Fauziah
yang basah oleh keringat yang terguncang-guncang mengikuti gerakan
persenggamaan mereka berdua.
Maka Arjuna merubah posisi sehingga menggenggam kedua payudara ibu
tirinya sambil terus mengocoki kemaluan Fauziah. Sambil meremas kedua
tetek Fauziah yang besar, Arjuna terus menghujami liang senggama ibu
tirinya dengan tusukan-tusukan kontolnya.
Fauziah sudah berada di surga ke tujuh. Sudah lama tidak ada lelaki yang
menafkahinya secara batin. Kini memeknya sedang diaduk-aduk Arjuna dan
kedua teteknya diremasi oleh anak tirinya itu. Sungguh Fauziah merasa
bahagia sekali.
Kedua selangkangan mereka beradu berkali-kali sehingga menyebabkan
terdengar suara tepukan selangkangan berkali-kali. Memek Fauziah yang
basah kuyup terus mengeluarkan cairan pelumas. Fauziah dan Arjuna sedang
menarikan tarian primitif mahluk hidup. Tarian pembuahan manusia.
Tarian perkembang-biakan.
Arjuna kini setengah menindih ibu tirinya dan mulai menjilat dan
menyedot payudara kanan ibu tirinya. Rasanya sedikit asin namun tidak
dipikirkan lagi oleh Arjuna. Bau tubuh ibu tirinya kini seakan memenuhi
benak Arjuna, membuat ia lupa akan segalanya. Yang menjadi satu-satunya
hal di pikirannya adalah persenggamaan ini. Apalagi Fauziah adalah
perempuan yang paling cantik di keluarga mereka. Paling seksi. Perut
perempuan ini rata, tubuhnya yang besar tidak menunjukkan lemak yang
berlebih, walau tidak berotot seperti model-model internasional. Namun,
lekuk tubuh Fauziah dapat dibilang bagaikan perempuan di usia dua puluh
tahunan saja. Hal ini adalah salah satu alasan kenapa Arjuna begitu
ngebet ingin menggarapnya pula.
Fauziah merasakan lidah dan mulut Arjuna mulai menggagahi toketnya juga.
Sementara tetek yang satu lagi tetap diremas-remas Arjuna. Remasan itu
kini makin kuat saja terasa. Apalagi kontol Arjuna mulai bertambah cepat
dan benturan selangkangan mereka makin lama makin menguat. Fauziah
meremas-remas rambut Arjuna sambil mendesah dan mengerang kenikmatan.
“Yeaaah… Isep tetek Mama, Jun… isepin sambil setubuhi Mama… entotin Mama
terus, Jun… Mama mau nyampe nih… Kocokin memek Mama pake kontolmu yang
besar itu, Jun… setubuhi Mama… setubuhi teruuuuus…”
Sambil menyedoti payudara ibu tirinya, sesekali Arjuna menimpali, “Tubuh
Mama Fauziah enak… Mmmmmmmm… tetek Mama nikmat disedotin dan dijilatin…
mmmmmmmmmmmmmm… Memek Mama rapet dan maknyuuuuuuuus…”
Fauziah sudah sebentar lagi akan orgasme, maka dengan brutal kini ia
menarik pantat Arjuna kuat-kuat setiap kali Arjuna menyodok memeknya.
“Entot yang keras, Juuuun… Mama mau sampaiiiiiiiiiii… Yang keras
nekannya… teruuus… jangan berhentiiii… Entotin Mama keras-keras… yaaaa…
Begitu, Juuuuun… Mama mau sampeeeeee… Dorong kontolmu
kuat-kuaaaaaaaaaaaaaaaaat…”
Kini Arjuna menindih ibu tirinya, sementara mulutnya sudah berhenti
menjilat dan menyedot. Mulutnya kini hanya mengenyot puting merah muda
Fauziah keras-keras.
Dalam keharmonisan gerakan ngentot, mereka berdua akhirnya mencapai puncak kenikmatan.
“Arjuna sembuuuuuuuuuur memek Mamaaaaaaaaaaaaaaa… terima peju Arjuna, Maaaa… Arjuna mau hamilin Mamaaaaaaaaaaa…”
“Penuhi rahim Mama dengan peju kamu, Juuuuuuuuuuuuun… Mama sampeeeeeeeeee…”
Akhirnya Arjuna lemas dan tiduran masih menindih Fauziah. Keduanya lemas setelah persenggamaan itu.
***
Semenjak saat itu, Fauziah menjadi salah satu isteri Arjuna. Tiga bulan
kemudian ia hamil. Tidak ada pertentangan di keluarga, karena Fauziah
adalah pencari nafkah bagi keluarga. Selain itu, Dewi dan Annisa juga
sayang pada Fauziah sehingga rela berbagi dengan perempuan itu.
***
EPILOGUE
Pada bagian pendahuluan, aku telah mengatakan bahwa tidak ada orang yang
tahu. Tetapi tentunya jadi pertanyaan, kenapa aku tahu? Aku adalah anak
dari Arjuna dengan Annisa. Namaku Febri. Ayahku, Arjuna telah meninggal
ketika aku berusia dua belas tahun. Itu terjadi lima tahun yang lalu.
Kini, aku berusia tujuh belas tahun. Ayahku meninggal ketika dalam
perjalanan ke Jakarta bersama Mama Fauziah. Sementara, kakekku Waluyo
telah pindah dengan kekasihnya.
Aku tinggal bersama Bunda Dewi (baik Mama Fauziah dan Bunda Dewi tidak
mau dipanggil nenek atau Oma), yang kini berusia 46 tahun, ibuku Annisa,
34 tahun, Kakakku, Ayu dari Mama Dewi yang berusia delapan belas tahun
dan adikku, Ulfa, berusia 16 tahun. Ketiga isteri Ayahku tidak memiliki
anak lagi, karena mereka KB dan takut kebanyakan anak.
Kembali ke pokok pembicaraan, aku tahu sejarah Ayahku karena aku
memiliki pengalaman incest juga seperti ayahku itu. Namun itu adalah
cerita yang lain.
END
Tuesday, May 6, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak dibaca
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
10. A whale is swimming off the Valdes peninsula (Argentina). 9-Icebergs and an Adelie penguin in Adelie Land of Antarctica. Antarctica...
-
Salam Jp buat yang belum bergabung tunggu apa lagi Togelhok88 Bandar judi online togel terpercaya, Tempat betting aman togelhok88 "LI...
-
Cerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa ...
-
Kalau kamu perhatikan bentuk-bentuk benda di bumi ini, sangat beragam, bukan? Ada yang bulat, lonjong, persegi, kubus, piramid, dan masih ba...
-
BEIJING--MI: Sejumlah ilmuwan dan pembuat film menemukan spesies baru tikus raksasa dan hewan lain yang selama ini tak pernah disaksikan jau...
-
Pada pertengahan bulan Juni, Fauziah dan anaknya datang ke rumah Waluyo. Anak-anak sekolah baru saja beberapa hari memulai libur panjangnya...
-
Orang memodifikasi tubuh mereka untuk terlihat berbeda. Mereka memiliki perasaan yang unik dan khusus, dipilih dengan cara. Sebagian besa...
-
Rahasia Sukses Dalam Kehidupan Suatu ketika Xiao He seorang pemuda yang baru saja menyelesaikan sekolahnya pergi menemui Zheng Zen yan...
No comments:
Post a Comment