“MASA jagoan kita kalah nih?” sahabat saya berkomentar saat
berusaha bergabung dengan rekan-rekan yang sedang asyik menonton quick
count di salah satu tv swasta tentang hasil pemilihan presiden (pilpres)
pada malam hari, 9 Juli 2014.
“Wah sayang
juga ya, kok bisa kalah ya!” saya menjawab celotehan sahabat sambil
berusaha menenangkan diri agar tidak terpancing emosi mereka. “Siapa pun
presidennya, kita wajib mendukungnya, kita harus legowo dan tetap
bekerja seperti sedia kala. Kemenangan mereka kan tidak akan berdampak
pada kita secara langsung. Tenang saja!” sambil saya menonton dan
memperhatikan informasi yang disampaikan tv swasta tersebut.
“Waduh, kita salah menonton tv nih. Coba
ganti salurannya, jangan tv yang itu dong!” teriak saya kepada
rekan-rekan yang asyik menonton dengan wajah yang penuh rasa cemas
karena jagoannya kalah. Tak lama kemudian, teriakan gembira pun
memecahkan keheningan suasana ruangan “Horeeeee……ternyata kita menang
nih di tv yang satu ini!” Dan tawa pun kembali bergema menyambut
kemenangan yang sebenarnya masih semu.
Perbincangan pun berlanjut. Rekan-rekan pun berceloteh bahwa Indonesia
adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki 3 presiden dalam satu
negara pada waktu yang bersamaan, yaitu Bapak SBY yang masih menjabat
sebagai presiden, Bapak Jokowi yang menyatakan menang pilpres setelah
satu setengah jam pencoblosan dinyatakan selesai, dan Bapak Prabowo yang
menyatakan menang pilpres satu jam kemudian setelah deklarasinya Bapak
Jokowi.
Itulah selintas suasana ketegangan saat menonton hasil hitung cepat (quick count) pilpres Republik Indonesia yang ke tujuh. Masing-masing kandidat saling
mengklaim bahwa merekalah sebagai pemenang pilpres didasarkan pada
lembaga survey yang mereka anggap percayai sebagai lembaga yang konon
professional dan tidak memihak. Aneh tapi nyata, lucu dan menggelikan.
Berbagai media
internasional pun turut memberikan perhatian terhadap pilpres kali ini,
apalagi di dunia maya, satu sama lain para pendukungnya mengklaim bahwa
masing-masing jagoannya adalah pemenang pilpres dan bakal menjadi
Presiden RI yang ke-7 menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono.
Terkait kisruh quick count atau hitung cepat yang berbeda dalam menghasilkan pemenang pada Pilpres 2014 kali ini, tentu menimbulkan banyak tanda
tanya bagi pendukung calon dan juga masyarakat Indonesia. Para pakar
statistik mulai mengomentari kinerja lembaga-lembaga survey yang
ditengarai akan dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,
serta merusak proses pilpres yang telah terselenggara dengan cara yang
menunjukkan kedewasaan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi. Demikian
ungkapan dari salah satu anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini
Publik Indonesia (Persepi) Prof. Dr. Hamdi Muluk.
Apa yang sebenarnya menjadi faktor pembeda dalam perhitungan quick count tersebut? Salah satu penyebab utama biasanya ada pada metodologi yang digunakan oleh masing-masing lembaga. Namun, jika hasil quick count dari lembaga survey lebih bersifat klaim politik, walaupun metodologinya sama, maka kepentingan “pesanan” pun akan lebih didahulukan daripada klaim akademiknya.
Survey
yang selama mengenai elektabilitas para kandidat, sebelum pelaksanaan
pilpres, sampelnya adalah individu. Demikian pula untuk exit poll dimana sampelnya adalah para pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya begitu keluar dari TPS. Kedua pola sampelnya akan menghasilkan data statistik yang bersifat dugaan.
