Kompas kian gencar menggulir stigma
negatif terhadap mantan Jenderal Kopasus, Prabowo Subianto. Media utama
jaringan Katolik yang berafiliasi dengan cukong (konglomerat hitam) ini,
secara perlahan sukses mencitrakan Prabowo sebagai penjahat pelanggaran
HAM yang bengis dan menakutkan.
Apalagi jelang pemilihan presiden
(Pilpres), kebencian terhadap Ketua Pembina Partai Gerindra itu
dirasakan kian sporadis. Dan bagi anda pembaca setia Kompas online,
fakta atas kampanye hitam tersebut terlihat mencolok dan sangat
memprihatinkan.
Mengapa Kompas membenci Prabowo...?
Prabowo adalah sosok figur mantan
militer yang berkarakter dan memiliki cara berpikir yang revolusioner.
Pandangan-pandangannya tentang realitas ketidakadilan ekonomi sejalan
dengan aspirasi kaum muda dan masyarakat arus bawah.
Selain itu, Prabowo memiliki
kemandirian secara keuangan dan tampil sebagai sosok pemimpin partai
yang agresif, konsisten melontarkan perlawanan terhadap perilaku cukong
(konglomerat hitam). Secara blak-blakan Prabowo menegaskan, "setiap
tahun lebih dari seribu triliun uang rakyat telah dirampok..."
Ihwal perampokkan uang rakyat, Prabowo
tidak asal bicara tanpa bukti. Namun ia menyajikan berbagai temuan data
berupa fakta yang tak dapat dibantah oleh siapa pun. Dengan cepat suara
nurani Prabowo menuai reaksi positif dari berbagai kalangan.
Bayangkan setiap tahun uang rakyat
menguap begitu saja. Dan komplotan perampok tidak lain adalah cukong.
Rakyat luas menyebutnya sebagai "kongomerat hitam". Yakni para bandit
perbankkan, koruptor BLBI, manipulator pajak, calo APBN/APBD, importir
nakal, pengusaha illegal logging, bandar dollar hingga bandar judi dan
narkoba. Praktek ilagal itu kini populer dengan julukan: CUKONG !
Suara Prabowo sejalan dengan pendapat
kritis pakar ekonomi DR. Rizal Ramli. Yakni menyimpulkan bahwa, semua
asbab kejahatan itu telah menimbulkan dampak "kemiskinan 80 persen di
pihak rakyat pribumi." Di mana para cukong makin berkuasa melalui
penumpukkan kekayaan dengan cara-cara yang tidak adil dan meninggalkan
derita bagi kehidupan rakyat. Ironinya, fakta kesenjangan itu tak pernah
diungkap oleh Kompas secara jujur dan serius.
Bagi rakyat banyak, perilaku cukong
merupakan bukti dari gagalnya negara dalam menegakkan keadilan. Dan
kegagalan negara dimaksut tidak lepas dari peran bobroknya kepemimpinan
nasional. Yang secara kentara lebih berpihak pada keserakahan cukong
dengan mengabaikan hak-hak kehidupan rakyat banyak.
Perilaku pemimpinan nasional yang
sepenuhnya mengabdi pada kepentingan cukong dimulai pada masa kekuasaan
Megawati melalui serangkaian kebijakan culas dalam skandal penjualan
aset-aset negara serta pemutihan kasus BLBI yang bernilai ratusan
triliun. Kemudian praktek serupa berlanjut hampir sepuluh tahun di era
kepemimpinan SBY, dengan apa yang disebut sebagai "naga menerkam
garuda".
Kini menghadapi Pilpres, cukong-cukong
kembali mengkonsolidasikan kepentingan mereka dengan menyiapkan Jokowi
sebagai boneka berlabel presiden untuk memimpin negeri ini lima tahun ke
depan.
Bagaimana dengan peran Kompas...?
Kompas selalu terdepan memandu opini
melalui serangkain berita untuk mendongkrak pencitraan Jokowi dan Ahok.
Pada figur Jokowi dikesankan sebagai Capres yang ideal, bersih, jujur
dan mewakili aspirasi rakyat. Sementara Ahok dipersiapkan untuk memimpin
DKI Jakarta yang merupakan jantung strategis negara.
Kedua figur itu nyaris tidak diberi
ruang berupa kritikan publik dalam struktur dan isi berita kompas. Kedua
boneka sokongan cukong itu tampil mulus dalam aneka polesan isu
rekayasa pencitraan di semua sudut halaman Kompas dan mitra jaringan
persnya.
Berbeda dengan figur-figur partai
lainnya, Kompas menempatkan mereka sebagai sosok politisi busuk, korup,
penipu dan berbagai stigma hitam lainnya. Apalagi Prabowo, mendapatkan
penghujatan tanpa rasa ampun melalui modus jurnalisme kepiting, dengan
doktrin: "Gulir beritanya, hancurkan citranya melalui kolom komentar".
Cara Kompas tersebut semakin efektif
menempatkan Prabowo sebagai musuh bersama di ruang publik. Dan
celakanya, para komentar pembaca di kolom berita kompas online,
disenyalir adalah para wartawan kompas dan relawan dari ratusan
LSM/Yayasan yang bernaung di bawah Kompas Gramedia Group itu sendiri
melalui penggunaan akun siluman. Itu fakta !
Aneh, media yang mengusung moto:
"Amanat Hati Nurani Rakyat", justru tanpa nurani memfasilitasi komunitas
haters di ruang publik sebagai mesin operasi politik terselubung demi
melanggengkan kepentingan para cukong untuk menguasai negeri ini.
By Faizal Assegaf
Tuesday, July 15, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak dibaca
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
Cerita Sex Jilat Memekku Sampai Orgasme Mas - Aku baru saja merekrut sekretaris baru karena sekretarisku yang lama sudah malas-malasan dan ...
-
mereka terus menggenjot tubuh lia yang sudah semakin lemah,hingga akhirnya mereka orgasme dan menumpahkan sperma dikedua lubang milik lia. ...
-
Hemart Bantal siapa yang mau - Sahabat www.pasarhots.blogspot.com selamat malam untuk kalian semua yang ada diseluruh indonesia, terutama...
-
"gila nih memek,sempit banget...enaak..". Erang pak yono. Lia hanya bisa pasrah dan meneteskan air matanya.tiba-tiba lia menjerit...
-
Wacana perpindahaan ibu kota yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat buka bersama KADIN di Jakarta, Jumat (3/9), seger...
-
Harga Minyak Hemart Botol 1 Liter - Sahabat www.pasarhots.blogspot.com selamat malam untuk kalian semua yang ada diseluruh indonesia, ter...
-
VIVAnews.com – Kejadian tak menyenangkan menimpa aktor J ohnny Depp . Ia diserang anjing berukuran besar milik Angelina Jolie . Peristiwa i...
-
Cerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa ...
No comments:
Post a Comment