TEMPO.CO, Jakarta
- Kecelakaan pesawat Malaysia Airlines di Ukraina bisa membuat keadaaan
ekonomi perusahaan ini semakin memburuk, meski kesulitan keuangan telah
dihadapi sebelum maskapai ini kehilangan MH370 pada 8 Maret lalu.
Alasan
jatuhnya MH17 belum diketahui pasti. Namun, dua bencana besar ini bisa
membuat Malaysia Airlines sulit untuk terus beroperasi. »Ini akan
sulit,” kata Robert Mann, dari RW Mann & C di Port Washington, New
York, seperti dikutip dari USA Today. (Baca: Igor Strelkov, Milisi yang Tertawa Saat MH17 Jatuh)Kalaupun ingin terus beroperasi, Henry Harteveldt, seorang analis di Atmosphere Research Group di San Francisco, mengatakan, maskapai ini akan membutuhkan kepemimpinan baru untuk menghilangkan kecemasan dari dua tragedi besar yang menyita perhatian dunia ini (Baca: Ukraina dan Rusia Saling Menyalahkan Terkait MH17).
»Maskapai ini harus mengambil langkah nyata dan segera untuk mengendalikan nasibnya,” kata Harteveldt. Namun, yang terpenting saat ini adalah mengetahui sebab pasti kecelakaan, apakah tembakan rudal atau masalah dengan pesawat dan awaknya. Jika memang ditembak jatuh, reputasi Malaysia Airlines tidak akan tercoreng terlalu parah. (Baca: PM Malaysia Sumpah temukan Penyebab Jatuhnya MH17)
Sementara itu, meskipun masih bertahan, maskapai ini telah kehilangan uang selama bertahun-tahun karena biaya bahan bakar dan bandara yang lebih tinggi, persaingan dari operator murah, dan melemahnya mata uang asing.
Kecelakaan ini telah membuat sejumlah saham anjlok. Sementara saham Malaysia Airlines Stock Exchange (KLSE) jatuh 13 persen menjadi 19,5 sen. Hal ini membuat total penurunan harga saham maskapai sepanjang tahun ini mencapai 37 persen. Bahkan, saham Boeing pun turun hingga 1,2 persen.
ANINGTIAS JATMIKA | USA TODAY
No comments:
Post a Comment