Sementara itu, pada quick count,
sampel yang diteliti bukanlah individu atau pemilih, melainkan hasil
perolehan suara di TPS. Nah, dengan cara pemilihan sampel ini tentunya
hasil yang akan diperoleh pasti berbeda antara hasil exit poll dan quick count.
Belum lagi jika cara penetapan samplenya berbeda, artinya sampel yang
diambil bukan merupakan sampel yang dapat dikatakan mewakili populasi
secara keseluruhan.
Jika penetapan sample dan metodenya sama, rasanya mustahil jika output
yang dihasilkan itu berbeda. Pasti sama. Kecuali ada muatan-muatan
negatif yang memang ingin membuat suasana menjadi kurang kondusif.
Dengan hasil quick count saat ini yang membingungkan masyarakat
dan berpotensi membuat suasana emosi antar pendukung jadi tegang dan
membingungkan masyarakat umum, maka perlu adanya sanksi bagi
lembaga-lembaga yang memang kurang kredibel dalam pelaksanaan survey
tersebut.
Di sisi lain, ini juga menjadi masukan bagi
penyelenggara pemilu (KPU) agar pada pemilu berikutnya tidak lagi kalah
pamor dibandingkan lembaga-lembaga survey pelaksana quick count. Perlu pembenahan dan lebih ditingkatkan lagi dalam kecepatan penyampaian hasil pemilu. Bisa jadi quick count dilakukan oleh penyelenggara resmi dari KPU, sehingga masyarakat bisa lebih tenang dan sabar dalam mengamati hasilya.
Sementara
lembaga-lembaga survey lainnya berperan sebagai alat kontrol agar tidak
terjadi kecurangan dalam penyampaian hasilnya. Jangan sampai ada lagi
pernyataan yang nampaknya kurang nyaman untuk kita semua, seakan-akan
lembaga survey adalah lembaga yang hasilnya lebih akurat dibandingkan
hasil dari KPU.
Coba simak penyataan dari Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanudin Muhtadi, yang dikutif Solopos.Com. “Tujuan utama quick count itu sebagai alat kontrol supaya gak terjadi kecurangan. Misalnya, kalau terjadi perbedaan pada hasil rekapitulasi nasional, saya berani bilang KPU yang salah.”
Selamat menunggu hasil pemilihan presiden 2014 pada 22 Juli 2014 yang akan diumumkan KPU. Semoga kita semua, warga Negara
Indonesia, lebih arif menyikapi hasil akhir pilpres sehingga kita
menjadi bangsa bermartabat yang memiliki kedewasaan dalam bernegara.
*) Priatna Agus Setiawan adalah konsultan senior Manajemen Organisasi dan SDM First Doctor, www.firstdoctor.co.id.
Saturday, July 12, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak dibaca
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
mereka terus menggenjot tubuh lia yang sudah semakin lemah,hingga akhirnya mereka orgasme dan menumpahkan sperma dikedua lubang milik lia. ...
-
Hemart Bantal siapa yang mau - Sahabat www.pasarhots.blogspot.com selamat malam untuk kalian semua yang ada diseluruh indonesia, terutama...
-
Cerita Sex Jilat Memekku Sampai Orgasme Mas - Aku baru saja merekrut sekretaris baru karena sekretarisku yang lama sudah malas-malasan dan ...
-
"gila nih memek,sempit banget...enaak..". Erang pak yono. Lia hanya bisa pasrah dan meneteskan air matanya.tiba-tiba lia menjerit...
-
Wacana perpindahaan ibu kota yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat buka bersama KADIN di Jakarta, Jumat (3/9), seger...
-
Harga Minyak Hemart Botol 1 Liter - Sahabat www.pasarhots.blogspot.com selamat malam untuk kalian semua yang ada diseluruh indonesia, ter...
-
VIVAnews.com – Kejadian tak menyenangkan menimpa aktor J ohnny Depp . Ia diserang anjing berukuran besar milik Angelina Jolie . Peristiwa i...
-
Cerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa – Wanita STW Yang Aku Tiduri Ternyata Ibu TemankuCerita Dewasa ...
No comments:
Post a Comment