MERDEKA.COM. Sebulan menjelang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden 2014, di Indonesia bertebaran aneka isu, rumor, fitnah dan
propaganda yang tak alang-kepalang: memutar-balikkan fakta yang
terang-benderang demi merebut suara pemilih. Jalan pintas ditempuh para
pendukung, sekelompok orang menggiring isu bernuansa suku dan agama.
Itulah
yang terjadi, ketika Tabloid Obor Rakyat, koran kuning disebar secara
masif di masjid-masjid dan pesantren di Pulau Jawa. Isinya mudah
ditebak, kampanye hitam untuk calon Presiden Joko Widodo.
Edisi I
tabloid ini bertanggal 5-11 Mei 2014, terdiri atas 16 halaman. Halaman
depan menampilkan judul "Capres Boneka dengan karikatur Jokowi sedang
mencium tangan Megawati Soekarnoputri. Judul lain yang ditampilkan di
halaman ini adalah "184 Caleg Nonmuslim PDIP untuk Kursi DPR" dan
"Ibu-ibu, Belum Jadi Presiden Udah Bohongin Rakyat."
Edisi II pun
telah beredar awal Juni ini dengan halaman depan memampang judul besar:
1001 Topeng Jokowi. Para pemimpin pondok pesantren dan pengurus masjid
yang menerima kiriman ribuan eksemplar tabloid ini serempak menyatakan
keheranannya, darimana gerangan sang pengelola tabloid memperoleh alamat
mereka. "Saya tidak langganan, tapi tiba-tiba ada banyak di teras rumah
dan masjid pesantren," kata Kiai Muhyidin Abdusshomad, Rais Syuriah NU
Jember. Muhyidin heran karena tiba-tiba mendapat kiriman ratusan
eksemplar tabloid dengan berita utama berjudul "Capres Boneka" itu.
Begitu juga para pengurus cabang NU dan pengasuh pesantren di Jember,
hampir serentak menerima kiriman Obor Rakyat.
Kendati demikian,
Kiai Muhyidin yang mengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Jember, itu
tak percaya isi tabloid. "Isinya banyak menghujat dan tidak mendidik, ya
kami buang saja," kata Muhyidin.
Sementara itu, takmir Masjid
Miftahul Jannah, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Muhammad
Ali juga menerima ratusan lembar Obor Rakyat. Pagi selepas subuh,
tabloid-tabloid itu ditemukan tergeletak di salah satu sudut masjid. "Ya
isinya kampanye begitu itu. Daripada jadi rame, kami serahkan pemulung
saja," katanya.
Anehnya, dua edisi Obor Rakyat yang telah beredar
di masjid dan pesantren itu bahkan tak memuat berita tentang Prabowo
sama sekali.
Siapa di belakang tabloid penyebar resah ini? Tak
jelas benar pada mulanya. Dalam dewan redaksi Obor hanya tercantum nama
Sigas, Elka Saraswati dan layout Dodo Darsono. Alamat redaksi yang
tercantum adalah Jalan Pisangan Timur Raya IX, Jakarta Timur. Nomor
telepon yang tercantum adalah (021) 70787816, 70787817.
Tentu
saja, sebagai pengusung kampanye hitam, nama dan alamat di atas hanyalah
kedok belaka. Tapi sepandai-pandai menutupi jejak, pengelola tabloid
ini akhirnya ketahuan juga.
Adalah Gun Gun Heryanto, dosen ilmu
komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang
mengungkap pengelola tabloid ini. Maklum, tulisan Gun Gun Heryanto
dimuat di Obor Rakyat. Gun Gun menuding Darmawan Sepriyossa, penulis
kolom tetap di portal berita inilah.com telah menjebaknya.
Alkisah,
pada 25 April lalu, Darmawan Sepriyossa menghubungi Gun Gun Heryanto,
memintanya menulis kolom analisis tentang PDI Perjuangan dalam mengikuti
pemilihan presiden. "Dia (Darmawan) bilang mau bikin tabloid baru,"
kata Gun Gun sebagai mana ditulis Majalah Detik. Dalam percakapan
telepon itu, Darmawan sama sekali tak menyebut nama tabloid itu. Tanpa
curiga, Gun Gun pun mengirimkan naskah kolomnya.
Tapi sang
kolomnis kaget bukan kepalang ketika ia tahu tulisannya muncul di
Tabloid Obor Rakyat yang dilaporkan tim hukum pasangan Jokowi-JK ke
Badan Pengawas Pemilu, 4 Juni 2014. Gun kecewa dan merasa tertipu oleh
Darmawan. Ia tak menyangka, Darmawan yang punya rekam jejak sebagai
bekas wartawan Republika dan TEMPO itu akan jatuh serendah itu.
Portal
berita inilah.com, tempat Darmawan kini menjadi kolomnis tetap,
didirikan Muchlis Hasyim, bekas wartawan Media Indonesia. Portal ini
kini dikenal sebagai media online yang terdepan dalam menulis berita
positif pasangan Prabowo-Hatta dan berita negatif pasangan Jokowi-JK.
Sebuah perubahan yang aneh, karena di periode pemerintahan SBY-Jusuf
Kalla (2004-2009), Muchlis Hasyim adalah media officer Jusuf Kalla yang
mendampingi sang wakil presiden hampir di setiap kesempatan di dalam dan
luar negeri.
Selain Tabloid Obor Rakyat, pasangan Jokowi-JK
juga diserang lewat peredaran tabloid "Sang Pendusta" yang memajang
gambar depan karikatur Pinokio.
Tampaknya, Pilpres 2014 ini
benar-benar telah membuat banyak orang kalap mata. Bahkan seorang
wartawan yang pernah belajar di media ternama pun sanggup menuliskan
kabar bohong.
Tak heran, hasil survei Politicawave menyebutkan
pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) paling banyak
mendapatkan fitnah, permusuhan dan kebencian dalam bentuk kampanye
hitam. Pasangan ini mendapatkan serangan kampanye hitam hingga mencapai
94,9 persen. Sementara pesaingnya yaitu pasangan Prabowo Subianto dan
Hatta Rajasa hanya mendapatkan kampanye hitam 13,5 persen.
"Jenis-jenis
kampanye hitam berupa isu suku, ras, agama (SARA), pemalsuan surat ke
Kejaksaan Agung (Kejagung), iklan kematian terhadap Jokowi, dan
lain-lain," kata pendiri Politicawave Yose Rizal. (skj)
Wednesday, June 11, 2014
Ini jurnalis di belakang kampanye hitam tabloid 'Obor Rakyat'
Labels:
2014,
Hot News,
Sosial dan Politik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak dibaca
-
Video Mesum Wanita Dewasa Vs Anak Kecil Full 111
-
Bahan: 12 bh sayap ayam, potong dua, ambil bagian bawahnya, sisihkan ujungnya untuk kaldu minyak untuk goreng Bahan perendam (aduk rata)...
-
Playing Card atau di Indonesia sering disebut kartu Remi ( padahal nama salah satu permainan ) mungkin datang dari Timur, Mesir atau Arab – ...
-
-
-
Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Bayangkan, dengan kerumitan otak se...
-
SUKMA KRAKATAU Dengan ijin TUHAN YME KI PATIH NUSANTORO akan siap membantu permasalahan SDRA dan SDRI dimanapun berada adapun permasalan y...
-
Terinspirasi oleh kartun Flintstones, rumah menakjubkan ini dibangun antara dua batu raksasa di bukit pegunungan Fafe di Portugal. Karena de...
-
-

No comments:
Post a Comment