TEMPO.CO , Jakarta:
Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan ada sejumlah
kemungkinan yang mengakibatkan terjadinya pembunuhan sadis terhadap
anggota Anggota Brimob, Bharada Rizky Dwi Wicaksono, 20 tahun, pada
Selasa 1 Juli 2014. (Baca: 20 Menit Terakhir Brimob Rizky Sebelum Dibunuh)
"Analisis
secara kriminologi, kemungkinan pembunuhan itu bisa dilatarbelakangi
dendam atau benci, persaingan, kehormatan, atau gengsi. Hal itu bisa
menyebabkan kekerasan kolektif," kata dia kepada Tempo, Rabu, 2 Juli
2014. (Baca: Polisi Selidiki Motif Pembunuhan Anggota Brimob)Melihat cara pembunuhan itu, Bambang menduga latar belakang lebih kepada rasa benci yang sangat mendalam pada pelaku. Sebab, pelaku yang dibantu sejumlah temannya itu nampaknya tidak takut pada akibat dan sanksi yang dilakukannya. "Pelaku tidak takut sanksi sosial dan pidana. Ada perasaan percaya diri dalam melakukannya," kata dia.
"Kemungkinan ada perasaan tidak puas terhadap korban, dengan tekad bunuh dulu, urusan belakangan."
Pengajar di Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia itu menyebut ada dua kekerasan kolektif yaitu kekerasan yang irasional dan rasional. Dalam peristiwa pembunuhan Rizky, jelas terlihat kasus ini masuk kategori kekerasan rasional.
"Artinya, saya yakin ini dipersiapkan, karena korban dicegat, lalu dieksekusi. Jelas itu dilakukan secara terorganisir dan terencana," kata dia.
Bambang menduga kecil kemungkinan pembunuhan itu dilakukan kolega Rizky. Sebab menurut dia, di dalam Brimob loyalitas dan rasa senasibnya sangat tinggi. "Kalau karena persaingan tidak sehat di internal itu kecil, tapi bisa saja. Bisa juga eksternal, karena faktor gengsi, orang lain tersinggung, merasa dilecehkan karena ucapan korban dan sebagainya," kata dia. (Baca: Pembunuh Incar Anggota Brimob Rizky dari Markas)

No comments:
Post a Comment