MERDEKA.COM. Beginilah kelakuan wartawan-wartawan binaan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Mereka saban pekan berkumpul dengan
majikan mereka membahas agenda dan isu-isu mesti dipublikasikan demi
mengerek popularitas partai dan calon presiden Joko Widodo alias Jokowi.
"Biasanya kumpul di kafe-kafe daerah Cilandak dan Kemang," kata seorang sumber merdeka.com dalam tubuh partai Rabu pekan lalu. Dia mengungkapkan wartawan-wartawan itu sudah dibina sejak lima tahun lalu.
Sumber
ini membenarkan wartawan-wartawan itu memperoleh banyak fasilitas
menggiurkan, seperti gaji bulanan dan beasiswa sekolah hingga ke luar
negeri. Dia mencontohkan untuk tingkatan reporter, jurnalis-jurnalis
bayaran ini bisa mengantongi Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta saban bulan.
"Kalau untuk editor ke atas lebih dari itu," ujarnya.
Banyak pula
wartawan binaan PDIP telah disekolahkan. Dia menyebut tahun lalu ada 15
pewarta berita mendapat sokongan dana untuk menuntut ilmu ke China.
Sumber
lainnya membenarkan selain berlimpah fulus, wartawan binaan PDIP juga
memperoleh beasiswa. Dua negara tujuan utama adalah China dan Jerman.
"Sudah banyak wartawan disekolahkan pentolan partai ke China dan dua
orang ke Jerman," tuturnya.
Sumber lain dalam tubuh PDIP
menyatakan wartawan-wartawan bayaran itu dipelihara secara personal.
"Tiap tokoh partai biasanya membina antara 5-10 wartawan," katanya. Dia
menyebutkan jurnalis-jurnalis peliharaan PDIP ini juga banyak terdapat
di Jawa Tengah merupakan basis pendukung mereka.
Juru bicara
PDIP Eva Kusuma Sundari membantah partainya membina wartawan. Menurut
dia, dalam pemilihan legislatif lalu PDIP justru ditenggelamkan lewat
pemberitaan. Namun untuk pemilihan presiden bulan depan PDIP sedikit
tenang lantaran memiliki Metro TV gencar memberitakan hal-hal positif seputar calon presiden Jokowi.
"Nggak bener. Kita di pemilihan legislatif dilenyapkan di pemberitaan. Pemilihan presiden lumayan karena ada Metro TV saat pemilihan legislatif juga tidak pro-PDIP," ujarnya melalui pesan singkat semalam.
Ketua
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Eko Maryadi mengatakan
wartawan tipe demikian memang ada. Menurut dia, polanya ada jurnalis
ikut sebagai kader dan menjadi calon legislatif dan ada juga secara
diam-diam. Biasanya wartawan seperti ini akan mengkoordinir
teman-temannya untuk membuat isu pesanan partai.
"AJI berpesan
untuk mempertahankan independensi, asas netralitas, tetap memberitakan
secara berimbang dan tidak mencampuradukkan dengan fakta jurnalistik,"
kata Eko saat dihubungi melalui telepon seluler kemarin sore.
AJI
menuntut media tidak mendukung salah satu pasangan calon presiden.
Sebab, kata Eko, media independen sejatinya akan tetap mempertahankan
kredibilitas dengan karya jurnalistik berimbang. "Kalau Anda tidak
memiliki kredibilitas, begitu pemilu media itu saya jamin akan
tergerus," ujarnya.
Monday, June 16, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak dibaca
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
Bahan: 12 bh sayap ayam, potong dua, ambil bagian bawahnya, sisihkan ujungnya untuk kaldu minyak untuk goreng Bahan perendam (aduk rata)...
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
-
-
Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Bayangkan, dengan kerumitan otak se...
-
SUKMA KRAKATAU Dengan ijin TUHAN YME KI PATIH NUSANTORO akan siap membantu permasalahan SDRA dan SDRI dimanapun berada adapun permasalan y...
-
Terinspirasi oleh kartun Flintstones, rumah menakjubkan ini dibangun antara dua batu raksasa di bukit pegunungan Fafe di Portugal. Karena de...
-
-

No comments:
Post a Comment