Blogroll

https://pasarhots.blogspot.co.id/2018/02/pasang-banner-bisnis-murah.html

Monday, July 7, 2014

Ketika Para Eyang Nyantri, Modalnya Hanya Ikhlas dan Kepasrahan

Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Bulan Ramadan merupakan momen suci untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Tak mengenal usia, beribadah untuk lebih banyak menyucikan diri dilakukan sejumlah orang lanjut usia (lansia) di Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
Ratusan eyang ini tampak khusyuk mengikuti pengajian di Masjid Agung Payaman, Sabtu (5/7/2014) siang sekitar pukul 12.16 WIB. Di dekat sajadah mereka terdapat beberapa perlengkapan tidur, seperti bantal, karpet, serta beberapa termos minuman. Tak ketinggalan, kitab untuk mengaji juga terdapat di dekat mereka duduk.
Salah satu santri, Khoniah (78) mengaku tak pernah bosan untuk mengaji setiap waktu di Pondok Sepuh itu. Dia menyadari di usia senjanya, masih bersemangat mencari ilmu.
"Justru di usia saya ini sudah waktunya merenungi diri, berpasrah kepada Tuhan karena tidak ada lagi yang saya cita-citakan di dunia ini," ungkap nenek bercucu 11, dan lima buyut ini, kepada Tribun Jogja (Tribunnews.com Network)
Dia menyampaikan, di Pondok Sepuh itu, kegiatan ibadah dimulai pukul 01.00 WIB. Para jamaah harus bangun untuk mengikuti berbagai salat sunah, seperti salat hajat, salat tahajud, salat tasbih, dan mujahadah.
Dilanjutkan dengan sahur, berdoa, dan mengikuti salat subuh berjamaah. Sekitar pukul 06.00 WIB, para jamaah diwajibkan menjalankan salat dhuha dan membaca kitab suci Alquran. Setelah itu, mereka mengikuti pengajian dari pukul 11.00 WIB sampai salat zuhur.
Pukul 15.00 WIB, mereka mengikuti pengajian lagi sampai salat asar. Seusai buka puasa, mereka kembali melaksanakan mujahadah dan dilanjutkan dengan salat isya dan salat Tarawih. Di penghujung malam, para santri sepuh itu mengikuti tadarus sampai pukul 24.00 WIB.
"Tapi saya menjalani pengajian dengan ikhlas dan senang hati," ujar dia.
Meskipun Khoniah harus jauh dari keluarganya di Dusun Salam, Desa Sambirejo, Kecamatan Bandongan, namun dia tidak pernah mengeluh jika selama di pesantren. Bahkan, ujarnya dengan hidup di Pondok Sepuh, dia harus hidup serba sederhana bersama sekitar 400 santri lainnya.
"Mulai makan hingga tidur di lantai masjid dengan beralaskan karpet. Saya pun hanya bawa enam helai baju sampai akhir belajar besok. Untuk makan, saya hanya bawa Rp150 ribu," katanya.
Dari setiap pelajaran hidup itu, dia mengaku mendapat kesempatan untuk berserah diri dan mohon ampunan. "Maka, semua yang ada di sini saya jalani dengan ikhlas. Karena Allah akan memberi ganjaran (pahala) yang banyak untuk bekal kita di akhirat," paparnya.
Pedagang beras yang akan menunaikan haji tahun 2016 ini mengaku sudah empat tahun belajar di Pondok Sepuh. Diapun mengaku khusyuk menjalani setiap kegiatan ibadah hingga hari ke-20 Ramadan. (Tribunjogja.com)

No comments:

Paling banyak dibaca